Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Panduan e-Prescription Impetigo general_alomedika 2023-11-15T15:22:35+07:00 2023-11-15T15:22:35+07:00
Impetigo
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan e-Prescription

Panduan e-Prescription Impetigo

Oleh :
dr. Luthfi Saiful Arif
Share To Social Media:

Panduan e-prescription pada impetigo ini dapat digunakan Dokter pada saat akan memberikan terapi medikamentosa secara online.

Impetigo adalah infeksi bakteri pada epidermis atau kulit superfisial. Umumnya terjadi pada anak-anak. Berdasarkan jenis lesi, impetigo terdiri dari impetigo bulosa dan nonbulosa. Kebanyakan kasus (70%) adalah impetigo krustosa atau nonbulosa, dan disebabkan oleh bakteri Streptococcus β hemolyticus. Sementara itu, impetigo bulosa disebabkan oleh Staphylococcus aureus.[1]

Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala impetigo krustosa adalah:

  • Lesi awal papul eritematosa dan berkembang menjadi vesikel dan pustul
  • Pada vesikel yang pecah, tampak krusta berwarna kuning dan tebal seperti madu dengan dasar eritematosa
  • Dapat disertai limfadenitis

  • Predileksi daerah wajah, terutama di sekitar lubang hidung dan mulut[1,2]

Tanda dan gejala impetigo bulosa adalah:

  • Vesikel yang dapat berkembang menjadi bula flaccid (hipopion)
  • Pada bula yang pecah, tampak cairan kekuningan. sisa krusta berwarna kecoklatan dan skar kolaret dengan dasar eritematosa
  • Predileksi daerah dada, punggung, ekstremitas, dan intertriginosa
  • Pada kasus impetigo bulosa di daerah selangkangan, bula dapat memicu terjadinya ulcerative diaper rash[1,2]

Peringatan

Impetigo jarang disertai demam, sehingga jika ada demam perlu dicurigai adanya infeksi lain. Segera rujuk pasien jika terdapat:

  • Kecurigaan infeksi impetigo oleh bakteri methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) yang membutuhkan kultur bakteri
  • Impetigo bulosa yang berkembang menjadi staphylococcal scalded skin syndrome (SSSS) merupakan kasus gawat darurat yang membutuhkan rawat inap, karena berisiko anak mengalami dehidrasi yang dapat berakibat kematian
  • Glomerulonefritis poststreptococcal dapat muncul dalam 1−2 minggu setelah infeksi, dapat bersifat asimtomatik dengan prognosis baik hingga muncul sindrom nefritik full-blown yang membutuhkan penatalaksanaan lebih lanjut[1,3-5]

Peringatan Medikamentosa

Impetigo merupakan penyakit yang mudah menular. Upayakan agar kuku tetap pendek, ingatkan agar anak tidak menggaruk lesi serta berikan edukasi untuk mencuci tangan secara berkala.

Penyerapan terapi topikal dapat terhalang oleh krusta yang terbentuk. Agar terapi bereaksi dengan maksimal, angkat krusta dengan kompres terbuka atau mandi dengan air yang telah ditambahkan pemutih klorin 4%. Konsumsi obat antibiotik harus sesuai dosis yang diberikan oleh dokter hingga seluruh lesi menghilang.[3,6]

Perawatan Suportif

Perawatan suportif termasuk edukasi mengenai higiene tangan dan linen, cara mandi, dan pembatasan sosialisasi anak.

Higiene Tangan

Edukasi hand-hygiene berperan penting untuk mencegah penularan. Ajarkan anak untuk mencuci tangan rutin dengan sabun dan air selama 20 detik, atau jika sabun dan air tidak tersedia dapat gunakan handrub berbasis alkohol. Hindari bersentuhan secara langsung kulit dengan kulit, misalnya berjabat tangan dengan orang lain.[6,7,8]

Higiene Linen

Impetigo dapat menular melalui penggunaan linen bekas pasien, sehingga pastikan untuk memisahkan penggunaan handuk, pakaian, dan sprei pada pasien impetigo dari individu sehat. Desinfeksi linen bekas pasien dapat rutin dengan menggunakan air panas saat mencuci atau dengan menyetrikanya.[9]

Cara Mandi

Sarankan orang tua untuk menambahkan 12 mL pemutih klorin 4% pada setiap 10 liter air yang digunakan anak untuk mandi. Hal ini untuk mencegah impetigo berulang dan penularannya. Untuk menghilangkan krusta, saat mandi dengan air yang telah diberikan sedikit pemutih tersebut, gosok krusta dengan menggunakan kain secara perlahan hingga terlepas.[6,8]

Pembatasan Sosialisasi Anak

Anak sebaiknya libur dari tempat penitipan anak atau sekolah hingga krusta telah terbentuk, atau 24 jam pasca terapi antibiotik. Saat berpergian, lesi sebaiknya ditutup dengan dressing kedap air untuk mencegah kontak langsung antara lesi dengan kulit sehat.[6]

Sekitar 20% kasus impetigo tanpa komplikasi dapat sembuh secara spontan, tetapi membutuhkan waktu 14‒21 hari. Sementara, terapi dapat mempercepat durasi penyembuhan menjadi 10 hari atau kurang. Oleh karena itu, impetigo sebaiknya diobati dengan medikamentosa untuk mengurangi lama pembatasan sosial anak.[3,6]

Medikamentosa Topikal

Tata laksana impetigo fokus pada penggunaan antibiotik topikal. Salep dioleskan tipis-tipis pada lesi, dianjurkan untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah menggunakan salep.

Lini pertama pemilihan salep adalah mupirocin atau retapamulin. Pemberian topikal asam fusidat sedapat mungkin dihindari, karena terdapat bukti peningkatan resistensi S.aureus terhadap asam fusidat.[27,28]

Cara penggunaan salep sebagai berikut:

  • Mupirocin 2%: dioleskan 2−3 kali sehari, selama 7 - 10 hari. Sebaiknya diberikan pada anak berusia >2 bulan

  • Retapamulin 1%: dioleskan 2 kali sehari, selama 5 hari. Sebaiknya diberikan pada anak berusia >9 bulan
  • Ozenoxacin 1%: dioleskan 2 kali sehari, selama 5 hari. Sebaiknya diberikan pada anak berusia >2 bulan
  • Asam fusidat 2%: dioleskan 2−3 kali sehari, selama 7 – 12 hari. Tidak terdapat batasan usia pada penggunaan obat ini[10-13]

Lesi yang tertutup pus atau krusta akan menghalangi penyerapan antibiotik topikal. Oleh karena itu, krusta dapat dihilangkan dengan kompres terbuka selama 10 menit, sebelum pemberian terapi topikal. Kompres terbuka dapat dilakukan dengan salah satu larutan di bawah ini:

  • Asam salisilat 0,1%
  • Rivanol 1%
  • Povidone iodine 1%[2,3]

Medikamentosa Sistemik

Antibiotik sistemik direkomendasikan pada pasien impetigo dengan bula berukuran besar, mengalami demam dan limfadenopati ekstensif, serta jika terdapat epidemi impetigo. Antipruritus sistemik dapat diberikan pada anak dengan keluhan gatal, untuk menghindari anak menggaruk lesi.

Antibiotika pada Infeksi Non-MRSA (methicillin-resistant Staphylococcus aureus)

Antibiotik yang dapat diberikan pada infeksi non-MRSA antara lain amoxicillin, cefalexin, dicloxacillin, dan cefadroxil.

Dosis Amoxicillin/Clavulanate:

  • Dewasa: dosis 875/125 mg setiap 12 jam, selama 7 hari
  • Anak <3 bulan: dosis amoxicillin 30 mg/hari, dalam dosis terbagi setiap 12 jam, selama 7 hari
  • Anak >3 bulan: dosis amoxicillin 25‒45 mg/hari, dalam dosis terbagi setiap 12 jam, selama 7 hari
  • Amoxicillin/clavulanate tersedia dalam bentuk sediaan tablet (250/125 mg; 500/125 mg; 875/125 mg), tablet lepas lambat (1000/62,5mg), dan suspensi (125/31,25 mg/5mL; 250/62,5 mg/ 5mL) [10,13,14]

Dosis Cefalexin:

  • Dewasa: dosis 250 mg setiap 6 jam, atau 500 mg setiap 12 jam, diberikan selama 7 hari
  • Anak: dosis 25‒50 mg/kgBB/hari, dalam dosis terbagi setiap 12 jam, diberikan selama 7 hari
  • Cefalexin tersedia dalam bentuk tablet 500 mg dan kapsul 500 mg[10,13,15]

Dosis Dicloxacillin:

  • Dewasa: dosis 250−500 mg, 4 kali sehari, selama 7 hari
  • Anak: dosis 12,5–25 mg/KgBB/hari, dalam dosis terbagi setiap 6 jam, diberikan selama 7 hari.
  • Dicloxacillin tersedia dalam bentuk kapsul oral 250 mg dan 500 mg[11,13,16]

Dosis Cefadroxil:

  • Dewasa: dosis 1‒2 gram, dalam dosis terbagi setiap 12 jam, selama 7 hari
  • Anak >6 tahun dengan berat badan <40 kg: dosis 30–50 mg/kgBB/hari, dalam dosis terbagi setiap 12 jam, selama 7 hari, dosis maksimal 100 mg/kgBB/hari
  • Cefadroxil tersedia dalam bentuk kapsul oral 500 mg[11,13,17]

Antibiotika pada Infeksi MRSA (methicillin-resistant Staphylococcus aureus)

Jika terdapat dugaan impetigo disebabkan infeksi MRSA, maka segera rujuk ke dokter spesialis. Antibiotik yang dapat diberikan misalnya vancomycin, clindamycin, doxycycline, atau trimethoprim-sulfamethoxazole.[11,13]

Antipruritus

Antihistamin memiliki efek antipruritus untuk mengurangi garukan pada pasien impetigo, sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya autoinokulasi pada pasien.[21]

Antihistamin sistemik yang dapat diberikan adalah antihistamin generasi kedua, seperti loratadine dan cetirizine. Peresepan antihistamin generasi pertama, yaitu chlorpheniramine maleate (CTM), harus dihindari dalam praktek klinis karena kurang efektif dan memiliki efek samping yang lebih berat dibandingkan antihistamin generasi kedua.

Dosis Cetirizine:

  • Dewasa dan anak >12 tahun : dosis 10 mg, 1 kali/hari
  • Anak 6‒12 tahun: dosis 5 mg, setiap 12 jam
  • Anak 2‒5 tahun: dosis 2,5 mg, setiap 12 jam
  • Cetirizine tersedia dalam bentuk tablet 5 mg dan 10 mg; tablet salut 10 mg; kapsul 10 mg; serta sirup 5 mg/ 5 mL dan 10 mg/5 mL[22]

Dosis Loratadine:

  • Dewasa dan anak >12 tahun: dosis 10 mg, 1 kali/hari, atau 5 mg setiap 12 jam
  • Anak 2‒12 tahun dengan berat badan <30 kg: dosis 5 mg, setiap 24 jam
  • Anak 6‒12 tahun dengan berat badan >30 kg: dosis 10 mg, setiap 24 jam
  • Loratadine tersedia dalam bentuk tablet 10 mg; tablet kunyah 5 mg; kapsul 10 mg; serta sirup 5 mg/ 5 mL[23]

