Diagnosis Tinea Cruris
Diagnosis tinea cruris dapat ditegakkan secara klinis. Pada anamnesis pasien akan mengeluhkan ruam gatal pada area inguinal. Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan ruam berskuama dengan tepi lesi lebih aktif. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan menggunakan kerokan kulit kalium hidroksida, wood lamp, kultur, dan biopsi.
Anamnesis
Pasien dengan tinea cruris akan mengeluhkan gatal pada lipatan paha, dan umumnya memiliki riwayat infeksi jamur di lokasi tubuh lainnya. Keluhan gatal akan bertambah berat saat pasien berkeringat. Pasien juga akan menyadari adanya ruam yang bertambah banyak seiring waktu.
Selain itu, untuk mendiagnosis infeksi ini sebaiknya tanyakan juga riwayat yang berhubungan, misalnya penggunaan pakaian yang lembap dan ketat jangka lama, berolahraga, dan komorbiditas yang berhubungan (diabetes mellitus dan obesitas). [2,10]
Pemeriksaan Fisik
Ruam pada tinea kruris akan ditemukan pada lipatan paha, pubis, dan dapat menyebar ke perineum, perianal, serta bokong. Ujud kelainan kulit akan berupa plak eritematosa berbatas tegas dengan penyebaran sentrifugal, dan dapat pula disertai vesikel atau papul. Bagian tengah lesi akan tampak tenang, dan bagian tepi lebih aktif (central healing). [10]
Diagnosis Banding
Tinea kruris dapat didiagnosis banding dengan kandidosis intertrigo, eritrasma, dan psoriasis.
Kandidosis Intertrigo
Infeksi kandidosis intertrigo memiliki lokasi yang sama dengan tinea cruris. Perbedaannya adalah pada tinea cruris skrotum tidak terinfeksi, sedangkan pada kandidosis bagian skrotum juga bisa terkena. Lesi pada kandidosis intertrigo adalah plak eritema tanpa central healing disertai lesi satelit. [10]
Erythrasma
Infeksi eritrasma juga dapat ditemukan pada lipatan paha, infeksi ini umumnya berwarna merah kecoklatan. Tepi lesi tidak aktif, dan pada pemeriksaan Wood lamp akan menunjukan fluoresesi merah coral. [10]
Psoriasis
Lesi psoriasis juga dapat menyerupai lesi tinea cruris. Lesi psoriasis akan tampak lebih merah, berskuama tebal, dan berbatas tegas. Tanda-tanda lain dari psoriasis juga dapat ditemukan, misalnya nail pitting. [10]
Pemeriksaan Penunjang
Meskipun tinea cruris dapat didiagnosis secara klinis, pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk mengkonfirmasi infeksi dan menyingkirkan kemungkinan diagnosis banding. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium dengan menggunakan KOH (potassium hydroxide), kultur jamur, biopsy dan Wood lamp.
Pemeriksaan KOH
Pemeriksaan KOH merupakan pemeriksaan terjangkau, sederhana, dan cepat. Kerokan kulit yang diambil dari lesi dan ditetesi KOH akan menunjukkan gambaran hifa bersepta dan bercabang tanpa penyempitan. [10,11]
Wood Lamp
Pemeriksaan penunjang dengan menggunakan Wood lamp dilakukan untuk menyingirkan diagnosis banding eritrasma. Pemeriksaan ini menggunakan sinar ultraviolet yang akan memperlihatkan fluoresensi serta perubahan warna melanin yang dihasilkan dari infeksi jamur tersebut. Namun pemeriksaan Wood lamp juga dapat menghasilkan negatif palsu apabila pasien mandi sebelum pemeriksaan.
Pada eritrasna, akan didapatkan fluoresensi berwarna merah koral. [2,10]
Kultur Jamur
Kultur jamur merupakan salah satu pemeriksaan yang dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis tinea. Pemeriksaan ini jarang dilakukan karena membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu hingga 4 minggu, dan lebih mahal sehingga hanya dilakukan pada kasus yang membutuhkan pengobatan sistemik.
Agar yang umumnya digunakan adalah agar saboraud peptone-glucose yang dikombinasi dengan cycloheximide dan chloramphenicol. Perubahan warna menjadi merah merupakan penanda pertumbuhan dermatofit.
Biopsi
Pemeriksaan biopsi pada tinea cruris dapat dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis namun pemeriksaan ini memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang rendah. Pemeriksaan ini jarang dilakukan dan dianjurkan pada infeksi tinea cruris yang persisten dan atipikal. [2,10]