Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Parut Hipertrofik general_alomedika 2024-01-03T10:10:23+07:00 2024-01-03T10:10:23+07:00
Parut Hipertrofik
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Parut Hipertrofik

Oleh :
dr. Sandy S Sopandi
Share To Social Media:

Diagnosis parut hipertrofik umumnya dicurigai pada pasien dengan mengeluhkan pada bekas luka terdapat pertumbuhan massa kemerahan yang terasa gatal dan kadang nyeri pada pemeriksaan fisik. Parut hipertrofik dilaporkan berkaitan dengan kontraktur sehingga dapat menyebabkan hambatan pergerakan sendi yang dipengaruhi. Pemeriksaan penunjang meliputi histopatologi dan pencitraan akan tetapi jarang diperlukan untuk diagnosis.

Anamnesis

Pasien dengan parut hipertrofik biasanya mengeluhkan pertumbuhan massa pada bekas luka, dirasakan gatal, nyeri, dan eritema. Bila dibandingkan dengan kasus keloid, maka pada parut hipertrofik keluhan gatal dan nyeri lebih jarang ditemukan. Awitan parut hipertrofik juga lebih dini, yaitu 4-8 minggu setelah awitan luka. Selain itu, parut hipertrofik biasanya berkembang selama 6 bulan kemudian dapat mengalami regresi spontan dalam 1 tahun.[1,3,4,8]

Pemeriksaan Fisik

Parut hipertrofik tampak merah, meninggi, dan tidak melebihi batas luka. Parut hipertrofik linear dapat melalui fase pertumbuhan cepat yang berlangsung 3-6 bulan sebelum menjadi stabil dan beregresi. Waktu hingga maturasi dapat mencapai 2 tahun.[1,7]

Parut hipertrofik luas terjadi pada area yang luas, biasanya berawal dari luka bakar. Metode evaluasi parut yang paling umum digunakan adalah Vancouver Scar Scale (VSS) dan Patient and Observer Scar Assessment Scale (POSAS).

Skala parut lain yang telah dikembangkan antara lain Seattle Scar Scale, Visual Analog Scale (VAS), 5-D Itch Scale, dan Itch Man Scale. Kualitas hidup dapat dievaluasi dengan VAS, 5-D Itch Scale, Boston Outcomes Questionnaire, Scars Problem Questionnaire, dan Brisbane Burn Scar Impact Profile. Parut hipertrofik lebih umum diasosiasikan dengan kontraktur sehingga dapat menyebabkan hambatan pergerakan sendi yang dipengaruhi.[1,7-9]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding utama parut hipertrofik adalah keloid, yang umumnya dapat dibedakan berdasarkan riwayat perjalanan klinis dan manifestasi klinisnya. Diagnosis banding lainnya seperti dermatofibrosarkoma, dermatofibroma, skleroderma nodular, dan lobomikosis.

Keloid

Keloid adalah parut patologis yang menyerupai parut hipertrofik tetapi manifestasinya melebihi batas luka awal. Keloid lebih cenderung terjadi pada individu berkulit gelap, dengan area predileksi berbeda daripada parut hipertrofik. Pembentukan keloid lebih lambat daripada parut hipertrofik.

Keloid lebih sering disertai gejala gatal dan nyeri. Biopsi dapat dilakukan untuk membantu diagnosis terutama bila lesi terus berubah. Keloid tidak mengalami regresi spontan. Manajemen keloid membutuhkan terapi multimodal, dengan tingkat rekurensi yang tinggi.[1,2,4,11]

Dermatofibrosarkoma Protuberans

Dermatofibrosarkoma protuberans adalah tumor sel spindel yang terbentuk pada trunkus dan bagian proksimal ekstremitas individu dewasa muda. Kondisi ini jarang dan bersifat agresif lokal. Lesi ini tidak didahului trauma dan memiliki batas yang lebih ireguler daripada parut hipertrofik.[11]

Dermatofibroma

Dermatofibroma adalah respon parut abnormal berupa papula atau nodul berwarna kulit atau hiperpigmentasi. Tanda khas kondisi ini adalah “dimple sign”, yaitu depresi sentral ketika lesi dikenakan tekanan dari lateral.[11]

Skleroderma Nodular

Kondisi ini bersifat progresif tanpa ada kejadian pendahulu yang diketahui. Skleroderma juga dapat disertai penyakit jaringan ikat lain.[11]

Lobomikosis

Lobomikosis adalah infeksi dalam akibat jamur Lacazia loboi. Lesi berupa nodul menyerupai parut patologis yang terbentuk pada ekstremitas distal dan bertumbuh dengan lambat. Kondisi ini diasosiasikan dengan ekspos terhadap lumba-lumba atau tanah pedesaan di area Amerika Tengah atau Selatan.[11]

Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis parut hipertrofik biasanya ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang dilakukan bila terdapat keraguan perihal diagnosis atau untuk keperluan penelitian.

Histopatologi

Pemeriksaan biopsi dan histopatologi untuk diagnosis pasti parut hipertrofik, karena pemeriksaan ini dapat membedakan dengan keloid. Gambaran parut hipertrofik terdiri dari infiltrasi myofibroblas dan kolagen tipe III yang tersusun beraturan. Serabut dan bundel kolagen pada parut hipertrofik lebih halus, bergelombang, dan tersusun paralel dengan teratur.

Parut hipertrofik mengekspresikan kadar proteoglikan (PG) low-density dermatan sulfate yang tinggi. Terdapat banyak nodul yang mengandung myofibroblas dan asam mukopolisakarida. Tidak terdapat ekstensi tepi, atau pita fibrosa yang menyerupai lidah di bawah epidermis dan dermis papilar.[4,7,8]

Parut hipertrofik dalam tahap maturasi awal (durasi <6 bulan) ditandai dengan banyaknya nodul kolagen-seluler yang terdiri dari fibroblas yang positif α-SMA (smooth muscle actin) dan positif fibronektin (FN). Sementara pada parut hipertrofik yang lama (1-3 tahun), komponen seluler tidak menonjol, dan bersifat negatif α-SMA dan negatif FN.[4]

Pencitraan

Beberapa sarana dapat digunakan sebagai metode diagnostik tambahan untuk mengevaluasi parameter parut seperti warna, perfusi, konsistensi, elastisitas, atau ketebalan parut, yaitu kolorimetri atau spektrofotometri, pencitraan doppler laser, pneumatonometer, cutometer, atau ultrasonografi.

Aliran darah dan angiogenesis dapat diukur dengan sistem pencitraan laser speckle. Belum terdapat konsensus terhadap sarana yang paling sesuai untuk mengevaluasi parut.[9]

 

 

Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri

 

Referensi

1. Lv K, Xia Z. Chinese expert consensus on clinical prevention and treatment of scar. Burns & Trauma. 2018;6:27-36.
2. Berman B, Maderal A, Raphael B. Keloids and hypertrophic scars: pathophysiology, classification, and treatment. Dermatol Surg. 2017;43:S3–18.
3. Bao Y, et al. Comparative efficacy and safety of common therapies in keloids and hypertrophic scars: a systematic review and meta-analysis. Aesth Plast Surg. 2019:1-12.
4. Ghazawi FM, Zargham R, et al. Insights into the pathophysiology of hypertrophic scars and keloids: how do they differ? Advances in Skin & Wound Care. 2018;31(1):582-95.
7. Toro DD, Dedhia R, Tollefson TT. Advances in scar management : prevention and management of hypertrophic scars and keloids. Facial Plastic Surgery. 2016;24(4):322–9.
8. Saddawi-Konefka R, Watson D. Nonsurgical treatment of keloids and hypertrophic scars. Facial Plast Surg. 2019;35:260–6.
9. Finnerty CC, Jeschke MG, et al. Hypertrophic scarring: the greatest unmet challenge after burn injury. Lancet. 2016;388:1427–36.
10. Kafka M, Collins V, et al. Evidence of invasive and non-invasive treatment modalities for hypertrophic scars: a systematic review. Wound Repair & Regeneration. 2017;1-18.
11. Schmieder SJ, Ferrer-Bruker SJ. Hypertrophic scarring. StatPearls. 2022.

Epidemiologi Parut Hipertrofik
Penatalaksanaan Parut Hipertrofik

Artikel Terkait

  • Pemilihan Benang Absorbable vs Non-Absorbable untuk Mendapatkan Bekas Luka yang Baik
    Pemilihan Benang Absorbable vs Non-Absorbable untuk Mendapatkan Bekas Luka yang Baik
  • Verapamil untuk Tata Laksana Keloid
    Verapamil untuk Tata Laksana Keloid
  • e-Course Advanced Suturing Course
    e-Course Advanced Suturing Course
  • 5-Fluorouracil dan Triamcinolone Acetate dalam Tata Laksana Keloid
    5-Fluorouracil dan Triamcinolone Acetate dalam Tata Laksana Keloid
  • Pencegahan Keloid dengan Lembaran Gel Silikon
    Pencegahan Keloid dengan Lembaran Gel Silikon

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr.Yohana Ratih Tirtaningtyas Dian Christi
Dibalas 27 Januari 2025, 12:32
Produk penghilang atau pencegah Keloid
Oleh: dr.Yohana Ratih Tirtaningtyas Dian Christi
5 Balasan
Dok, apakah bisa merekomendasikan produk yang bagus utk mencegah keloid pasca jahitan apa ya ? Mohon info nya dok 🙏
Muhammad Albar Al Rasyid
Dibalas 18 Januari 2025, 15:49
Pilihan terapi untuk keloid di dada kecil dan multipel
Oleh: Muhammad Albar Al Rasyid
5 Balasan
Selamat siang, izin bertanya dokter dan teman teman sejawat lainnya terkait pilihan terapi keloid,Berikut foto dari lesi keloid, letaknya ada di dada,...
Anonymous
Dibuat 07 Juli 2024, 10:07
Teknik jahitan yang paling meminimalisir risiko keloid
Oleh: Anonymous
0 Balasan
Selamat pagi dokter ijin bertanya, teknik jahitan yg paling meminimalisir risiko keloid teknik yg mana ya dok?Apakah teknik subkutikuler yg paling...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.