Edukasi dan Promosi Kesehatan Atresia Intestinal
Edukasi dan promosi kesehatan tentang atresia intestinal diberikan pada orang tua pasien terkait tindakan bedah yang akan dilakukan, komplikasi, serta perawatan pasca pembedahan. Kehamilan yang sehat diharapkan dapat mencegah kelainan kongenital seperti atresia intestinal.
Edukasi Pasien
Orang tua diedukasi bahwa atresia intestinal merupakan kelainan kongenital dimana tidak terbentuknya saluran pencernaan sehingga menyebabkan sumbatan. Saluran yang tidak terbentuk dapat terjadi di bagian manapun pada saluran pencernaan seperti pada usus kecil maupun usus besar.[1,3]
Orang tua diedukasi bahwa kelainan ini dapat dideteksi bahkan sebelum bayi lahir melalui ultrasonografi (USG). Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan antenatal care saat kehamilan agar jika terjadi, rencana dan persiapan manajemen terapi dapat disusun dengan matang.[1,5,8]
Gejala yang perlu dicurigai pada bayi baru lahir akan terjadinya kondisi atresia intestinal ini adalah distensi abdomen, muntah berwarna hijau, dan bayi mengalami ikterus neonatorum.[1]
Orang tua perlu diedukasi tanda-tanda bahaya pada ikterus neonatorum, jika terdapat salah satu tanda, maka pasien harus segera dibawa ke rumah sakit untuk penanganan lanjut.
Orang tua juga diedukasi bahwa satu-satunya terapi definitif pada kasus atresia intestinal adalah pembedahan dimana dokter bedah akan membuat sambungan antara organ pencernaan.[1,3,5,6,17]
Sebelum, selama, dan sesudah pembedahan, bayi akan dirawat dalam neonatal intensive care unit (NICU) dalam inkubator dan mendapatkan perawatan untuk mencegah komplikasi seperti hipotermia, hipovolemia, hipoglikemia, dan hipoksemia.[1,5,6]
Tingkat keberhasilan operasi dan perawatan pasca operasi umumnya baik, selama tidak ada faktor-faktor penyulit seperti kebocoran anastomosis dan sepsis.[3,4,6]
Manajemen Pasca Operasi
Setelah operasi, orang tua harus dihimbau untuk tidak memberi cairan atau makanan apapun melalui mulut karena selang nasogastrik akan tetap dipasang dan pemberian cairan/makanan tetap diberikan melalui selang tersebut.[1]
Makanan sesuai usia anak diperbolehkan jika sudah diinstruksikan oleh dokter yang biasanya dilihat dari munculnya gerakan usus, defekasi dan flatus, atau adanya cairan yang keluar dari selang.[18]
Orang tua juga diedukasi manajemen perawatan luka, dimana orang tua dihimbau untuk tidak merendam bayi minimal seminggu setelah operasi. Jika terdapat kemerahan, cairan yang keluar dari insisi, atau ada demam pada bayi, maka sebaiknya pasien segera dibawa ke rumah sakit untuk evaluasi.[18]
Orang tua juga perlu membawa bayi ke rumah sakit untuk monitoring 2-4 minggu untuk perawatan luka.
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Atresia intestinal tidak dapat dicegah sepenuhnya karena kondisi ini merupakan kelainan kongenital yang terjadi akibat gangguan saat tahap perkembangan, tetapi dengan deteksi dini melalui antenatal care dapat mempersiapkan rencana terapi yang lebih matang. Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan antenatal care dan pemeriksaan USG.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menjalani kehamilan yang sehat adalah mengonsumsi makanan bergizi seimbang serta hindari paparan asap rokok dan alkohol.
Beberapa studi menyatakan bahwa konsumsi ikan yang kaya akan omega 3 dan PUFA saat awal kehamilan mungkin mempunyai sifat preventif kejadian atresia intestinal, atresia esofagus, dan malformasi anorektal.[1,12]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja