Penatalaksanaan Hiperglikemia Hiperosmolar
Tujuan penatalaksanaan status hiperglikemia hiperosmolar atau hyperglycemic hyperosmolar state adalah mengatasi hiperglikemia dan mengoreksi dehidrasi serta ketidakseimbangan elektrolit yang mungkin terjadi. Ini melibatkan pemberian cairan intravena untuk mengatasi volume intravaskular yang rendah, bersama dengan pemberian insulin intravena untuk mengurangi kadar glukosa darah. Selain itu, identifikasi dan penanganan pencetus, seperti infeksi atau penyakit kardiovaskular, juga penting.[1,4,6]
Prinsip utama tata laksana status hiperglikemia hiperosmolar adalah:
- Melakukan perbaikan osmolaritas secara bertahap menuju nilai normal
- Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang
- Mengembalikan kadar glukosa darah menuju nilai normal
- Mencegah terjadinya thrombosis vena atau arteri
- Mencegah terjadinya komplikasi seperti edema serebral dan osmotic demyelination syndrome
- Mencegah terjadinya ulserasi pedis[1]
Rehidrasi Cairan
Rehidrasi cairan merupakan langkah pertama yang penting dilakukan dalam tata laksana status hiperglikemia hiperosmolar. Tujuan rehidrasi cairan adalah untuk menggantikan 50% cairan yang hilang dalam 12 jam pertama dan 12 jam berikutnya.
Sebelum melakukan rehidrasi cairan, lakukan terlebih dahulu perhitungan estimasi defisit cairan yang mungkin terjadi. Defisit cairan pada status hiperglikemia hiperosmolar umumnya berkisar antara 100-200 mL/kg, dengan rerata defisit cairan sebesar 9 L pada dewasa. Selanjutnya, anamnesis mengenai kondisi medis penyerta seperti riwayat penyakit jantung atau ginjal juga perlu dilakukan untuk mempertimbangkan kecepatan pemberian rehidrasi cairan.[1,2,4,6]
Pilihan Cairan
Pilihan cairan yang digunakan adalah cairan normal salin (NS) 0,9%. Rehidrasi cairan pada dewasa dimulai dengan pemberian NS sebanyak 1-1,5 L intravena dalam 1 jam pertama dengan kecepatan 15-20 mL/kg/jam. Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan rehidrasi cairan adalah pemantauan tanda vital, urine output, dan status mental.
Setelah dilakukan rehidrasi cairan dalam 2-3 jam, maka kecepatan dan tipe cairan akan dievaluasi ulang berdasarkan pada kadar natrium terkoreksi:
Kadar natrium terkoreksi = kadar natrium yang diukur + 1,6(kadar glukosa-100)/100. |
Interpretasi kadar natrium terkoreksi adalah:
- Normal: 135-145 mEq/L atau 135-145 mmol/L
- Tinggi: >145 mEq/L atau >145 mmol/L
- Rendah: <135 mEq/L atau <135 mmol/L
Bila kadar natrium terkoreksi normal atau tinggi, maka pemberian cairan salin 0,45% diperlukan dengan kecepatan 4-14 mL/kg/jam. Bila kadar natrium terkoreksi rendah, maka perlu diberikan NS 0,9% dengan kecepatan yang sama.
Ketika kadar glukosa darah mencapai 300 mg/dL (16.7 mmol/L), maka ganti cairan menjadi Dextrose 5% (D5%) + cairan salin 0,45% sebanyak 150-250 mL/jam.[1,2,4,6]
Insulin Intravena
Pemberian terapi insulin perlu diberikan setelah rehidrasi cairan. Kombinasi pemberian terapi insulin intravena bersama dengan rehidrasi cairan hanya dapat diberikan bila kadar kalium >5,2 mEq/L (5,2 mmol/L). Pilihan cairan yang dapat digunakan untuk pemberian insulin adalah NS 0,9% atau D5%.
Dosis awal insulin yang direkomendasikan adalah 0,1 unit/kg bolus, kemudian dilanjutkan dengan 0,1 unit/kg/jam kontinu sampai kadar glukosa darah 250-3000 mg/dL (13,9-16.7 mmol/L). Pada pemberian dengan infus secara kontinu, maka dosis insulin yang direkomendasikan adalah 0,14 unit/kg/jam tanpa loading dose.
Apabila kadar glukosa tidak mengalami penurunan sebanyak 10% dalam 1 jam, maka bolus insulin 0,14 unit/kg harus diberikan dan dilanjutkan dengan infus kontinu dengan dosis 0,1 unit/kg/jam.
Bila kadar glukosa darah sudah mencapai 300 mg/dL (16,7 mmol/L), maka D5% perlu ditambahkan ke cairan dan dosis insulin diturunkan menjadi 0,02-0,05 unit/kg/jam untuk menjaga kadar glukosa darah di rentang 200-300 mg/dL.[1,2,4,6]
Koreksi Kalium
Koreksi kalium perlu dilakukan segera setelah pemberian insulin. Pada fase awal status hiperglikemia hiperosmolar, umumnya kadar kalium akan ditemukan normal atau meningkat. Meski begitu, rehidrasi cairan dan pemberian insulin akan menyebabkan kalium untuk kembali ke dalam sel, yang berakibat pada terjadinya hipokalemia.
Apabila kadar kalium awal <3,3 mEq/L (3,3 mmol/L), maka insulin perlu ditunda dan diberikan NS 0,9% dan kalium hingga kadar kalium mencapai di atas 3,3 mEq/L.
Bila kadar kalium awal 3,3-5,2 mEq/L, maka diberikan kalium klorida (KCL) sebanyak 20-30 mEq atau 40 mEq yang dilarutkan dalam cairan IV per 1 L. Kadar kalium yang diharapkan adalah 4-5 mEq/L.
Bila kadar kalium awal di atas 5,2 mEq/L, maka kalium perlu ditunda setiap 2 jam sampai kadar kalium turun <5,2 mEq/L.[1,2,4,6]
Penatalaksanaan Lainnya
Karena infeksi sering menjadi pencetus status hiperglikemia hiperosmolar, penting untuk mencari sumber infeksi berdasarkan riwayat klinis dan pemeriksaan fisik. Antibiotik harus diberikan jika terdapat tanda klinis, atau bukti laboratorium atau radiologi yang menunjukkan adanya infeksi.
Pasien status hiperglikemia hiperosmolar juga memiliki peningkatan risiko untuk mengalami komplikasi trombotik seperti infark miokard, stroke, atau trombosis arteri perifer. Namun, belum jelas apakah pemberian profilaksis dengan low molecular weight heparin (LMWH) atau terapi antiplatelet dapat mencegah komplikasi ini.
Pasien hiperglikemia hiperosmolar juga sering mengalami hipofosfatemia dan hipomagnesemia. Namun, belum ada data yang menunjukkan manfaat dari penggantian elektrolit ini. Pemberian magnesium intravena mungkin hanya diperlukan jika terdapat defisiensi yang parah dan gejala yang jelas, seperti perubahan EKG atau manifestasi neurologis.
Selain itu, pasien hiperglikemia hiperosmolar memiliki risiko tinggi mengalami ulkus diabetik pada kaki. Oleh karena itu, evaluasi kaki perlu dilakukan saat masuk rumah sakit dan setiap hari selama perawatan.[1,4,6]