Farmakologi Budesonide
Farmakologi budesonide adalah agonis reseptor glukokortikoid dan antiinflamasi, yang dapat digunakan untuk tata laksana asma dan inflammatory bowel disease. Budesonide mampu mengurangi vasodilatasi dan permeabilitas kapiler, serta mengurangi migrasi leukosit ke tempat inflamasi.[1]
Farmakodinamik
Budesonide adalah kortikosteroid yang memiliki aktivitas glukokortikoid poten dan mineralokortikoid lemah. Budesonide berikatan dengan reseptor glukokortikoid dengan afinitas lebih tinggi dibanding kortisol dan prednisolon.
Kortikosteroid memiliki aktivitas inhibitorik pada beberapa tipe sel, seperti sel mast, eosinofil, neutrofil, makrofag, dan limfosit, serta mediator-mediator seperti histamin, eikosanoid, leukotrien, dan sitokin. Kortikosteroid juga mengontrol kecepatan sintesis protein, inhibisi migrasi leukosit polimorfonuklear (PMN) dan fibroblas, mengembalikan permeabilitas kapiler, dan stabilisasi lisosom. Aktivitas ini terjadi pada proses inflamasi, baik alergi maupun nonalergi.
Budesonide menurunkan reaktivitas jalan napas terhadap histamin dan metakolin pada pasien hiperreaktif. Inhalasi budesonide 1 dosis memperbaiki fungsi paru dalam beberapa jam, namun efek budesonide secara penuh tercapai setelah beberapa hari.
Efek terapeutik budesonide inhalasi terkait dengan aktivitas lokal pada traktus respiratorius. Aktivitas lokal budesonide lebih tinggi dibanding aktivitas sistemiknya, hal ini dapat dijelaskan dari metabolisme first pass pada hepar bila obat dikonsumsi secara oral (85-95%) dan metabolitnya yang berpotensi rendah.
Budesonide tidak meningkatkan potensi bronkodilatasi yang dimediasi reseptor beta adrenergik pada hewan percobaan. Pada manusia, inhalasi budesonide hingga 1,6 mg menyebabkan bronkodilatasi ringan.[2,3]
Farmakokinetik
Budesonide terikat dengan protein plasma. Obat ini mengalami first pass metabolism di hepar. Ekskresi terjadi utamanya di urin dalam bentuk metabolit.
Absorpsi
Budesonide diabsorpsi secara cepat dari traktus gastrointestinal. Budesonide mencapai konsentrasi puncak pada plasma dalam 0,5-10 jam pada pemberian per oral, 10 menit pada pemberian inhalasi, 30 menit pada pemberian nasal, dan 1,5 jam pada pemberian per rektal.[2,10]
Distribusi
Volume distribusi budesonide adalah 2,2‒3,9 L/kg. Ikatan protein plasma berkisar 85‒90%. Budesonide terdeposit dalam paru sebanyak 10%. Budesonide masuk ke dalam ASI dalam jumlah sedikit. budesonide hanya sedikit atau tidak berikatan dengan corticosteroid-binding globulin.[2,10,11]
Metabolisme
Budesonide dimetabolisme di hepar oleh isoenzim sitokrom P450 3A4 menjadi 2 metabolit inaktif, yaitu 16-α-hidroksiprednisolon dan 6-β-hidroksibudesonide. Kedua metabolit ini memiliki aktivitas kortikosteroid <1% dari budesonide.
Sebanyak 90% budesonide mengalami inaktivasi pada first pass metabolism di hepar.
Penggunaan bersamaan dengan inhibitor sitokrom P450, seperti ketoconazole, akan menyebabkan peningkatan bioavailabilitas budesonide. Adanya penyakit hepar seperti sirosis hepatis, juga akan menyebabkan peningkatan bioavailabilitas sistemik sebanyak 2,5 kali. Perubahan motilitas gastrointestinal atau pH juga dapat mempengaruhi kerja budesonide setelah pemberian per oral.[2,10]
Eliminasi
budesonide diekskresikan utamanya melalui urin dan sebagian kecil melalui feses dalam bentuk metabolit. Waktu paruh eliminasi budesonide berkisar sekitar 2-3,6 jam.[2,11]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini