Efek Samping dan Interaksi Obat Mirabegron
Efek samping mirabegron umumnya bersifat ringan dan dapat ditoleransi. Efek samping yang paling sering dilaporkan adalah sakit kepala, infeksi saluran pernapasan atas, dan kenaikan tekanan darah ringan. Interaksi obat dapat terjadi pada penggunaan bersama dengan obat yang mempengaruhi enzim sitokrom P450, seperti ketoconazole. Interaksi juga bisa muncul dengan obat antimuskarinik dan meningkatkan risiko retensi urin.[2,3,11]
Efek Samping
Efek samping umum mirabegron termasuk sakit kepala, infeksi saluran pernapasan atas, dan hipertensi ringan. Beberapa pasien juga melaporkan gejala gastrointestinal seperti mual atau diare. Adapun efek samping yang lebih jarang termasuk palpitasi dan nyeri dada. Dalam kasus tertentu, mirabegron juga dapat menyebabkan retensi urin.[2,5,7,11]
Potensi efek samping mirabegron berdasarkan sistem organ antara lain:
- Saraf: nyeri kepala, pusing
- Kardiovaskular: takikardia, palpitasi, atrial fibrilasi
- Gastrointestinal: konstipasi, diare, mual, mulut kering, nyeri atau distensi abdomen, dispepsia
- Respirasi: nasofaringitis, infeksi saluran napas atas, sinusitis, rhinitis
- Genitourinaria: infeksi saluran kemih, nyeri perut bawah, nefrolitiasis, infeksi vagina, pruritus vulvovaginal
- Muskuloskeletal: artralgia
- Oftalmologi: glaukoma
- Dermatologi: pruritus, ruam, urtikaria, purpura, leukositoklastik vaskulitis[7]
Interaksi Obat
Interaksi obat mirabegron bisa terjadi dengan obat lain yang mempengaruhi enzim sitokrom P45o. Interaksi juga bisa terjadi dengan obat antimuskarinik.[2,3,7]
Peningkatan Paparan Obat Mirabegron
Peningkatan paparan bisa terjadi jika diberikan bersama dengan CYP3A inhibitor kuat, seperti ketoconazole.[7,11]
Peningkatan Paparan Obat Lain
Mirabegron dapat meningkatkan paparan obat yang merupakan substrat dari enzim CYP2D6, seperti desipramine dan metoprolol. Selain itu, penggunaan mirabegron juga dapat mempengaruhi paparan digoxin dan warfarin. Konsumsi obat bersamaan dengan mirabegron mungkin memerlukan penyesuaian dosis atau pemantauan lebih ketat.[7,11]
Peningkatan Risiko Retensi Urin
Risiko retensi urin akan meningkat pada penggunaan bersama dengan obat antimuskarinik, seperti solifenacin dan darifenacin, akibat adanya efek farmakologi aditif.[7]