Pemberian pada Ibu Hamil

Obat topikal dapat diberikan pada ibu hamil dengan impetigo. Salep atau krim mupirocin dan retapamulin dimasukan oleh FDA dalam kategori B, sehingga dapat diberikan pada ibu hamil. Pemberian asam fusidat sebaiknya dihindari karena termasuk dalam kategori C. Sedangkan data keamanan ozenoxacin pada kehamilan saat ini belum tersedia.[21,24-26]

Antibiotik oral amoxicillin/clavulanate, cefalexin, dicloxacillin, vancomycin, dan clindamycin masuk dalam kategori B oleh FDA, sehingga dapat digunakan pada kehamilan jika manfaat melebihi risiko. Sedangkan doxycycline masuk kategori D, dan trimethoprim-sulfamethoxazole masuk kategori C, jadi sebaiknya dihindari penggunaannya pada ibu hamil.[24]

Antihistamin generasi kedua, cetirizine dan  loratadine, termasuk dalam FDA kategori B. Keduanya juga dilaporkan diekskresikan ke dalam ASI dalam jumlah minimal.Oleh karena itu, penggunaannya pada kehamilan dan wanita menyusui menimbang aspek manfaat yang melebihi risiko.[24]

 

Ditulis oleh: dr. Luthfi Saiful Arif 

Referensi

1. Johnson MK. Impetigo. Adv Emerg Nurs J. 2020; 42(4): 262-269
2. Perkumpulan dokter spesialis kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI). Panduan praktik klinis bagi dokter spesialis kulit dan kelamin di Indonesia. Jakarta: 2017
3. Nardi NM. Schaefer TJ. Impetigo. StatPearls Treasure Island. 2021. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430974/
4. Dollani LC. Marathe KS. Impetigo/Staphylococcal Scalded Skin Disease. Pediatr Rev. 2020; 41(4): 210-212.
5. Rawla P. Padala SA. Ludhwani D. Poststreptococcal glomerulonephritis. StatPearls Publishing; 2021. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538255/
6. The Royal Children Hospital Melbourne. Impetigo (school sores). 2020. https://www.rch.org.au/kidsinfo/fact_sheets/Impetigo_school_sores/
7. May PJ. Tong SYC. Steer AC. Currie BJ. Andrews RM. Carapetis JR. Bowen AC. Treatment, prevention and public health management of impetigo, scabies, crusted scabies and fungal skin infections in endemic populations: a systematic review. Trop Med Int Health. 2019; 24(3): 280–293.
8. American Academy of Dermatology Association. Impetigo: Diagnosis and treatment. 2021. https://www.aad.org/public/diseases/a-z/impetigo-treatment.
9. Francis SF. Sasirekha B. Prabhu R. Dhyani P. Kumaran V. Impetigo – A case report. IJRRJournal. 2018; 5(11): 12-14.
10. Schachner LA. Andriessen A. Benjamin LT. et al. Do Antimicrobial Resistance Patterns Matter? An Algorithm for the Treatment of Patients With Impetigo. J Drugs Dermatol.2021; 20(2); 134-142.
11. Van Ravenstein K. Williams TH. Diagnosis and management of impetigo. Nurse Pract. 2017; 42(3): 41-44.
12. Clebak KT. Malone MA. Skin Infections. Prim Care. 2018;45(3):433-454.
13. Hartman-Adam H. Bancvard C. Juckett G. Impetigo: Diagnosis and Treatment. Am Fam Physician. 2014; 90(4): 229-235.
14. MIMS Indonesia. Amoxicillin + Clavulanic acid. 2021. https://www.mims.com/indonesia/drug/info/amoxicillin%20+%20clavulanic%20acid?mtype=generic
15. MIMS Indonesia. Cefalexin. 2021. https://www.mims.com/indonesia/drug/info/cefalexin?mtype=generic
16. MIMS Indonesia. Dicloxacillin. 2021. https://www.mims.com/indonesia/drug/info/dicloxacillin?mtype=generic
17. MIMS Indonesia. Cefadroxil. 2021. https://www.mims.com/indonesia/drug/info/cefadroxil?mtype=generic
18. MIMS Indonesia. Vancomycin. 2021. https://www.mims.com/indonesia/drug/info/vancomycin?mtype=generic
19. MIMS Indonesia. Clindamycin. 2021. https://www.mims.com/indonesia/drug/info/clindamycin?mtype=generic
20. MIMS Indonesia. Doxycycline. 2021. https://www.mims.com/indonesia/drug/info/doxycycline?mtype=generic
21. Lewis LS. Impetigo Medication. 2019. https://emedicine.medscape.com/article/965254-medication#4
22. MIMS Indonesia. Cetirizine. 2021. https://www.mims.com/indonesia/drug/info/cetirizine?mtype=generic
23. MIMS Indonesia. Loratadine. 2021. https://www.mims.com/indonesia/drug/info/loratadine?mtype=generic
24. Malka ., Ziy M. Safety of Common Medications for Treating Dermatology Disorders in Pregnant Women. Curr Dermatol rep. 2013; 2: 249-257.
25. Drugs.com. Retapamulin topical Pregnancy Warnings. 2021. https://www.drugs.com/pregnancy/retapamulin-topical.html
26. Drugs.com. Ozenoxacin topical Pregnancy Warnings, 2020. https://www.drugs.com/pregnancy/ozenoxacin-topical.html
27. Stevens DL, Bisno AL, Chambers HF, et al. Practice guidelines for the diagnosis and management of skin and soft tissue infections: update by the infectious diseases society of America. Clin Infect Dis. 2014;59(2):147.
28. Williamson DA, Monecke S, Heffernan H, et al. High usage of topical fusidic acid and rapid clonal expansion of fusidic acid-resistant Staphylococcus aureus: a cautionary tale. Clin Infect Dis. 2014;59(10):1451.

