Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Perforasi Intestinal general_alomedika 2023-05-04T14:20:48+07:00 2023-05-04T14:20:48+07:00
Perforasi Intestinal
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Perforasi Intestinal

Oleh :
dr. Pepi Nurapipah
Share To Social Media:

Penatalaksanaan perforasi intestinal atau perforasi usus adalah tindakan operasi, walaupun tidak semua kasus harus dilakukan tindakan operasi. Apabila terjadi peritonitis ataupun sepsis, maka dibutuhkan tindakan operasi laparotomi atau eksplorasi laparoskopi.

Pada prinsipnya penanganan perforasi dimulai dari penilaian awal, resusitasi, penegakan diagnosis, dan penatalaksanaan yang cepat. Apabila pada penilaian awal sudah dicurigai adanya perforasi intestinal, maka manajemen dan evaluasi selanjutnya harus dirujuk ke dokter bedah baik bedah umum maupun bedah digestif.[1,2,13]

Persiapan Rujukan

Pasien dengan dugaan perforasi intestinal, yang datang ke klinik fasilitas kesehatan tingkat pertama, harus segera dirujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas dokter spesialis bedah.

Sebelum dirujuk, pasien harus diberikan edukasi mengenai kondisinya dan kemungkinan adanya tindakan operasi. Pada pasien berusia lanjut disertai penyakit komorbid, pasien dan keluarga harus mengetahui risiko dan kelebihan tindakan operasi sebelum dilakukan tindakan operasi.[1,2]

Terapi awal yang dapat dilakukan adalah pasien dipuasakan, resusitasi cairan untuk mempertahankan perfusi, dan antibiotik spektrum luas. Pasien yang dicurigai mengalami perforasi intestinal tidak boleh diberikan rawat jalan, harus menjalani rawat inap untuk dilakukan evaluasi dan terapi sesuai kondisi, termasuk perlu tidaknya tindakan operasi.[1-3]

Pembedahan

Terapi utama untuk perforasi intestinal adalah operasi. Operasi laparotomi merupakan terapi intervensi utama, akan tetapi saat ini laparoskopi juga dapat menjadi terapi pilihan.

Sebelum pembedahan sangat dibutuhkan tindakan resusitasi yang adekuat untuk menjamin keberhasilan tindakan. Operasi dapat menjadi kontraindikasi apabila ada kendala pada proses anestesi dan operasi, seperti gagal jantung berat, gagal napas, atau kegagalan multiorgan.

Pada kondisi ini, pasien dan keluarga harus diberikan pemahaman. Operasi juga dapat tidak dilakukan jika pasien menolak, atau bila tidak ada tanda-tanda peritonitis secara umum.[1-3]

Tujuan dari tindakan operasi yaitu:

  • Memperbaiki defek anatomis perforasi intestinal, bila diperlukan dilakukan ileostomi sementara atau permanen
  • Memperbaiki dan membersihkan penyebab dan area peritonitis
  • Mengeluarkan material asing dari rongga peritoneum yang dapat menstimulasi pertumbuhan bakteri, misalnya makanan, feses, cairan intestinal, cairan empedu, dan darah[1-3]

Medikamentosa Antibiotik

Golongan antibiotik yang dipilih harus mencakup organisme aerob dan anaerob. Beberapa antibiotik pilihan pada perforasi intestinal adalah metronidazole yang diberikan bersamaan dengan golongan aminoglikosida seperti gentamisin.[1,13]

Apabila tidak ada tanda dan gejala peritonitis secara umum, antibiotik dapat langsung diberikan kepada pasien dengan sasaran organisme bakteri gram negatif dan bakteri anaerob. Pemberian antibiotik selain dapat menurunkan infeksi sebelum operasi, tetapi juga terbukti dapat mengurangi jumlah infeksi luka setelah operasi, serta penyebaran infeksi peritoneal maupun intravaskular.[1,11]

Medikamentosa Analgetik - Antiinflamasi

Pemberian glukokortikoid sebelum operasi efektif dalam menekan inflamasi setelah operasi. Pemberian 24 mg deksametason efektif dalam mengurangi nyeri, mengurangi disfungsi endotel, dan vasodilatasi. Sebuah penelitian metaanalisis menjelaskan bahwa pemberian glukokortikoid intravena pasca operasi dapat mengurangi nyeri lebih awal, mengurangi mual setelah operasi, dan mengurangi lamanya waktu perawatan setelah operasi.[1,13,19]

Pemberian nonsteroidal antiinflammatory drug (NSAID) setelah operasi merupakan terapi yang efektif untuk mengurangi nyeri. Pemberian NSAID setelah operasi harus dievaluasi dalam beberapa hari penggunaan. Contoh NSAID yang dapat digunakan adalah paracetamol minimal 2 gr/24 jam, ibuprofen minimal 800 mg/24 jam, atau natrium diklofenak minimal 50 mg/24 jam.

Namun, pemberian NSAID sebaiknya dihindari untuk pasien dengan peritonitis dan sepsis karena gangguan fungsi ginjal. Selain itu, perlu pengawasan fungsi ginjal saat pemberian NSAID dengan antibiotik aminoglikosida yang berpotensi menyebabkan nefrotoksik.[1,13]

Pilihan untuk memberikan opioid dapat mencapai efek analgetik yang diharapkan. Opioid sudah banyak digunakan sebagai analgesik setelah operasi, tetapi opioid memiliki banyak efek samping sehingga sering dikombinasikan dengan NSAID, atau diberikan dosis secara titrasi hingga memberikan efek.[1,14]

Terapi Suportif

Terapi suportif yang dapat dilakukan pada pasien perforasi intestinal yaitu:

  • Pemberian cairan intravena untuk mengganti cairan yang hilang dan memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit
  • Monitor central venous pressure (CVP) untuk menilai status kardiopulmonal terutama pada pasien kritis atau pasien usia lanjut
  • Pemasangan nasogastric tube untuk mengosongkan lambung dan mengurangi risiko terjadinya muntah
  • Pemasangan kateter urin untuk menilai urine output dan menghitung penggantian cairan yang hilang[1,2]

 

 

Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja

Referensi

1. Azer SA. Intestinal Perforation. Medscape. 2022. https://emedicine.medscape.com/article/195537-overview#a8
2. Hafner J, Tuma F, Hoilat GJ, et al. Intestinal Perforation. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538191/
3. John M. Gastrointestinal Perforation. Teach Me Surgery. 2022. https://teachmesurgery.com/general/presentations/perforation/
11. Drugs.com. Medications for Gastrointestinal Perforation. 2023. https://www.drugs.com/condition/gastrointestinal-perforation.html
13. Foss NB, Kehlet H. Challenges in optimising recovery after emergency laparotomy. Anaesthesia. 2020 Jan;75 Suppl 1:e83-e89. doi: 10.1111/anae.14902. PMID: 31903571.
14. Alimian M, Pournajafian A, Kholdebarin A, Ghodraty M, Rokhtabnak F, Yazdkhasti P. Analgesic effects of paracetamol and morphine after elective laparotomy surgeries. Anesth Pain Med. 2014 Mar 8;4(2):e12912. doi: 10.5812/aapm.12912. PMID: 24829880; PMCID: PMC4013504.
19. Wang F, Shi K, Jiang Y, Yang Z, Chen G, Song K. Intravenous glucocorticoid for pain control after spinal fusion: A meta-analysis of randomized controlled trials. Medicine (Baltimore). 2018 May;97(20):e10507. doi: 10.1097/MD.0000000000010507. PMID: 29768324; PMCID: PMC5976326.

Diagnosis Perforasi Intestinal
Prognosis Perforasi Intestinal
Diskusi Terbaru
dr. Siti Wahida Aminina
Dibalas kemarin, 13:41
Sertifikat dr alomedika di tolak di plafom skp
Oleh: dr. Siti Wahida Aminina
2 Balasan
Izin bertanya, adakah sertifikat dokter dokter di tolak dr flatfom skp, kenapa ya? Apa salah masukkan data apa gimana?
dr. Eunike
Dibalas kemarin, 18:00
Tinea di groin yang berulang - ALOPALOOZA Dermatologi
Oleh: dr. Eunike
2 Balasan
Alo Dok. Pasien perempuan 40 tahun dengan keluhan gatal dan rash di selangkangan berulang, apakah perlu salep antijamur kombinasi dengan steroids, ya, karena...
dr.Eurena Maulidya Putri P
Dibalas kemarin, 18:49
Ikuti Webinar ber-SKP Kemkes - Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium - Selasa, 27 Mei 2025, Pukul 11.00 – 12.30 WIB
Oleh: dr.Eurena Maulidya Putri P
3 Balasan
ALO Dokter!Ikuti Webinar Alomedika ber-SKP Kemkes "Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium" untuk mempelajari seberapa efektif kalsium dalam mencegah...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.