Diagnosis Parut Hipertrofik
Diagnosis parut hipertrofik umumnya dicurigai pada pasien dengan mengeluhkan pada bekas luka terdapat pertumbuhan massa kemerahan yang terasa gatal dan kadang nyeri pada pemeriksaan fisik. Parut hipertrofik dilaporkan berkaitan dengan kontraktur sehingga dapat menyebabkan hambatan pergerakan sendi yang dipengaruhi. Pemeriksaan penunjang meliputi histopatologi dan pencitraan akan tetapi jarang diperlukan untuk diagnosis.
Anamnesis
Pasien dengan parut hipertrofik biasanya mengeluhkan pertumbuhan massa pada bekas luka, dirasakan gatal, nyeri, dan eritema. Bila dibandingkan dengan kasus keloid, maka pada parut hipertrofik keluhan gatal dan nyeri lebih jarang ditemukan. Awitan parut hipertrofik juga lebih dini, yaitu 4-8 minggu setelah awitan luka. Selain itu, parut hipertrofik biasanya berkembang selama 6 bulan kemudian dapat mengalami regresi spontan dalam 1 tahun.[1,3,4,8]
Pemeriksaan Fisik
Parut hipertrofik tampak merah, meninggi, dan tidak melebihi batas luka. Parut hipertrofik linear dapat melalui fase pertumbuhan cepat yang berlangsung 3-6 bulan sebelum menjadi stabil dan beregresi. Waktu hingga maturasi dapat mencapai 2 tahun.[1,7]
Parut hipertrofik luas terjadi pada area yang luas, biasanya berawal dari luka bakar. Metode evaluasi parut yang paling umum digunakan adalah Vancouver Scar Scale (VSS) dan Patient and Observer Scar Assessment Scale (POSAS).
Skala parut lain yang telah dikembangkan antara lain Seattle Scar Scale, Visual Analog Scale (VAS), 5-D Itch Scale, dan Itch Man Scale. Kualitas hidup dapat dievaluasi dengan VAS, 5-D Itch Scale, Boston Outcomes Questionnaire, Scars Problem Questionnaire, dan Brisbane Burn Scar Impact Profile. Parut hipertrofik lebih umum diasosiasikan dengan kontraktur sehingga dapat menyebabkan hambatan pergerakan sendi yang dipengaruhi.[1,7-9]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding utama parut hipertrofik adalah keloid, yang umumnya dapat dibedakan berdasarkan riwayat perjalanan klinis dan manifestasi klinisnya. Diagnosis banding lainnya seperti dermatofibrosarkoma, dermatofibroma, skleroderma nodular, dan lobomikosis.
Keloid
Keloid adalah parut patologis yang menyerupai parut hipertrofik tetapi manifestasinya melebihi batas luka awal. Keloid lebih cenderung terjadi pada individu berkulit gelap, dengan area predileksi berbeda daripada parut hipertrofik. Pembentukan keloid lebih lambat daripada parut hipertrofik.
Keloid lebih sering disertai gejala gatal dan nyeri. Biopsi dapat dilakukan untuk membantu diagnosis terutama bila lesi terus berubah. Keloid tidak mengalami regresi spontan. Manajemen keloid membutuhkan terapi multimodal, dengan tingkat rekurensi yang tinggi.[1,2,4,11]
Dermatofibrosarkoma Protuberans
Dermatofibrosarkoma protuberans adalah tumor sel spindel yang terbentuk pada trunkus dan bagian proksimal ekstremitas individu dewasa muda. Kondisi ini jarang dan bersifat agresif lokal. Lesi ini tidak didahului trauma dan memiliki batas yang lebih ireguler daripada parut hipertrofik.[11]
Dermatofibroma
Dermatofibroma adalah respon parut abnormal berupa papula atau nodul berwarna kulit atau hiperpigmentasi. Tanda khas kondisi ini adalah “dimple sign”, yaitu depresi sentral ketika lesi dikenakan tekanan dari lateral.[11]
Skleroderma Nodular
Kondisi ini bersifat progresif tanpa ada kejadian pendahulu yang diketahui. Skleroderma juga dapat disertai penyakit jaringan ikat lain.[11]
Lobomikosis
Lobomikosis adalah infeksi dalam akibat jamur Lacazia loboi. Lesi berupa nodul menyerupai parut patologis yang terbentuk pada ekstremitas distal dan bertumbuh dengan lambat. Kondisi ini diasosiasikan dengan ekspos terhadap lumba-lumba atau tanah pedesaan di area Amerika Tengah atau Selatan.[11]
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis parut hipertrofik biasanya ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang dilakukan bila terdapat keraguan perihal diagnosis atau untuk keperluan penelitian.
Histopatologi
Pemeriksaan biopsi dan histopatologi untuk diagnosis pasti parut hipertrofik, karena pemeriksaan ini dapat membedakan dengan keloid. Gambaran parut hipertrofik terdiri dari infiltrasi myofibroblas dan kolagen tipe III yang tersusun beraturan. Serabut dan bundel kolagen pada parut hipertrofik lebih halus, bergelombang, dan tersusun paralel dengan teratur.
Parut hipertrofik mengekspresikan kadar proteoglikan (PG) low-density dermatan sulfate yang tinggi. Terdapat banyak nodul yang mengandung myofibroblas dan asam mukopolisakarida. Tidak terdapat ekstensi tepi, atau pita fibrosa yang menyerupai lidah di bawah epidermis dan dermis papilar.[4,7,8]
Parut hipertrofik dalam tahap maturasi awal (durasi <6 bulan) ditandai dengan banyaknya nodul kolagen-seluler yang terdiri dari fibroblas yang positif α-SMA (smooth muscle actin) dan positif fibronektin (FN). Sementara pada parut hipertrofik yang lama (1-3 tahun), komponen seluler tidak menonjol, dan bersifat negatif α-SMA dan negatif FN.[4]
Pencitraan
Beberapa sarana dapat digunakan sebagai metode diagnostik tambahan untuk mengevaluasi parameter parut seperti warna, perfusi, konsistensi, elastisitas, atau ketebalan parut, yaitu kolorimetri atau spektrofotometri, pencitraan doppler laser, pneumatonometer, cutometer, atau ultrasonografi.
Aliran darah dan angiogenesis dapat diukur dengan sistem pencitraan laser speckle. Belum terdapat konsensus terhadap sarana yang paling sesuai untuk mengevaluasi parut.[9]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri