Epidemiologi Impetigo
Secara epidemiologi, impetigo lebih banyak terjadi pada anak-anak usia 2–5 tahun. Impetigo juga berhubungan erat dengan kondisi iklim yang lembap dan suhu udara yang hangat, serta lebih banyak ditemukan pada negara beriklim tropis atau subtropis.[7]
Global
Secara global, diperkirakan sebanyak 162 juta anak menderita impetigo di dunia. Impetigo lebih banyak ditemukan pada laki-laki. Penyebaran sering dilaporkan terjadi pada tempat penitipan anak, taman kanak-kanak (TK), dan sekolah dasar.
Sebanyak 80% dari impetigo merupakan impetigo bulosa yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Impetigo bulosa lebih umum ditemukan pada neonatus dan bayi, sekitar 90% kasus terjadi pada usia di bawah 2 tahun.[4,8]
Indonesia
Epidemiologi impetigo di Indonesia belum diketahui. Pada tahun 2017, Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) menyatakan infeksi kulit dan jaringan lunak yang disebabkan oleh bakteri piogenik paling sering karena Staphylococcus aureus dan Streptokokus-hemolitik grup A, seperti S. pyogenes. Hal tersebut menunjukkan kemungkinan prevalensi impetigo di Indonesia cukup tinggi.[7]
Mortalitas
Impetigo umumnya dapat sembuh dalam waktu 2–3 minggu, dan jarang menyebabkan mortalitas. Namun, terkadang dapat terjadi komplikasi yang bisa mengakibatkan kematian. Komplikasi yang cukup sering terjadi adalah gagal ginjal, dengan gejala gangguan fungsi ginjal, hematuria, dan proteinuria. Selain itu, dapat juga timbul artritis septik, scarlet fever, sepsis, dan staphylococcal scalded skin syndrome (SSSS).
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra