Etiologi Hipoalbuminemia
Etiologi hipoalbuminemia disebabkan oleh keadaan inflamasi dan asupan protein yang tidak mencukupi kebutuhan protein tubuh. Hipoalbuminemia pada penyakit kronis disebabkan oleh keadaan inflamasi kronis sehingga sintesis albumin menurun, disertai asupan kalori yang tidak memadai. Pada penyakit akut, hipoalbuminemia dapat terjadi karena peningkatan permeabilitas kapiler sehingga terjadi redistribusi albumin dari vaskular ke ruang interstisial. Kelainan pada organ hepar dan ginjal, inflamasi sistemik, malnutrisi, serta infeksi dapat menyebabkan hipoalbuminemia.[8,11,12]
Sirosis Hepar
Sirosis hepar merupakan bentuk lanjut dari fibrosis hepar dengan struktur nodul abnormal. Sirosis hepar adalah penyakit inflamasi kronik pada hepatosit yang bersifat irreversible. Hipoalbuminemia pada penderita sirosis hepar menjadi salah satu faktor prognostik.[3]
Konsentrasi serum albumin yang menurun pada sirosis hepar disebabkan oleh penurunan sintesis albumin oleh hepatosit, dilusi cairan ekstraseluler akibat peningkatan volume plasma, serta retensi air dan natrium. Peningkatan laju aliran transkapiler menuju ruang ekstravaskuler dapat ditemui pada sirosis hepar tahap lanjut, sehingga menjadi salah satu penyebab hipoalbuminemia.[13]
Penyakit Ginjal
Penyakit ginjal seperti sindrom nefrotik dan penyakit ginjal kronik dapat menyebabkan peningkatan permeabilitas glomerulus, sehingga terjadi proteinuria masif dan hipoalbuminemia. Pada sindrom Fanconi, terjadi proteinuria tubular yang disebabkan oleh kegagalan reabsorbsi protein kecil. Beberapa penelitian juga menyatakan adanya asosiasi antara penyakit gagal ginjal akut dengan kondisi hipoalbuminemia.[5,8,14,15]
Malnutrisi
Malnutrisi adalah keadaan tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi tubuh. Terdapat korelasi yang kuat antara hipoalbuminemia dengan kondisi sindrom kwashiorkor yang disebabkan oleh diet rendah protein dengan kalori normal pada bayi dan anak. Kondisi malnutrisi energi tidak terkait dengan hipoalbuminemia karena tubuh melakukan mekanisme homeostasis melalui pelepasan protein dari jaringan, seperti degradasi otot untuk mempertahankan kadar serum albumin dalam batas normal. Oleh karena itu, penelitian terbaru menyatakan bahwa hipoalbuminemia tidak dapat menjadi penanda malnutrisi yang baik.[6,8]
Systemic Inflammation Responses Syndrome dan Sepsis
Kondisi systemic inflammation responses syndrome (SIRS) dan sepsis dapat menyebabkan hipoalbuminemia melalui peningkatan respon sitokin yang mengakibatkan peningkatan permeabilitas vaskular dan akselerasi ekskresi albumin dari sirkulasi. Pada keadaan sepsis berat yang berkaitan dengan multi organ dysfunction syndrome (MODS), tubuh mengalami hipoperfusi, hipotensi, dan oliguria atau anuria sehingga terjadi keadaan hipermetabolisme dan peningkatan katabolisme. Kondisi ini disebabkan oleh peningkatan kebutuhan protein dan energi oleh tubuh yang memicu terjadinya hipoalbuminemia.[9,3,16]
Kanker
Hipoalbuminemia dapat dijumpai pada pasien kanker, terutama pada fase pengobatan dengan kemoterapi yang menyebabkan kemotoksisitas pada hepar. Selain itu, malnutrisi protein pada pasien kanker stadium akhir juga dapat menyebabkan kondisi hipoalbuminemia[6,17]
Faktor Risiko
Individu tertentu berisiko tinggi mengalami hipoalbuminemia, antara lain:
- Pasien sirosis hepar
- Penderita gangguan ginjal: sindrom nefrotik, gangguan ginjal kronik, gagal ginjal akut, kelainan herediter pada ginjal seperti sindrom Fanconi
- Wanita berusia di atas 65 tahun
- Kondisi malnutrisi protein
- Pasien penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) yang disertai dengan gagal napas akut
- Pasien yang mengalami syok kardiogenik
- Penderita kanker
- Pasien yang mengalami systemic inflammation responses syndrome (SIRS) dan sepsis
- Pasien trauma, infeksi, maupun setelah menjalani operasi [2-9,11-17]