Etiologi Urtikaria
Kebanyakan etiologi kasus urtikaria akut adalah idiopatik. Urtikaria dengan etiologi spesifik dapat dibedakan menjadi urtikaria karena alergi, misalnya akibat makanan atau obat-obatan, dan karena penyebab nonalergik, seperti infeksi virus atau bakteri dan paparan suhu panas atau dingin.[1,2,9]
Pada anak-anak, etiologi infeksi mengambil peranan paling besar dalam terjadinya urtikaria dengan penyebab tersering adalah infeksi saluran pernapasan atas. Etiologi obat-obatan, seperti antibiotik dan obat antiinflamasi nonsteroidal (OAINS), telah dilaporkan menyebabkan urtikaria pada 11,3% pasien dewasa yang dirawat. Etiologi lainnya, seperti makanan, fisik, defisiensi vitamin, dan penyakit lainnya juga dapat menyebabkan urtikaria.[1-4]
Obat
Beberapa obat yang telah dilaporkan berkaitan dengan terjadinya urtikaria adalah:
- Antibiotik, terutama golongan penisilin, misalnya amoxicillin, dan sefalosporin, misalnya cefixime
- Antihistamin, misalnya loratadine dan cetirizine
-
Angiotensin-converting-enzyme inhibitor(ACEI), misalnya captopril dan lisinopril
-
Aspirindan OAINS lainnya seperti ibuprofen dan diklofenak
- Anti tumor necrosis factoralfa seperti adalimumab dan etanercept
- Golongan opioid seperti morfindan tramadol
- Penghambat pompa proton seperti omeprazole dan lansoprazole
- Vaksinasi seperti vaksin campak dan vaksin hepatitis B
- Lainnya: Candesartan, methylprednisolone, paracetamol[1-4]
Makanan
Makanan yang berpotensi menyebabkan urtikaria antara lain susu sapi, telur, ikan dan makanan laut lainnya, buah-buahan, kacang, sayuran, gandum, dan jamur.[1-4]
Agen Infeksius
Urtikaria dapat terjadi berkaitan dengan adanya debu atau tungau. Urtikaria juga bisa dicetuskan infeksi virus, seperti varicella dan influenza, serta bakteri seperti Haemophilus influenzae dan Staphylococcus aureus. Patogen pencetus lainnya mencakup malaria, skabies, mikoplasma, anisakis simpleks, dan Blastocystis hominis.[1-4]
Penyebab Lainnya
Penyebab urtikaria lainnya adalah defisiensi vitamin, seperti zat besi dan asam folat, serta faktor fisik seperti tekanan, suhu, sinar matahari, dan air. Penyakit sistemik seperti rheumatoid arthritis juga telah dikaitkan dengan urtikaria.[1-4]
Tabel 1. Etiologi Urtikaria
Kategori | Kemungkinan Etiologi Penyebab | |
Etiologi Alergik | Obat-obatan | Antibiotik, terutama golongan penisilin (misalnya amoxicillin) dan sefalosporin (misalnya cefixime) |
Antihistamin, misalnya loratadine dan cetirizine | ||
Penghambat Angiotensin-converting-enzyme (ACE), misalnya captopril dan lisinopril | ||
Aspirin dan OAINS lainnya seperti ibuprofen dan diklofenak | ||
Anti tumor necrosis factor alfa seperti adalimumab dan etanercept | ||
Candesartan | ||
Produk darah | ||
Methylprednisolone | ||
Golongan opioid seperti morfin dan tramadol | ||
Paracetamol | ||
Penghambat pompa proton seperti omeprazole dan lansoprazole | ||
Hyaluronidase epidural | ||
Median radiokontras yang mengandung Gadolinium | ||
Vaksinasi seperti vaksin campak dan vaksin hepatitis B | ||
Makanan | Susu sapi, telur, ikan dan makanan laut lainnya, buah-buahan, kacang, sayuran, gandum, jamur | |
Alergen lainnya | Debu, tungau, latex | |
Etiologi Nonalergik | Virus | Adenovirus, cytomegalovirus, enterovirus, Epstein-Barr, hepatitis, herpes simplex, influenza A, parvovirus B19, virus respiratori sinsitial, rotavirus, varicella |
Bakteri | Streptococcus beta hemolitik grup A, Haemophilus influenzae, staphylococcus aureus | |
Penyebab Infeksius Lainnya | Malaria, skabies, mikoplasma, anisakis simpleks, Blastocystis hominis | |
Fisik | Tekanan, air, sinar matahari | |
Defisiensi Vitamin | Besi, folat, B12 | |
Penyakit | Penyakit tiroid, seperti Grave’s disease | |
Penyakit liver, seperti sirosis hepatitis | ||
Penyakit autoimun, seperti lupus | ||
Penyakit inflamasi kronik, misalnya rheumatoid arthritis | ||
Leukemia, limfoma | ||
Vaskulitis | ||
Penyebab Lainnya | Stres, idiopatik |
Sumber: dr. Nurul Falah, Alomedika, 2022.[1-4]
Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko telah dihubungkan dengan terjadinya urtikaria akut dan kronik. Berikut ini merupakan beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko terjadinya urtikaria:
- Riwayat reaksi alergi sebelumnya
- Riwayat urtikaria atau angioedema sebelumnya
- Riwayat penyakit alergi pada keluarga: asthma, rhinitis alergi, dermatitis atopik
- Riwayat urtikaria atau angioedema pada keluarga
- Kepemilikan hewan peliharaan
- Lingkungan tempat tinggal baru
- Renovasi rumah[1-4]
Penulisan pertama oleh: dr. Audric Albertus