Efek Samping dan Interaksi Obat Vaksin COVID-19 AstraZeneca
Efek samping setelah pemberian vaksin COVID-19 AstraZeneca yang jarang tetapi ditakutkan adalah thrombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) dan sindrom Guillain-Barré (GBS). Belum ada studi interaksi obat yang tersedia terkait vaksin ini.[2,3,7,16,17]
Efek Samping
Data keamanan vaksin COVID-19 AstraZeneca berdasarkan analisis interim didapatkan dari United Kingdom, Brazil, dan Afrika Selatan. Sebanyak 23.475 partisipan berusia 18 tahun atau lebih dirandomisasi untuk menjadi kelompok yang mendapatkan vaksin dan kelompok kontrol. Dari randomisasi tersebut, sebanyak 12.021 menerima minimal satu dosis.[2,3,7]
Efek samping yang paling sering dilaporkan setelah pemberian vaksin COVID-19 AstraZeneca adalah:
- Rasa nyeri atau tidak nyaman pada area injeksi saat disentuh (>60%)
- Nyeri pada tempat injeksi, sakit kepala, dan lelah (>50%)
- Mialgia dan malaise (>40%)
- Demam atau menggigil (>30%)
- Arthralgia dan mual (>20%)
Sebagian besar efek samping yang timbul bersifat ringan hingga moderat, dan biasanya hilang dalam beberapa hari. Jika dibandingkan dengan dosis pertama, efek samping yang dilaporkan setelah dosis kedua bersifat lebih ringan dan lebih jarang terjadi.[2,3,7]
Berdasarkan MedDRA System Organ Class (SOC), efek samping vaksin COVID-19 AstraZeneca dikelompokkan sebagai berikut:
- Gangguan hematologi dan imunologi, seperti limfadenopati, trombosis, trombositopenia
- Gangguan nutrisi dan metabolisme, seperti penurunan nafsu makan
- Gangguan sistem, seperti saraf, seperti sakit kepala, pusing
- Gangguan gastrointestinal, seperti mual, muntah, nyeri perut
- Gangguan kulit dan jaringan subkutan, seperti hiperhidrosis, pruritus, ruam
- Gangguan muskuloskeletal dan jaringan konektif, seperti myalgia, arthralgia
- Gangguan umum, seperti rasa nyeri atau tidak nyaman pada area injeksi saat disentuh, nyeri pada tempat injeksi, rasa hangat, eritema dan bengkak pada tempat injeksi, lelah, malaise, demam, dan menggigil[2,3,7]
Terdapat laporan efek samping trombosis dengan trombositopenia, walaupun manfaat vaksin secara keseluruhan masih tetap positif sebagai proteksi terhadap COVID-19. European medicine agency (EMA) mengingatkan para tenaga kesehatan dan individu yang menerima untuk monitoring risiko efek samping hingga 2 minggu setelah vaksinasi. Berdasarkan bukti yang tersedia saat ini, faktor risiko spesifik belum dikonfirmasi.[14]
Klinisi mungkin mempertanyakan apakah pemberian antiplatelet diperlukan untuk pencegahan tromboemboli pada pasien yang divaksin COVID-19 AstraZeneca. Akan tetapi, tindakan ini tidak dianjurkan kecuali bila pasien memang merupakan pengguna antiplatelet karena indikasi lain.
Beberapa ahli juga pernah menanyakan apakah vaksin COVID-19 meningkatkan risiko abortus spontan pada ibu hamil. Namun, penelitian yang ada saat ini tidak menunjukkan bukti hubungan vaksin COVID-19 dengan abortus spontan.
Interaksi Obat
Belum ada studi interaksi obat terkait vaksin COVID-19 AstraZeneca. Penggunaan vaksin ini bersamaan dengan vaksin lain belum diteliti. Namun untuk kehati-hatian, tidak dianjurkan untuk memberikan vaksin AstraZeneca bersamaan dengan vaksin lain.[2]
Obat-obat imunosupresif, seperti obat kemoterapi, antimetabolit, alkylating agent, sitotoksik, dan kortikosteroid dapat mengurangi respon imun tubuh terhadap vaksin ini.[2,9]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli