Epidemiologi Hiperglikemia Hiperosmolar
Data epidemiologi menunjukkan bahwa status hiperglikemia hiperosmolar atau hyperglycemic hyperosmolar state adalah kejadian yang cukup jarang, yakni menyumbang sekitar 13% dari rawat inap darurat terkait hiperglikemia di Amerika Serikat. Meski begitu, tingkat mortalitasnya tinggi, yakni mencapai 15-20%.[1]
Global
Status hiperglikemia hiperosmolar paling sering berkaitan dengan diabetes mellitus tipe 2. Prevalensi global diabetes mellitus pada tahun 2019 adalah sekitar 9,3% (463 juta orang), dan prevalensi ini diperkirakan akan mencapai 10,9% (700 juta) pada tahun 2045.[6]
Secara lebih spesifik, status hiperglikemia hiperosmolar sendiri dilaporkan cukup jarang terjadi. Di Amerika Serikat, penyakit ini menyumbang 13% dari rawat inap darurat terkait hiperglikemia. Meskipun biasanya terjadi pada mereka yang berusia di atas 45 tahun, status hiperglikemia hiperosmolar dapat dialami pasien anak dan dewasa muda, serta seringkali menjadi presentasi awal diabetes melitus tipe 2.[1]
Sebuah studi retrospektif multisenter di Ethiopia pada tahun 2016-2020, yang dilakukan terhadap 453 pasien dewasa dengan diabetes, melaporkan bahwa 32,45% responden mengalami kegawatdaruratan hiperglikemia, termasuk status hiperglikemia hiperosmolar.[10]
Indonesia
Belum ada data epidemiologi yang spesifik mengenai status hiperglikemia hiperosmolar. Meski begitu, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan bahwa prevalensi diabetes melitus di Indonesia adalah 8,5%.[9]
Mortalitas
Diabetes mellitus merupakan faktor risiko signifikan dari penyakit kardiovaskular, serta meningkatkan risiko mortalitas seseorang 2-4 kali lipat. Diabetes mellitus juga merupakan penyebab nomor satu gagal ginjal, amputasi anggota tubuh bagian bawah, dan kebutaan pada orang dewasa. Secara lebih spesifik, tingkat mortalitas pasien diabetes yang mengalami status hiperglikemia hiperosmolar adalah 15-20%.[1,6]