Patofisiologi Ulkus Dekubitus
Patofisiologi dari ulkus dekubitus atau pressure injury merupakan sebuah proses kompleks yang dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor akan tetapi umumnya dipengaruhi oleh tekanan, gesekan, gaya geser, kelembaban dan nutrisi.
Tekanan
Berdasar penelitian terdahulu tekanan melebihi pada kapiler arteri diatas 30 – 32 mmHg dan vena sekitar 12 mmHg yang terus menerus dapat menimbulkan iskemi jaringan, nekrosis dan ulkus. Lokasi penekanan merupakan faktor yang dapat memperberat hal tersebut. Penonjolan tulang dengan lapisan kulit yang tipis seperti coccyx, prosesus spinosus, tumit, pergelangan kaki, dan siku.[2,4,5]
Berdasarkan penelitian terdahulu didapatkan imobilisasi lebih dari 2 jam menimbulkan efek ireversibel pada jaringan. Hal ini didukung oleh penelitian Dinsdale yang melaporkan apabila tekanan sebesar 70 mm Hg diaplikasikan selama 2 jam secara terus-menerus akan menimbulkan cedera pada jaringan yang bersifat ireversibel, namun apabila tekanan diberikan secara intermiten maka cedera dapat bersifat minimal meskipun tekanan yang diberikan sebanyak 240 mm Hg.[6-7]
Gaya Gesek
Gesekan yang terjadi antara kulit pasien dan permukaan seperti seprai, ranjang, kursi roda, dan sebagainya secara terus menerus akan menyebabkan luka pada kulit pasien. Luka yang dapat terjadi adalah abrasi, blister maupun cedera robek pada kulit pasien yang rapuh.
Gangguan integritas kulit akan meningkatkan water loss pada transepidermal sehingga meningkatkan kelembaban pada area di sekitar kulit yang terganggu. Peningkatan kelembaban ini nantinya akan meningkatkan gaya gesek pada kulit dengan cara meningkatkan perlengketan yang terjadi antara kulit dan permukaan lain.[2]
Kekuatan Geser
Kekuatan geser atau shear force akan berkembang ketika terjadi perlengketan pada kulit yang bergesekan pada permukaan lain. Gaya ini dihasilkan dari pergerakan relatif tulang dan jaringan sub kutaneus terhadap kulit yang tertahan akibat gaya gesek.[4]
Kelembaban
Lingkungan yang lembap akibat urine, inkontinensia fekal maupun drainase luka dapat meningkatkan risiko terjadinya peningkatan kerusakan yang disebabkan oleh tekanan, gesekan, dan pergeseran. Kulit nantinya akan rentan terhadap maserasi dan ekskoriasi.[4]
Malnutrisi
Faktor lain yang berkontribusi terhadap terjadinya luka tekan adalah nutrisi pasien, infeksi, edema dan faktor-faktor yang masih belum dapat diketahui secara jelas. Faktor nutrisi dari pasien merupakan salah satu faktor yang penting.
Malnutrisi protein dan energi dapat menurunkan aktivitas selular fibroblas dan memperlambat angiogenesis pada fase proliferasi sehingga nantinya sintesis dari kolagen akan berkurang. Hal ini nantinya akan berakibat pada luka yang akan terus terbuka.[8]
Manifestasi yang dapat berkontribusi dari pasien dengan penyakit kronis ataupun defisiensi nutrisi adalah rendahnya serum albumin, prealbumin dan transferrin yang penting sebagai faktor penyembuhan luka. Nutrisi merupakan salah satu pedoman klinis dari manajemen luka.[2,4]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri