Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Tinea Cruris general_alomedika 2022-07-14T09:21:30+07:00 2022-07-14T09:21:30+07:00
Tinea Cruris
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan E-Prescription

Patofisiologi Tinea Cruris

Oleh :
dr. Amelia Febrina
Share To Social Media:

Patofisiologi tinea cruris mayoritas terjadi pada bagian stratum korneum dan sangat jarang mengenai bagian bawah epidermis. Tinea cruris disebabkan oleh pertumbuhan bagian infeksius dari jamur tersebut yaitu, arthospores atau conidia yang tumbuh pada individu yang terinfeksi. Kemampuan dari jamur ini untuk menginfeksi kulit bergantung pada beberapa faktor seperti sinar ultraviolet, temperatur, kelembapan, serta kemampuan flora normal kulit untuk berkompetisi dengan patogen.

Patogen akan menginvasi stratum korneum, kemudian memproduksi eksoenzim keratinase yang memicu reaksi inflamasi. Infeksi akan terjadi dalam 3 langkah utama, yaitu perlekatan, penetrasi dan respon imun.

Perlekatan

Proses perlekatan dari dermatofit terjadi pada stratum korneum dimana dermatofit akan memproduksi keratinase yang dapat menghidrolisis keratin. Proses ini dipermudah oleh adanya lesi atau trauma pada kulit.

Penetrasi

Bagian jamur yang sudah melekat akan menembus stratum korneum dengan kecepatan yang melebihi proses deskuamasi. Proses penetrasi tersebut akan menghasilkan enzim yang baik bagi pertumbuhan jamur seperti proteinase, enzim musinolitik, dan lipase.

Respon Imun

Respon imun yang akan terjadi adalah respon imun bawaan, dan respon imun adaptif.

Sistem Imun Bawaan

Respon awal dari dermatofitosis dipicu oleh terdeteksinya molekul karbohidrat yang terdapat pada dinding sel yaitu Dectin-1 dan Dectin-2, yang akan mengaktivasi toll-like receptor 2 dan 4 (TLR-2 dan TLR-4). Dectin 1 juga akan memicu produksi dari TNF-α serta IL-17,IL-6, dan IL-10 yang menstimulasi munculnya respon sistem imun adaptif. Selain itu, keratinosit juga akan melepaskan IL-8 akibat adanya antigen dari dermatofit, IL-8 merupakan chemo-attractant kuat neutrofil.

Sistem Imun Adaptif

Respon ini dapat dibagi menjadi 2 yaitu humoral immunity dan cell mediated immunity. Pada respon imunitas humoral akan terdapat titer dari IgE dan IgG4 yang tinggi pada pasien dengan dermatofitosis kronik. Cell mediated immunity berkorelasi dengan delated type hypersensitivity (DTH). Pertahanan utama dari cell mediated immunity adalah T cell mediated DTH. Respon ini dimediasi oleh sel Th1 dan makrofag, proses ini merupakan mekanisme terakhir yang dapat membasmi dermatofit dengan cara deskuamasi kulit. [3,4]

Referensi

3. Sahoo AK, Mahajan R. Management of tinea corporis , tinea cruris , and tinea pedis : A comprehensive review. Indian Dermatol Online J, 2016;77–86.
4. Tainwala R, Sharma Y. Pathogenesis of Dermatophytoses. Indian J Dermatol, 2011; 56(3): 259–261

Pendahuluan Tinea Cruris
Etiologi Tinea Cruris
Diskusi Terkait
dr. Eunike
Dibalas kemarin, 18:00
Tinea di groin yang berulang - ALOPALOOZA Dermatologi
Oleh: dr. Eunike
2 Balasan
Alo Dok. Pasien perempuan 40 tahun dengan keluhan gatal dan rash di selangkangan berulang, apakah perlu salep antijamur kombinasi dengan steroids, ya, karena...
Anonymous
Dibalas 23 Januari 2025, 11:07
Penyakit kulit di area bokong akibat penularan dari luar
Oleh: Anonymous
1 Balasan
ALO dokter, saya mendapat kan keluhan yang di akibatkan oleh penularan dari luar Apa obat yang bisa saya rekomendasikan 
Anonymous
Dibalas 05 Juli 2024, 07:29
Gatal daerah kewanitaan sudah diberikan salep antijamur tidak membaik
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Izin berdiskusi dokter. Seorang anak perempuan mengeluhkan gatal daerah kemaluan. Selain itu ada papulo-pustular daerah jari tangan dan kaki. Tidak ada...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.