Kontraindikasi dan Peringatan Amitriptyline
Kontraindikasi dari amitriptyline adalah pasien yang hipersensitif terhadap amitriptyline dan penggunaan bersamaan dengan antidepresan monoamine oxidase inhibitor (MAOI). Peringatan diperlukan terkait peningkatan risiko bunuh diri.
Kontraindikasi
Kontraindikasi pemberian amitriptyline adalah pada pasien dengan hipersensitivitas terhadap amitriptyline. Efikasi dan keamanan obat ini juga belum diketahui pada anak kecuali untuk tujuan penanganan enuresis nokturnal.
Amitriptyline juga kontraindikasi pada pasien dengan riwayat infark miokard, terutama yang disertai blok jantung. Penggunaan bersamaan dengan obat yang bisa meningkatkan interval QT juga kontraindikasi, misalnya dengan cisapride dan procainamide.
Penggunaan amitriptyline bersamaan atau dalam waktu 14 hari dengan antidepresan monoamine oxidase inhibitor (MAOI) seperti selegiline dan phenelzine, juga dikontraindikasikan. Amitriptyline juga tidak boleh digunakan pada pasien dengan disfungsi hati berat.[1,2,4]
Peringatan
FDA memberikan black box warning untuk amitriptyline terkait potensi meningkatkan risiko bunuh diri. Pengawasan ideasi dan perilaku bunuh diri diperlukan selama penggunaan obat.
Amitriptyline juga meningkatkan risiko gejala manik atau mencetuskan manik pada pasien dengan gangguan bipolar.
Efek antikolinergik amitriptyline dapat menyebabkan hipotensi ortostatik, pemanjangan interval QT, aritmia, pandangan kabur, mulut kering, retensi urine, dan glaukoma sudut tertutup. Pasien sebaiknya tidak berkendara atau mengoperasikan alat berat selama mengonsumsi obat. Amitriptyline juga digunakan secara hati-hati pada pasien yang menderita hiperplasia prostat ringan dan penurunan motilitas usus.
Amitriptyline tidak boleh dihentikan secara mendadak pada pasien, terutama pasien yang mendapatkan dosis tinggi karena dapat menyebabkan gejala putus obat. Gejala yang mungkin didapatkan antara lain pusing, mual, gangguan tidur, dan kelelahan. Obat perlu dihentikan bertahap pada pasien ini.
Pemberian amitriptyline meningkatkan risiko kejadian sindrom serotonin, terutama jika digunakan bersama dengan obat golongan serotonergik seperti SNRI (serotonin norepinephrine reuptake inhibitor) contohnya duloxetine; dan SSRI (selective serotonin reuptake inhibitor) contohnya citalopram.[2,4,9,10]
Penulisan pertama oleh: dr. Immanuel Natanael Tarigan