Penatalaksanaan Skrofuloderma
Penatalaksanaan skrofuloderma atau scrofuloderma dengan pemberian obat antituberkulosis (OAT). Obat-obatan suportif diberikan untuk membantu perbaikan kondisi pasien. Skrofuloderma tidak membutuhkan tindakan pembedahan.[4,8]
Obat Antituberkulosis (OAT)
Antituberkulosis untuk terapi skrofuloderma menggunakan 4 regimen dasar dari terapi tuberkulosis, yaitu rifampicin (R), isoniazid (H), pyrazinamide (Z), dan ethambutol (E). Oleh karena skrofuloderma termasuk dalam kategori tuberkulosis ekstra paru, jenis pengobatannya masuk ke dalam kategori I, yaitu 2HRZE/4(HR)3, sesuai dengan Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia.
Terapi terbagi menjadi 2 tahap, yaitu tahap intensif selama 2 bulan dan tahap lanjut selama 4 bulan. Pada tahap intensif, regimen yang digunakan adalah rifampicin, isoniazid, ethambutol, dan pyrazinamide. Sedangkan pada tahap lanjutan, hanya menggunakan rifampisin dan isoniazid.[8]
Penatalaksanaan pada Dewasa
Berikut ini adalah dosis OAT untuk terapi skrofuloderma pada pasien dewasa:
- Rifampicin: dosis harian 10 mg/kg; dan dosis 3 kali seminggu adalah 10 mg/kg
- Isoniazid: dosis harian 5 mg/kg; dan dosis 3 kali seminggu adalah 10 mg/kg
- Pyrazinamide: dosis harian 25 mg/kg; dan dosis 3 kali seminggu adalah 35 mg/kg
- Ethambutol: dosis harian 15 mg/kg; dan dosis 3 kali seminggu adalah 30 mg/kg
Untuk mempermudah pasien, kini sediaan OAT ada dalam bentuk KDT atau Kombinasi Dosis Tetap. OAT KDT terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam 1 tablet, tersedia dalam 2 sediaan untuk masing-masing tahap dan diberikan sesuai dengan berat badan pasien.[8]
Tabel 1. Dosis Obat Antituberkulosis Kombinasi Dosis Tetap (OAT KDT) Dewasa
Berat Badan (kg) | Tahap Intensif Setiap hari selama 56 hari RHZE (150/75/400/275) | Tahap Lanjutan 3 kali seminggu selama 16 minggu RH (150/150) |
30‒37 kg | 2 tablet 4KDT | 2 tablet 2KDT |
38‒54 kg | 3 tablet 4KDT | 3 tablet 2KDT |
55‒70 kg | 4 tablet 4KDT | 4 tablet 2KDT |
≥71 kg | 5 tablet 4KDT | 5 tablet 2KDT |
Sumber: Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia.[8]
Penatalaksanaan pada Anak
Berbeda dengan terapi OAT pada orang dewasa, regimen untuk anak-anak hanya berupa 2RHZ/4RH. OAT diminum setiap hari, baik pada tahap intensif maupun tahap lanjutan. Berikut dosis OAT untuk anak-anak:
- Rifampicin: 10‒20 mg/kgBB
- Isoniazid: 5‒15 mg/kgBB
- Pyrazinamide: 15‒30 mg/kgBB
Sama halnya dengan orang dewasa, untuk memudahkan pemberian OAT maka tersedia pula bentuk OAT KDT. Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan mengenai dosis, jumlah tablet yang perlu diminum, yang disesuaikan dengan berat badan anak.[8]
Tabel 2. Dosis Obat Antituberkulosis Kombinasi Dosis Tetap (OAT KDT) Anak
Berat Badan (kg) | Tahap Intensif Setiap hari selama 2 bulan RHZ (75/50/150) | Tahap Lanjutan Setiap hari selama 4 bulan RH (75/50) |
5‒9 kg | 1 tablet | 1 tablet |
10‒14 kg | 2 tablet | 2 tablet |
15‒19 kg | 3 tablet | 3 tablet |
20‒32 kg | 4 tablet | 4 tablet |
Sumber: Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia.[8]
Terapi Suportif
Terapi suportif pada pasien dengan skrofuloderma biasanya berkaitan erat dengan efek samping dari pemberian OAT. Terapi suportif atau terapi tambahan yang diberikan yakni obat-obatan simptomatik untuk meringankan efek samping yang ditimbulkan OAT. Berikut ini adalah contoh efek samping ringan yang bisa diatasi dengan pemberian obat simptomatik:
Tidak Nafsu Makan, Mual, Sakit Perut, dan Urin Berwarna Kemerahan
Efek samping ringan ini disebabkan oleh penggunaan rifampicin. Biasanya tidak perlu diberikan terapi tambahan, hanya perlu edukasi bahwa kondisi tersebut adalah hal yang wajar dialami selama mengkonsumsi rifampicin, dan sebaiknya OAT diminum saat malam hari sebelum pasien tidur atau 2 jam setelah makan.
Nyeri Sendi
Nyeri sendi sering disebabkan oleh pyrazinamide. Jika perlu, kondisi ini dapat diatasi dengan pemberian aspirin 325‒625 mg setiap 4 jam sekali atau golongan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) lain, seperti ibuprofen dan diklofenak.
Kesemutan dan Rasa Terbakar di Kaki
Kesemutan dan rasa terbakar di kaki sering disebabkan oleh isoniazid. Kondisi ini dapat diatasi dengan pemberian vitamin B6 100 mg, diberikan 1 kali/hari.
Pruritus atau Eksantema Ringan
Pruritus atau eksantema ringan dapat disebabkan oleh isoniazid (INH) atau rifampicin, yang dapat diatasi dengan memberikan obat antihistamin, seperti cetirizine dan loratadine.
Hiperurisemia dan Arthralgia
Hiperurisemia dengan arthralgia disebabkan oleh pyrazinamide. Kondisi ini bisa diatasi dengan menyarankan pasien untuk diet rendah purin, serta pemberian obat allopurinol atau kolkisin sesuai indikasi.[4,8]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini