Penatalaksanaan Ulkus Dekubitus
Penatalaksanaan dari ulkus dekubitus dapat berupa debridemen, terapi konservatif yang meliputi pencegahan tekanan pada lokasi yang rentan terjadi ulkus dekubitus, pengawasan nutrisi, kontrol infeksi, tatalaksana nyeri dan perawatan luka, serta pembedahan sesuai kebutuhan klinis dan derajat lukanya. Penatalaksanaan harus dilakukan secara cepat sejak diagnosa ulkus dekubitus ditegakkan.
Debridemen
Debridemen merupakan tatalaksana utama pada luka kronik, salah satunya adalah ulkus dekubitus. Tujuan dari debridemen adalah kontrol infeksi dengan cara menghilangkan jaringan nekrotik, biofilm, dan abses. Teknik debridemen yang dapat dilakukan pada pasien ulkus dekubitus adalah:
Surgical: Tata laksana ini dilakukan dengan menggunakan gunting atau scalpel dibawah anestesi lokal atau umum
- Autolitik: Debridemen natural yang menggunakan makrofag, dan enzim proteolitik endogen seperti kolagenase, elastase, myeloperoxidase, acid hydrolase dan lysozymes dalam tubuh
Enzymatic: Aplikasikan proteolitik dan fibrinolitik eksogen pada permukaan luka
Biologic: Debridemen menggunakan larva lalat yang steril
Mechanical: Menghilangkan jaringan mati dengan balutan wet to dry, irigasi luka, ultrasonic mist, ultrasound frekuensi rendah[3]
Terapi Konservatif
Terapi konservatif adalah upaya menghilangkan atau mengurangi tekanan pada lokasi yang rentan terjadi ulkus dekubitus, pengawasan nutrisi, kontrol infeksi, tatalaksana nyeri dan perawatan luka.
Pressure Relief
Tatalaksana utama dari ulkus dekubitus adalah melakukan offloading tekanan dari lokasi luka. Offloading dari tekanan ini dapat dilakukan dengan mengatur posisi dan alas permukaan dari pasien luka tekan.
- Pada pasien dengan risiko ataupun pasien dengan ulkus dekubitus, gunakan alas permukaan yang dapat mengurangi tekanan seperti egg crate mattress,natural sheepskin
- Matras kasur yang statis dapat digunakan pada pasien yang masih dapat bergerak dalam berbagai posisi, static mattresses ini terbuat dari angin, busa, gel atau kombinasinya yang dapat mengurangi gesekan dan shear dari pasien luka tekan
- Matras kasur yang dinamis digunakan pada pasien yang tidak dapat bergerak dalam berbagai posisi. Dynamic support surfaces merupakan alas dengan tekanan yang dapat diubah secara mekanik alas ini biasa disebut dengan low air loss atau air fluidised
- Modalitas lain seperti waterbed sudah jarang digunakan, dan hanya digunakan di negara-negara dengan keterbatasan fasilitas
- Gunakan bantalan dalam bentuk foam pada tonjolan tulang untuk mengurangi terjadinya gesekan
- Perubahan posisi yang dilakukan setiap 1-2 jam[3,19]
Nutrisi
Menurut sebuah studi oleh Keys et al. Albumin dibawah 3.5 g/dL diasosiasikan dengan rekurensi terjadinya ulkus di dalam 1 tahun, maka diperlukan koreksi albumin dan prealbumin yang rendah. Namun, dalam mendeteksi adanya malnutrisi tidak hanya dilihat dari hasil albumin dan prealbumin saja, status nutrisi lainnya juga perlu diperhatikan seperti berat badan yang rendah atau asupan makanan yang kurang.
Kebutuhan energi dari pasien harus disesuaikan berdasarkan usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi dan aktivitasnya. Asupan nutrisi yang baik untuk pasien dengan luka tekan adalah tinggi kalori dan tinggi protein. Menurut The Trans Tasman Dietetic Wound Care Guidelines, kebutuhan energy pada pasien ulkus dekubitus dewasa adalah 30 - 35 kcal/kgBB dan 1.25-1.5 gram protein/kgBB/hari. Tambahan untuk vitamin dan mineral diberikan apabila pasien terbukti mengalami defisiensi.[3,19]
Tata Laksana Nyeri
Salah satu hal penting yang harus ditangani pada pasien dengan ulkus dekubitus adalah nyeri. Tujuan dari tata laksana nyeri ini adalah upaya peningkatan kualitas hidup pasien dengan ulkus dekubitus. Tata laksana nyeri pada pasien ulkus dekubitus dapat dilakukan dengan cara perawatan luka ulkus dekubitus, penyesuaian tekanan pada luka, reposisi tubuh berkala, serta penyediaan obat analgetik topikal maupun sistemik
Menurut sebuah studi, pemberian preparat opioid ataupun non opioid topikal dapat mengurangi intensitas nyeri pada saat penggantian balutan ataupun debridemen luka.[9]
Pertimbangkan juga pemberian tata laksana nyeri non farmakologi pada pasien seperti musik, relaksasi progresif, perubahan posisi, meditasi, elektroterapi dan sebagainya.[3]
Kontrol Infeksi
Kontrol infeksi perlu dilakukan karena dapat menjadi salah satu penyebab dari terlambatnya penyembuhan luka yang dapat menyebabkan komplikasi seperti terjadinya osteomyelitis maupun sepsis apabila tidak ditangani.
Apabila terdapat tanda-tanda infeksi di sekitar ulkus dekubitus seperti peningkatan drainase, bau tidak sedap, kulit kemerahan dan hangat pemberian antibiotik topikal dapat dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan kultur bakteri kuantitatif namun antibiotik topikal tidak memiliki pengaruh yang begitu signifikan dalam penyembuhan luka serta menghilangkan infeksi.
Beberapa dokter bedah juga memberikan sediaan antisepsis topikal seperti povidone iodine, silver sulfadiazine, hidrogen peroxida, atau cairan Dakin (sodium hypochlorite) untuk menghilangkan bakteri dan mempercepat penyembuhan luka, namun preparat ini hanya dapat diberikan dalam jangka pendek karena bersifat sitotoksik apabila diberikan dalam jangka panjang.
Pemberian antibiotik secara intravena tidak rutin diberikan pada pasien ulkus dekubitus, pemberian antibiotik ini hanya dianjurkan apabila terdapat tanda-tanda infeksi secara sistemik, selulitis, osteomyelitis, dan sepsis.[9,10]
Rawat Luka
Prinsip dasar perawatan luka dari ulkus dekubitus adalah preparasi dasar luka dengan cara: membersihkan, debridemen, dan pemilihan balutan dan preparat topikal yang tepat.
Membersihkan luka dilakukan menggunakan air mengalir atau cairan normal saline dilanjutkan dengan debridemen luka untuk menghilangkan jaringan yang sudah mati. Pemilihan balutan (dressing) pada luka juga disesuaikan berdasarkan jenis luka.
Hal yang dipertimbangkan dalam pemilihan balutan adalah ukuran luka, kedalaman luka, bentuk luka, lokasi dari luka, banyaknya eksudat, jaringan pada dasar luka, serta kondisi tunnelling atau undermining serta kondisi dari kulit sekitar.
Tujuan dari memilih balutan yang tepat adalah meminimalisir terjadinya iritasi kulit yang lebih lanjut, mencegah dan mengatasi infeksi serta menyeimbangkan kelembaban luka. Balutan juga sebaiknya diganti secara berkala untuk menghindari adanya kontaminasi dari luka.[3,10]
Terdapat berbagai macam jenis balutan, dari balutan pasif seperti kain kasa hingga balutan dalam bentuk bioaktif dan digunakan tergantung kebutuhan. Beberapa jenis balutan yang terbuat dari bahan dasar interaktif sesuai dengan kebutuhan dari luka adalah foam, transparent films, hydrogels, hydrocolloid.
Foam:
Wound dressing berbentuk busa/foam terbuat dari polyurethane merupakan bahan semipermeabel yang dapat digunakan untuk luka dengan eksudat yang berlebih dan luka yang dalam.
Transparent Films:
Balutan ini berguna untuk menahan cairan dan mempertahankan kelembaban sehingga lebih cocok digunakan untuk luka yang kering.
Hydrogels:
Balutan hydrogel merupakan balutan yang terbuat dari gel dan air. Balutan ini sesuai untuk luka kering karena dapat mengikat air untuk melembabkan.
Hydrocolloid:
Balutan hydrocolloid terbuat dari busa atau film polyurethane yang mengandung gelatin atau gel dengan bahan dasar sodium caboxymethycellulose. Balutan ini sesuai untuk luka dengan eksudat yang sedikit hingga sedang. [10]
Modalitas terbaru dari perawatan luka lain yang dapat dilakukan dan masih dalam tahap pengembangan adalah Negative Pressure Wound Therapy (NPWT), terapi oksigen hiperbarik, terapi autologous, dan stem cells.
NPWT merupakan terapi yang terdiri dari busa dan vakum yang terikat dengan mesin suction. Alat ini terbukti dapat mempercepat penyembuhan luka dengan gaya mekanik yang dapat menstimulasi proliferasi dari fibroblas.[10]
Tata Laksana Pembedahan
Ulkus dekubitus yang sudah tertangani (nutrisi baik, infeksi terkontrol, terdapat jaringan granulasi) dan mempunyai defek yang besar dapat dilakukan rekonstruksi untuk menutup defek. Teknik penutupan defek dapat dimulai dari tutup primer / direct closure, skin graft, regional flap (flap muskulokutaneus), pedicle flap, free flap.
Penutupan defek bertujuan untuk mengurangi jaringan terekspose, mengurangi dead space, dan menurunkan angka infeksi. Indikasi bedah pasien pressure injury adalah pasien dengan luka tanpa adanya purulens, tergranulasi dengan baik serta terproteksi dengan baik dari kontaminasi seperti kotoran, urin maupun feses.[10]
Namun, perlu dipertimbangkan faktor-faktor yang dapat menghambat penyembuhan luka seperti usia, infeksi, malnutrisi, riwayat penyakit seperti diabetes atau kanker, edema, konsumsi alkohol atau rokok, penggunaan obat imunosupresan seperti steroid ataupun terapi radiasi.[2]
Teknik rekonstruksi yang dapat dilakukan pada pasien luka tekan adalah simple to pedicle flap, dan microvascular flap. Indikasi dilakukannya pembedahan rekonstruksi ini adalah pada luka yang besar, luka dengan organ dan pembuluh darah yang terpapar, luka dengan osteomyelitis, atau luka kronis yang tidak sembuh.[10]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri