Patofisiologi Milia
Secara patofisiologi, milia primer timbul dari kerah sebasea infundibular bawah pada folikel rambut vellus. Sementara itu, milia sekunder lebih sering berasal dari saluran ekrin.[3,5]
Milia Primer
Studi histopatologi mengindikasikan bahwa milia bukan merupakan kista retensi, melainkan merupakan tipe keratinisasi sederhana dari tumor jinak. Secara histologi, milia kongenital primer terlihat seperti kista kecil dari folikel rambut vellus yang muncul pada tingkat duktus sebasea dan mengandung dinding beberapa lapis epitel skuamosa berlapis tebal dengan lapisan sel granular yang di tengahnya mengandung bahan keratin.
Milia primer timbul dari kerah sebasea infundibular bawah. Milia primer sering didapat pada bayi. Selain itu, milia ini juga terkait dengan kelainan kulit genetik bawaan, seperti sindrom digital orofasial tipe 1, hipotrikosis Marie-Unna, sindrom Basex-Dupre-Christol, dan displasia ektodermal lain.[3,5]
Milia Sekunder
Lesi milia sekunder memiliki karakteristik histologi yang serupa dengan lesi milia primer. Lesi dapat berasal dari struktur epitel apapun, termasuk bagian dari pilosebasea dan kelenjar ekrin, seperti epidermis, folikel rambut, saluran sebasea, atau saluran keringat.
Milia sekunder dapat timbul setelah trauma akibat dermabrasi atau radioterapi. Milia sekunder juga bisa muncul sebagai efek samping penggunaan steroid topikal kronis, misalnya dexamethasone atau clobetasol topikal.[3,5]