Penatalaksanaan Hiperbilirubinemia
Tujuan penatalaksanaan hiperbilirubinemia adalah menurunkan kadar bilirubin dalam darah dengan tata laksana penyebab intrahepatik maupun ekstrahepatik yang mendasari.
Contoh tata laksana hiperbilirubinemia adalah fototerapi pada ikterus neonatorum, operasi untuk obstruksi, dan terapi suportif untuk infeksi virus. Tujuan tata laksana lainnya adalah perbaikan status nutrisi, keluhan subjektif, kualitas hidup, dan mencegah atau mengobati komplikasi terkait sirosis. Tata laksana juga dilakukan pada mereka dengan painless jaundice.
Medikamentosa
Salah satu terapi medikamentosa yang digunakan pada hiperbilirubinemia adalah ursodeoxycholic acid (UDCA). UDCA adalah asam empedu yang ditemukan pada beruang kutub. Pemberian UDCA diharapkan dapat memproteksi kolangiosit dari efek toksik asam empedu, proteksi hepatosit dari apoptosis karena asam empedu, dan stimulasi sekresi bilier. Selain itu, UDCA memiliki sifat imunomodulator yang menurunkan kerusakan hepar akibat sistem imun.[17]
Hiperbilirubinemia dapat menyebabkan keluhan pruritus. Pruritus ditemukan pada 80–100% pasien dengan kolestasis dan ikterus. Keluhan gatal menyebabkan penurunan kualitas hidup akibat kelelahan, kurang tidur, dan depresi.
Tata laksana utama pruritus adalah drainase bilier pada kasus obstruksi. Pemberian antihistamin maupun krim dan lotion dapat direkomendasikan. Penggunaan cholestyramine sebanyak 4 gram, 1 jam sebelum makan pagi hingga 4 kali per hari dapat mengurangi pruritus dengan mengikat asam empedu, sehingga mencegah absorpsi pada ileum terminalis.[18]
Transplantasi Hepar
Transplantasi hepar diindikasikan pada penyakit hepar kronik yang tidak mengalami perbaikan setelah tata laksana medikamentosa yang maksimal. Sebagai contoh, pasien dengan hepatitis B yang mengalami perbaikan dengan antiviral belum membutuhkan transplantasi hepar.
Indikasi transplantasi hepar adalah adanya komplikasi sirosis, acute liver failure, ensefalopati, kanker hepar, perdarahan varises refrakter, dan gangguan fungsi sintesis.[19]
Sistem skoring yang dapat dipakai untuk menilai prognosis penyakit hepar adalah skor Child-Pugh dan model for end stage liver disease (MELD). Evaluasi transplantasi hepar perlu dipertimbangkan terutama pada pasien dengan skor MELD ≥15.[19]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli