Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Vaksin Tifoid
Penggunaan vaksin tifoid pada kehamilan berbeda antara vaksin oral dan vaksin injeksi, karena kandungan vaksin yang berbeda. Penggunaan vaksin tifoid pada ibu menyusui hanya bila benar-benar dibutuhkan, sebab vaksin tifoid belum diketahui apakah diekskresikan pada air susu ibu.[7]
Penggunaan pada Kehamilan
Perbedaan vaksin tifoid oral berasal dari bakteri Salmonella typhi hidup yang telah dilemahkan, sedangkan vaksin tifoid injeksi bahannya berasal dari bakteri yang telah mati. Maka penggunaan pada kehamilan lebih diwaspadai pada vaksin tifoid oral.
Vaksin Tifoid Oral
Studi reproduksi pemberian vaksin tifoid oral pada hewan sampai saat ini belum dilakukan. Food and Drugs Administration (FDA) memberikan kategori C bagi pemberian vaksin tifoid oral bagi ibu hamil. Tidak diketahui apakah pemberian vaksin tifoid oral pada ibu hamil dapat berefek berbahaya dan merusak bagi janin.[5,6]
Pemberian vaksin ini pada wanita hamil hanya dilakukan bila manfaat lebih besar untuk pencegahan demam tifoid daripada kemungkinan bahaya pada janin. Hal ini karena vaksin tifoid oral yang merupakan bakteri hidup yang dilemahkan.[5,6]
Vaksin Tifoid Injeksi
Pemberian vaksin tifoid injeksi pada wanita hamil tergolong kategori C menurut FDA, dan kategori B2 menurut Therapeutic Goods Administration (TGA). Pemberian dilakukan hanya bila manfaat dirasa jauh lebih banyak daripada gangguan janin yang mungkin ditimbulkan akibat pemberian vaksin, walaupun vaksin tifoid injeksi tidak dalam bentuk bakteri hidup yang dilemahkan seperti vaksin tifoid oral.[7]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Tidak diketahui apakah vaksin tifoid, baik oral maupun injeksi, diekskresikan melalui ASI. Oleh karena itu, belum diketahui potensi bahaya yang mungkin ditimbulkan pada bayi yang menyusui ASI dari ibu yang mendapatkan vaksin tifoid. Pemberian vaksinasi pada wanita yang sedang menyusui hanya diberikan apabila benar-benar dibutuhkan.[7]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini