Epidemiologi Atresia Intestinal
Menurut data epidemiologi atresia intestinal secara global, jenis atresia intestinal yang terbanyak adalah atresia jejunoileal, namun sumber lain menyatakan atresia duodenal adalah jenis yang paling banyak dijumpai, yaitu mencakup 50% dari seluruh kasus. Sedangkan atresia kolon adalah jenis yang paling jarang dijumpai.[1,7,8]
Global
Sebuah studi di India dan Meksiko menyebutkan bahwa atresia intestinal adalah penyebab tersering obstruksi intestinal pada bayi baru lahir. Prevalensi global atresia intestinal adalah 1,6 hingga 2,8 dari 10.000 kelahiran hidup.[1,5,9,10]
Atresia duodenal lebih banyak diderita laki-laki, terjadi pada 1 dari 5.000-10.000 kelahiran hidup. Sekitar 50% bayi dengan atresia atau stenosis duodenal memiliki kelainan bawaan lain, seperti penyakit jantung bawaan, kelainan sistem urogenital, defek anorektal, annular pancreas, prematuritas, retardasi pertumbuhan dan sindrom Down.[6,8,11]
Atresia jejunoileal adalah jenis atresia intestinal tersering dengan insidensi 1 dari 1.500 kelahiran, sedangkan atresia kolon merupakan jenis yang paling jarang dijumpai dengan insidensi 1:66.000 kelahiran. Sebanyak 5% dari seluruh kasus atresia memiliki predileksi multipel.[9,10]
Indonesia
Hasil survei Kementerian Kesehatan pada periode September 2014-Maret 2018 menunjukkan bahwa sebanyak 1.085 bayi lahir dengan kelainan bawaan, namun tidak ada data spesifik mengenai epidemiologi atresia intestinal.[12]
Mortalitas
Menurut sebuah studi di Meksiko, tingkat mortalitas atresia intestinal adalah 10%, dan lebih sering terjadi pada bayi dengan berat badan lahir rendah dan bayi prematur.
Sebuah studi retrospektif yang mengevaluasi 277 kasus atresia dan stenosis intestinal menemukan bahwa tingkat mortalitas pasca operasi adalah 4% pada atresia duodenal, 0,8% pada atresia jejunoileal, dan 0% pada atresia kolon. [4,10]
Tingkat mortalitas lebih tinggi ditemukan pada jenis atresia dengan predileksi multipel (57%).[10]
Faktor-faktor lain yang berhubungan dengan mortalitas adalah perforasi intestinal, peritonitis, sepsis, dan panjang sisa usus halus <1 meter.
Penyebab utama mortalitas dan morbiditas adalah kelainan jantung yang seringkali menyertai atresia duodenal dan ultrashort bowel syndrome (panjang usus <40 cm) yang membutuhkan nutrisi parenteral total berkepanjangan disertai komplikasi berupa kelainan hepar.[4,13]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja