Etiologi Alopecia Androgenetik pada Wanita
Etiologi alopesia androgenetik pada wanita atau female pattern hair loss (FPHL) merupakan interaksi intensif faktor internal dan eksternal, yang menghasilkan stres oksidatif dan meningkatkan peradangan/kerusakan folikel rambut. Faktor internal yang berperan penting dalam semua jenis kerontokan rambut adalah genetik.
Etiologi Faktor Internal
Genetik merupakan faktor internal yang utama dalam mempengaruhi kerentanan individu terhadap berbagai jenis gangguan rambut, baik FPHL, telogen effluvium, maupun alopecia areata. Faktor internal lainnya adalah aging, status gizi buruk/defisiensi nutrisi, dan penyakit autoimun (vitiligo, psoriasis, dermatitis atopik, dan tiroiditis). Beberapa penyakit sistemik juga dipercaya berhubungan dengan FPHL, yaitu sindrom ovarium polikistik, diabetes melitus tipe 2, dan penyakit kardiovaskuler. [2,4,9]
Faktor Genetik
Reseptor androgen merupakan target gen utama yang terlibat dalam FPHL. Penelitian terbaru telah mengungkapkan beberapa lokus genetik tambahan yang mempengaruhi proliferasi sel, gangguan sinyal neurologis, serta perubahan respons imun dan sinyal WNT sebagai penyebab utama kerontokan rambut. Sinyal WNT merupakan jalur penting untuk pemeliharaan dan regenerasi sel imun, yang mengatur homeostasis sel punca.[9]
FPHL dapat bersifat genetik, yaitu diturunkan secara autosomal dominan jika kedua orangtua mengalami alopesia androgenetik. Diperkirakan reseptor androgen pada kromosom lokus AR/EDA2R serta lokus PAX1/FOX A2 pada kromosom 20 merupakan gen yang berperan dalam alopesia androgenetik.[7]
Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS)
Sindrom ovarium polikistik merupakan endokrinopati atau gangguan hormonal, akibat ovarium yang tidak merespon sinyal kelenjar hipofisis. Hal ini menyebabkan, folikel ovarium gagal melepaskan ovum dan berkembang menjadi kista yang selanjutnya akan melepaskan hormon estrogen dan testosteron dalam jumlah berlebihan.[10]
Testosteron selanjutnya dimetabolisme menjadi DHT atau androgen yang terikat kuat pada reseptor androgen pada folikel rambut, sehingga menyebabkan miniaturisasi folikel dan alopesia.[10]
Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes melitus tipe 2 mengalami peningkatan kadar insulin, yang terkait dengan resistensi insulin. Kondisi ini dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah pada folikel rambut, sehingga terjadi insufisiensi mikrovaskular pada kulit kepala pasien dengan alopesia androgenetik. Hal ini menyebabkan gangguan asupan nutrisi ke folikel rambut dan memperparah alopesia. [11]
Penyakit Kardiovaskular
Meta-analisis oleh Kim et al. menunjukkan bahwa pasien dengan alopesia androgenetik memiliki profil lipid abnormal atau dislipidemia. Hal tersebut menjadi faktor adanya hubungan alopesia androgenetik dengan penyakit kardiovaskular. Dalam studi tersebut, kadar kolesterol total, trigliserida, dan lipoprotein densitas rendah yang secara signifikan lebih tinggi, serta kadar lipoprotein densitas tinggi yang lebih rendah, ditemukan pada pasien dengan alopesia androgenetik.[12]
Etiologi Faktor Eksternal
Faktor eksternal alopecia androgenetik dapat berupa paparan ultraviolet, polutan, rokok, dan patogen. Interaksi faktor eksternal dan internal memainkan peran sentral dalam patofisiologi penyakit rambut, dengan cara yang mirip dengan penyakit kronis lainnya, seperti kanker, penuaan, diabetes melitus, penyakit jantung, dan gangguan ginjal kronis. Mekanisme melalui inisiasi kaskade sinyal intraseluler yang meningkatkan ekspresi gen proinflamasi, yaitu faktor nekrosis tumor α (TNFα), interleukin 1 (IL-1), dan reactive oxidative species (ROS).[4,9]
Faktor Risiko
Faktor risiko dan faktor protektif FPHL belum sepenuhnya diketahui. Penuaan merupakan faktor risiko pada semua populasi. Faktor lain yang mempengaruhi FPHL adalah wanita yang merokok, dan/atau memiliki riwayat hipertensi, resistensi insulin, stress, dan defisiensi nutrisi (vitamin A, D, E, biotin, keratin, asam folat, Fe, Se, Mg, Zn, Omega 3).[7,9]