Kontraindikasi dan Peringatan Vaksin Pneumokokus
Kontraindikasi pemberian vaksin pneumokokus adalah adanya riwayat hipersensitivitas yang berat pada pemberian vaksin sebelumnya. Peringatan khusus perlu diberikan jika vaksin pneumokokus akan diberikan pada individu yang sedang sakit derajat sedang atau berat.[2-7]
Kontraindikasi
Kontraindikasi pemberian vaksin pneumokokus PCV adalah adanya riwayat hipersensitivitas berat seperti anafilaksis pada pemberian vaksin sebelumnya. Vaksin pneumokokus juga kontraindikasi pada pasien dengan hipersensitivitas terhadap salah satu komponen vaksin, atau vaksin yang mengandung difteri toksoid.
Sementara itu, kontraindikasi pemberian vaksin PPSV23 adalah adanya riwayat hipersensitivitas berat seperti anafilaksis pada pemberian vaksin sebelumnya atau terhadap salah satu komponen vaksin.[6,7]
Peringatan
Pemberian vaksin pneumokokus, baik PPSV23 atau PCV, memiliki beberapa kondisi yang memerlukan perhatian khusus,
Penggunaan pada Pasien yang Sedang Sakit
Pemberian vaksin pneumokokus pada pasien yang sedang sakit perlu diwaspadai, terutama pada anak dengan derajat sakit sedang atau berat. Jika kondisi klinis pasien tidak memungkinkan untuk divaksinasi, penundaan pemberian vaksin dapat dilakukan. Anak dengan sakit ringan dengan atau tanpa demam tetap dapat diberikan vaksin pneumokokus.[6]
Pemberian pada Pasien dengan Gangguan Imun
Vaksin pneumokokus dapat diberikan kepada individu yang mengalami imunosupresi akibat penyakit atau terapi imunosupresan. Pertimbangkan kemungkinan bahwa respons imun terhadap vaksin dapat berkurang atau kurang optimal pada kelompok pasien ini.
Jika memungkinkan, berikan vaksin pneumokokus setidaknya 2 minggu sebelum memulai terapi imunosupresan atau tunda hingga setidaknya 3 bulan setelah terapi imunosupresan dihentikan. Penundaan diperlukan setidaknya 6 bulan setelah terapi dengan agen anti sel B.[26]
Apnea pada Bayi Prematur
Kejadian apnea telah dilaporkan pada beberapa bayi prematur setelah vaksinasi intramuskular dengan PCV13. Pertimbangkan status medis masing-masing bayi dan potensi manfaat serta kemungkinan risiko ketika memutuskan kapan memberikan vaksin.[26]
Penulisan pertama oleh: dr. Shofa Nisrina Luthfiyani