Diagnosis Urtikaria
Diagnosis urtikaria perlu dicurigai pada pasien dengan peninggian kulit yang berupa papul atau plakat eritematosa dengan batas jelas dan ukuran beragam. Keluhan biasanya disertai riwayat alergi, gatal, dan angioedema.[1-4]
Anamnesis
Pasien urtikaria dapat datang dengan atau tanpa lesi urtikaria pada kulit. Lesi bisa disertai rasa gatal ataupun gejala angioedema seperti bengkak pada mata dan bibir. Dokter juga perlu menggali mengenai kemungkinan faktor pencetus, misalnya makanan, obat, atau suhu.
Lesi Urtikaria dan Angioedema
Lesi urtikaria memiliki tiga fitur tipikal, yaitu:
- Papul atau plakat eritematosa, sedikit meninggi, batas jelas, disertai edema
- Gejala gatal atau kadang rasa terbakar
- Lesi cepat hilang, umumnya dalam durasi 1–24 jam[2,3]
Urtikaria juga sering muncul bersamaan dengan angioedema. Manifestasi angioedema dapat berupa pembengkakan pada dermis dan subkutis dalam yang bersifat secara tiba-tiba. Rasa nyeri lebih sering terasa pada angioedema dibandingkan gatal. Umumnya terdapat keterlibatan membran mukosa dan resolusi lebih lambat (dapat sampai 72 jam).[2,5]
Onset dari urtikaria sendiri dibagi menjadi dua, yaitu akut dan kronik. Urtikaria akut merupakan urtikaria dengan onset < 6 minggu, sedangkan urtikaria kronik adalah kondisi dimana episode urtikaria rekuren lebih dari 6 minggu.
Predileksi lesi urtikaria dapat terjadi pada bagian tubuh manapun. Lesi urtikaria dapat meluas dengan digaruk.
Karena urtikaria cepat hilang timbul, pasien sering kali datang dengan lesi urtikaria yang sudah menghilang. Pasien yang datang dengan lesi urtikaria yang sudah hilang disarankan untuk mengambil foto untuk mendokumentasikan lesi saat muncul jika keluhan muncul kembali. Bekas lesi urtikaria yang sudah menghilang dapat meninggalkan warna kecoklatan.[2,5]
Anamnesis Kemungkinan Penyebab Urtikaria
Selain menentukan lesi urtikaria, klinisi juga harus dapat mencari penyebab urtikaria pada pasien. Urtikaria umumnya idiopatik pada lebih dari 60% kasus. Etiologi lain yang dapat memicu urtikaria adalah makanan, stres, infeksi, dan obat-obatan.
Pada anak-anak, pencetus urtikaria yang paling sering ditemukan adalah infeksi pada saluran pernapasan. Pada dewasa, pencetus urtikaria yang paling sering adalah obat-obatan. Contoh obat yang dapat menyebabkan urtikaria adalah amoxicillin, cefixime, captopril, lisinopril, aspirin, ibuprofen, dan diklofenak. Makanan yang dapat menyebabkan urrtikaria mencakup makanan laut, keju, telur, coklat, dan kacang.
Urtikaria juga bisa dicetuskan oleh suhu panas atau dingin, air, tekanan, dan vibrasi. Penggunaan detergen, krim, parfum baru, dan pewarna rambut juga telah dikaitkan dengan timbulnya urtikaria.[1,3,5]
Pemeriksaan Fisik
Lesi kulit urtikaria memiliki karakteristik berupa lesi papul atau plakat eritematosa dengan peninggian, yang dapat memiliki bentuk linear, sirkular, atau serpiginosa (bentuk lesi seperti ular). Urtikaria dermatografik atau dermatografisme, dapat terjadi pada 2–5 % kasus, di mana garukan minor akan menyebabkan munculnya lesi urtikaria yang signifikan.[1,6]
Selain itu, pemeriksaan fisik yang lengkap dapat membantu klinisi menentukan etiologi maupun tanda bahaya pada urtikaria. Berikut ini pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan pada pasien urtikaria:
- Angioedema pada lidah, laring, bibir
- Tanda infeksi: demam, artritis, artralgia, penurunan berat badan, dan limfadenopati
- Tanda penyakit hati: sklera ikterik, pembesaran hati, nyeri tekan perut kanan atas
- Tanda instabilitas kardiovaskular: bradikardia atau takikardia, bradipnea atau takipnea, hipoksemia, hipotensi atau hipertensi
- Tanda pneumonia atau bronkospasme: takipnea, wheezing, ronkhi
- Pembesaran tiroid
- Infeksi bakteri atau jamur pada kulit[1,6]
Diagnosis Banding
Diagnosis klinis urtikaria biasanya cukup jelas. Beberapa penyakit yang dapat menjadi diagnosis banding dari urtikaria adalah pityriasis rosea dan dermatitis kontak alergi.
Pityriasis Rosea
Pityriasis rosea memiliki gambaran yang menyerupai urtikaria, berupa lesi eritematosa berbatas tegas yang disertai dengan peninggian dan memiliki gejala gatal. Akan tetapi, berbeda dengan urtikaria, lesi pada pityriasis rosea umumnya memiliki skuama.[15]
Dermatitis Kontak Alergi
Gambaran lesi dan gejala dari dermatitis kontak alergi dapat menyerupai urtikaria. Lesi dermatitis kontak alergi dapat muncul dengan adanya eritematosa, pembengkakan, dan gatal pada kulit. Hal yang membedakan dengan urtikaria adalah adanya pajanan pasien terhadap alergen, seperti lateks dan nikel yang mencetuskan lesi kulit.[1,16]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada urtikaria akut umumnya tidak direkomendasikan. Akan tetapi, pada urtikaria kronik yang belum diketahui penyebabnya, pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi pencetus.[1,6]
Tes Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap, yang disertai dengan hitung jenis leukosit dapat dilakukan pada beberapa pasien urtikaria, terutama untuk mendeteksi penyebab urtikaria berupa leukemia atau limfoma. Peningkatan hitung eosinofil dapat menunjukkan adanya infeksi parasit atau reaksi obat. Hitung neutrofil dapat meningkat pada pasien dengan vaskulitis urtikaria. Selain itu, peningkatan pemeriksaan respons fase akut dapat menunjukkan kondisi sistemik, seperti vaskulitis dan infeksi kronis.[1,8]
Biopsi Kulit
Biopsi kulit umumnya tidak disarankan dilakukan pada pasien urtikaria. Pada pasien yang dicurigai vaskulitis urtikaria, punch biopsy dapat dilakukan untuk mengkonfirmasi adanya infiltrasi neutrofilik konsisten dengan vaskulitis leukositoklastik.[1,8]
Tes Tusuk Kulit
Tes tusuk kulit disarankan pada pasien urtikaria kronik untuk menemukan alergen yang dapat memicu terjadinya urtikaria pada pasien.[1,8]
Fungsi Tiroid dan Autoantibodi
Pada pasien urtikaria dengan kecurigaan memiliki penyakit tiroid, dapat dilakukan pemeriksaan thyroid stimulating hormone (TSH), thyroxine (T4), triiodothyronine (T3), dan antibodi tiroid peroksidase. Terdapatnya autoantibodi tiroid dapat menguatkan diagnosis urtikaria autoimun pada pasien dengan urtikaria kronik.[3,17]
Tes Allergen Spesifik IgE Serum
Pemeriksaan tes alergen spesifik IgE dapat digunakan untuk menginvestigasi terdapatnya reaksi hipersensitivitas tipe 1 pada pasien. Pemeriksaan ini lebih dianjurkan dilakukan pada pasien dengan urtikaria kronik, tetapi jarang dilakukan secara klinis.[6,9]
Tes Antibodi Antinuklear (ANA)
Pada urtikaria idiopatik kronik, dapat dilakukan pemeriksaan ANA untuk mencari etiologi autoimun, seperti lupus eritematosa sistemik.[9,18]
Fungsi Hati
Fungsi hati, seperti aspartate aminotransferase (AST) dan alanine aminotransferase (ALT), dapat diperiksa pada pasien urtikaria yang dicurigai disebabkan oleh infeksi pada hati.[6,9]
Kadar Ferritin, Folat, dan Vitamin B12
Pada urtikaria idiopatik kronik, sering ditemukan kadar ferritin, folat dan vitamin B12 yang rendah. Beberapa studi berpendapat bahwa terdapat hubungan kadar mikronutrien dengan urtikaria kronik idiopatik.[6,9]
Krioglobulin
Pada pasien urtikaria fisik yang berhubungan dengan hawa dingin (cold urticaria) dapat dilakukan pemeriksaan krioglobulin. Penemuan krioglobulin pada darah pada pasien cold urticaria dapat menjadi tanda dari penyakit leukemia limfositik kronik.[19]
Penulisan pertama oleh: dr. Audric Albertus