Edukasi dan Promosi Kesehatan Im...

Artikel Terkait

  • Antibiotik Oral atau Topikal untuk Impetigo
    Antibiotik Oral atau Topikal untuk Impetigo
  • Batuk Kering pada Dewasa – Panduan e-Prescription Alomedika
    Batuk Kering pada Dewasa – Panduan e-Prescription Alomedika
  • Batuk Berdahak pada Anak – Panduan e-Prescription Alomedika
    Batuk Berdahak pada Anak – Panduan e-Prescription Alomedika
  • Pilek pada Anak – Panduan e-Prescription Alomedika
    Pilek pada Anak – Panduan e-Prescription Alomedika
  • Demam pada Anak (1–5 Tahun) – Panduan E-Prescription Alomedika
    Demam pada Anak (1–5 Tahun) – Panduan E-Prescription Alomedika

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr.Nabel
Dibalas 11 April 2025, 15:05
Pseudoefedrin sudah bisa diresepkan dari My Patient Alomedika?
Oleh: dr.Nabel
1 Balasan
Alo Dokter, kupikir resep pseudoefedrin tidak bisa diberikan secara online. Tetapi, kemarin saat saya coba kirim resep dari My Patient Alomedika, saya bisa...
Anonymous
Dibalas 09 April 2025, 20:59
Lesi kemerahan di kaki sejak 2 minggu pada pasien usia 66 tahun
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, saya menemukan pasien ny X usia 66 tahun dengan keluhan 2 lesi kemerahan di kaki sejak 2 minggu yll. Kemerahan muncul tiba-tiba, tidak terasa...
dr.Meidina
Dibalas 08 April 2025, 15:50
Pengalaman tulis resep di fitur My Patient Alomedika
Oleh: dr.Meidina
2 Balasan
Gak nyangka bakal semudah ini buat bantu saudara saat lebaran di Bandung kemarin. Hari ke-2 lebaran kemarin, ada saudara yang mengeluh batuk pilek dan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.