Patofisiologi Alopecia Androgenetik pada Wanita
Patofisiologi alopesia androgenetik pada wanita atau female pattern hair loss (FPHL) tidak signifikan dipengaruhi oleh hormon androgen. FPHL terjadi karena miniaturisasi folikel rambut akibat gangguan siklus rambut.[1-3]
Siklus Rambut Normal
Siklus rambut yang normal terdiri atas 3 fase, yaitu anagen, katagen, dan telogen, kemudian masuk kembali ke fase anagen.
Fase Anagen
Proliferasi sel epitel terjadi pada fase anagen. Fase ini terjadi selama 2−6 tahun.[1,3]
Fase Katagen
Pada fase katagen terjadi apoptosis sel keratinosit, serta pigmentasi dan kondensasi papila dermis. Bagian tengah akar rambut akan mengalami penyempitan, sedangkan bagian bawah akan melebar dan mengalami keratinisasi. Pada fase ini, terbentuk rambut gada (club hair) yang berlangsung selama 2−3 minggu.[1,3]
Fase Telogen
Telogen merupakan fase istirahat, yaitu saat sel epitel memendek serta membuat rambut matur terdorong keluar. Fase ini dapat berlangsung dalam 5 minggu hingga 142 minggu (1000 hari).[1,3]
Peran Hormon Androgen
Papilla dermis memiliki peranan penting pada folikel rambut, serta menentukan tipe rambut. Hormon testosteron yang bersirkulasi akan masuk ke papilla dermis melalui pembuluh darah kapiler. Selanjutnya, hormon testosteron dimetabolisme menjadi DHT (dihydrotestosterone) atau androgen oleh enzim 5 alfa-reduktase tipe II.[1,2]
DHT terikat kuat pada reseptor androgen yang banyak jumlahnya pada folikel rambut, terutama pada area frontal dan vertex. Setelah androgen terikat dengan reseptor di folikel rambut, akan terjadi perubahan ekspresi genetik. Terjadi gangguan produksi faktor pertumbuhan serta matriks ekstraseluler yang menyebabkan perubahan pada fase pertumbuhan rambut.[1,2]
Alopesia Androgenetik
Pada alopesia androgenetik, durasi fase anagen menjadi lebih singkat dan fase telogen memanjang. Hal ini mengakibatkan usia rambut baru lebih pendek, terjadi miniaturisasi, dan akhirnya menyebabkan kebotakan. Karakteristik miniaturisasi folikel berupa rambut lebih tipis, diameter lebih kecil, dan mengandung lebih sedikit pigmen.[1-3]
Selain itu, glandula sebasea yang dipengaruhi DHT akan menjadi lebih besar, sehingga kulit kepala cenderung berminyak dan perfusi darah ke folikel rambut menurun. [1-3]
Gambar 1. Miniaturisasi Folikel Rambut (sumber: SK Sulistyaningrum, IFAAD, 2021)
Alopesia Androgenetik pada Wanita
Estrogen mempengaruhi terjadinya alopesia androgenetik pada wanita. wanita cenderung mengalami keluhan rambut rontok saat kadar estrogen menurun, di antaranya saat setelah melahirkan dan menopause.[4]
Reseptor vitamin D diekspresikan secara kuat dalam folikel rambut dan keratinosit. Reseptor vitamin D yang kurang akan menurunkan diferensiasi epidermis dan pertumbuhan folikel rambut. Oleh karena itu, vitamin D diperlukan untuk mempertahankan siklus rambut normal. Konsentrasi optimal vitamin D3 sangat penting untuk menunda penuaan dan kerontokan rambut. Akan tetapi, keterkaitan suplementasi vitamin D untuk mencegah alopesia masih memerlukan penelitian lebih lanjut.[8]