Penatalaksanaan Alopecia Androgenetik pada Wanita
Penatalaksanaan alopesia androgenetik pada wanita atau female pattern hair loss (FPHL) terdiri dari perawatan rambut nonmedikamentosa, disertai pengobatan medikamentosa dan tindakan medis. Perawatan rambut memiliki peranan penting dalam keberhasilan terapi FPHL.[8]
Perawatan Rambut Nonmedikamentosa
Kebiasaan sehari-hari yang dapat membantu mencegah kerontokan rambut di antaranya:
- Tidak terlalu sering mencuci rambut
- Mengikat rambut dengan nyaman atau tidak terlalu kencang
- Mengurai rambut saat tidur
- Menggunakan sisir bergigi jarang dan jangan menyisir rambut dalam kondisi basah
- Mencukupi kebutuhan nutrisi yang bermanfaat bagi kesehatan rambut, yaitu protein, omega 3, zinc, zat besi, niasin, biotin, selenium, asam folat, serta vitamin A, D, dan E [8,18]
Pengobatan Medikamentosa
Terapi medikamentosa androgenetik pada wanita dengan derajat ringan sampai sedang menggunakan antiandrogen dan/atau minoxidil topikal. Terapi medikamentosa akan memberikan hasil setelah digunakan rutin selama 6 bulan. Setelah itu, terapi perlu dilanjutkan agar memberikan hasil yang lebih maksimal dan bertahan lebih lama.[5]
Minoxidil
Minoxidil adalah derivat piperidin-pyrimidine dan vasodilator arteriol kuat. Minoxidil bekerja melalui beberapa jalur, yaitu sebagai vasodilator, agen anti-inflamasi, penginduksi jalur sinyal Wnt/b-catenin, antiandrogen, dan juga mempengaruhi panjang fase anagen dan telogen.[19]
Minoxidil adalah prodrug yang dimetabolisme oleh follicular sulfo-transferase menjadi bentuk aktif minoxidil sulfate. Individu dengan aktivitas sulfo-transferase yang lebih tinggi akan merespon terapi ini lebih baik.[19]
Minoxidil Topikal:
Kadar minoxidil topikal yang disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk tata laksana alopesia androgenetik pada wanita adalah solusio 2%. Penggunaannya dioleskan 1 mL pada kulit kepala, sebanyak 2 kali sehari.[19]
Sekitar 1,4% dari minoxidil topikal diserap melalui kulit. Minoxidil 2% cukup efektif untuk merangsang konversi rambut vellus menjadi rambut terminal. Minoxidil 5% sebenarnya lebih superior dibandingkan 2%, tetapi meningkatkan risiko hirsutisme, hipersensitivitas, dan hipertrikosis.[19,20]
Efektivitas minoxidil meningkat saat dikombinasikan dengan zat aktif topikal antralin 1% (dioleskan 1 jam sebelum minoxidil), asam retinoat, serta propilen glikol.[21]
Minoxidil Peroral:
Minoxidil peroral 5 mg/hari, setelah pemberian 6 bulan, secara signifikan lebih efektif daripada sediaan topikal 5% dan 2% pada alopesia androgenetik pria. Sedangkan pada FPHL dan telogen effluvium kronis, dosis rendah 0,5−5 mg/hari aman dan efektif.[22]
Finasteride
Finasteride adalah kompetitor enzim 5 alfa-reduktase tipe II yang banyak ditemukan pada akar rambut. Finasteride bekerja menghambat produksi DHT, tetapi tidak menghambat ikatan DHT dengan reseptor androgen.[23]
Dosis optimal finasteride yaitu 1 mg/hari peroral, di mana mampu menurunkan kadar serum DHT hingga 71,4%, serta DHT di kulit kepala hingga 64,1%.[23]
Beberapa penelitian menunjukkan efektivitas penggunaan finasteride selama 12 bulan dalam meningkatkan jumlah rambut dan perbaikan kulit. Efek samping finasteride di antaranya feminisasi, penurunan libido, disfungsi ereksi, dan depresi. Namun, keluhan efek samping ini lebih banyak dialami pada pria.[24]
Kortikosteroid
Steroid dapat meredakan inflamasi yang terjadi di folikel rambut. Pengobatan kortikosteroid bisa dikombinasi dengan zat aktif topikal antralin 1% dan minoxidil 5%. Efek samping yang paling sering terjadi berupa atrofi kulit, sehingga harus dievaluasi berkala.[21,25]
Kortikosteroid Topikal:
Fluocinolone acetonide 0,2%, betamethasone dipropionate 0,05%, atau mometasone,
dalam bentuk lotio, foam, gel, krim, atau pun ointment, dioleskan pada kulit kepala sebanyak 1 mL atau sekitar 1 gram, sebanyak 2 kali/hari. Dosis dan frekuensi dikurangi secara bertahap jika tampak perbaikan. Hasil terapi dapat terlihat setelah 3 bulan.[21,25]
Kortikosteroid Injeksi Intradermal:
Injeksi intrakutan triamsinolon asetonid diberikan pada area alopesia dengan dosis 0,5 mL (1 mg/0,1 mL) per luas 1 cm2 . Durasi pemberian adalah 1−2 bulan.[21,25]
Spironolakton
Spironolakton paling sering digunakan sebagai anti-androgen yang poten. Cara kerja obat ini sebagai antagonis aldosteron, yaitu menghambat produksi testosteron di kelenjar adrenal, memblok reseptor DHT sitoplasma secara kompetitif, dan menghambat biosintesis androgen.[26]
Dosis rekomendasi yaitu 100−300 mg/hari. Pasien wanita membutuhkan dosis minimal 100 mg/hari. Efek samping yang dapat timbul antara lain ginekomastia, siklus menstruasi tidak teratur, hipotensi postural, dan gangguan keseimbangan elektrolit.[26]
Tindakan Medis
Berbagai tindakan medis terus berkembang untuk penatalaksanaan kerontokan rambut, termasuk FPHL. Tindakan ini dapat menjadi terapi adjuvan, terapi utama, bahkan alternatif pilihan terakhir jika pasien tidak mengalami perbaikan dengan terapi topikal maupun oral.[1,3,4]
Low-Level Laser
Terapi dengan low level laser/light therapy (LLLT) di antaranya dengan photodynamic therapy (PDT). Terapi ini dapat menstimulasi tumbuhnya rambut dengan efektif dan aman. LLLT menstimulasi fase reentry anagen folikel rambut setelah fase telogen, memperpanjang durasi fase anagen, meningkatkan proliferasi folikel rambut anagen aktif, serta mencegah terjadinya fase katagen prematur.[27]
Penggunaan LLLT (655 nm red light dan 780 nm infrared light) selama 20 menit, sebanyak 2 kali seminggu untuk durasi 3−6 bulan, memiliki hasil signifikan untuk meningkatkan pertumbuhan rambut, mengurangi rambut velus, serta meningkatkan densitas rambut terminal.[27]
Platelet Rich Plasma
Platelet-rich plasma (PRP) merupakan bagian plasma darah yang kaya dengan trombosit. Activated platelets mengandung berbagai faktor pertumbuhan dan sitokin dari alpha granules yang membantu proses penyembuhan luka.[4,28]
Trombosit dalam PRP teraktivasi saat disuntikkan intradermal ke kulit kepala. Kemudian terjadi pelepasan berbagi faktor pertumbuhan, yaitu platelet-derived growth factor (PDGF), transforming growth factor beta (TGF-β), vascular endothelial growth factor (VEGF), epidermal growth factor (EGF), dan insulin-like growth factor-1 (IGF-1).[4,28]
Berbagai faktor pertumbuhan tersebut akan meningkatkan proliferasi sel, diferensiasi sel, angiogenesis, kemotaksis dan aktivasi fibroblas, sintesis kolagen, stimulasi matriks ekstraseluler, serta ekspresi faktor pertumbuhan endogen yang diperlukan untuk pertumbuhan kembali rambut baru.[4,28]
Terapi Sel Punca
Jaringan adiposa merupakan sumber sel punca mesenkim yang pluripoten. Injeksi intradermal sel punca merupakan salah satu pilihan terapi pada FPHL. Terapi ini mampu meningkatkan produksi berbagai faktor pertumbuhan dan menstimulasi angiogenesis/vaskularisasi yang akan meningkatkan pertumbuhan rambut dan ketebalan rambut.[4]
Nano Microneedling
Nano-microneedling merupakan tindakan dengan jarum berukuran nano hingga mikro, sesuai prinsip dermaroller. Alat yang biasa digunakan berupa dermapen yang memiliki beberapa jarum dengan diameter dan panjang yang bervariasi, dan dipilih sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Proses microneedling akan menciptakan cedera jaringan yang terkontrol sehingga merangsang pertumbuhan rambut. Microneedling akan meningkatkan pelepasan berbagai faktor pertumbuhan, seperti platelet-derived growth factor (PDGF), yang mengaktifkan stem cell pada folikel rambut.[29]
Thread Embedded Therapy
Prinsip terapi ini mirip dengan teknik skin needling, yaitu melalui mikrotrauma untuk menstimulasi neovaskularisasi, produksi kolagen, dan produksi faktor pertumbuhan sehingga akan meningkatkan pertumbuhan rambut dan menebalkan rambut. Tindakan menggunakan jarum dan benang yang soluble/absorbable suture yang diletakkan di bawah kulit.[4]
Fractional Radiofrequency
Fractional radiofrequency (RF) akan meningkatkan IGF-1, stimulator yang ampuh dalam merangsang pertumbuhan folikel rambut dan faktor pertumbuhan endotel vaskular VEGF dalam sel papila dermis. Hal ini akan menyebabkan rambut memanjang. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Vernell et al, tindakan RF dapat meningkatkan kepadatan dan ketebalan rambut, serta dapat ditoleransi dengan baik.[30]
Hair Transplantation
Transplantasi rambut merupakan terapi yang efektif dan aman untuk FPHL, pada wanita usia >25 tahun yang tidak memberikan respon baik terhadap terapi lainnya. Tindakan ini direkomendasikan pada kondisi FHPL yang sudah stabil atau tidak lagi progresif. Tindakan ini dapat mengembalikan penampilan rambut yang lebih terlihat sehat dan alami.[4,31]
Transplantasi rambut dilakukan dengan memindahkan rambut dari area kulit kepala donor yang sehat pada pasien ke area kulit kepala yang mengalami FPHL. Prosedurnya memiliki beberapa teknik, di antaranya punch hair grafting, temporo-parietooccipital flap (TPO), dan minimicrograft. Komplikasi yang dapat muncul termasuk edema fasial, nyeri kepala, hipoestesia sementara, dan jaringan parut pada area donor.[4,31]