Penatalaksanaan Inkontinensia Alvi
Penatalaksanaan inkontinensia alvi meliputi terapi medikamentosa yang memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekuensi defekasi, terapi biofeedback, pembedahan, dan terapi suportif. Tujuan penatalaksanaan inkontinensia alvi adalah untuk membantu meningkatkan dan mengembalikan kontrol usus.[1,19]
Medikamentosa
Penatalaksanaan secara medikamentosa bertujuan untuk meningkatkan konsistensi feses dan mengurangi frekuensi defekasi. Untuk meningkatkan konsistensi feses, dokter dapat memberikan bulking agent seperti psyllium atau metil selulosa.[8,19]
Frekuensi defekasi dapat dikurangi dengan obat antidiare. Berdasarkan percobaan double-blind crossover yang melibatkan 30 partisipan, loperamide lebih efektif daripada diphenoxylate untuk mengurangi urgency terkait inkontinensia, mengurangi efek samping terhadap sistem saraf pusat, meningkatkan kekuatan tonus sfingter anal, serta memperbaiki rectal compliance.[19]
Antikolinergik seperti hyoscyamine yang dikonsumsi sebelum makan bermanfaat bagi pasien dengan keluhan inkontinensia setelah makan. Amitriptyline dapat memperbaiki inkontinensia alvi idiopatik karena menurunkan amplitudo dan frekuensi rectal motor complexes, serta meningkatkan waktu transit kolon.[1,19]
Agonis adrenergik alfa 1 selektif (phenylephrine) bentuk gel yang diberikan langsung pada sfingter anal dapat meningkatkan tonus sfingter. Namun, pada kasus impaksi feses, lakukan disimpaksi terlebih dahulu untuk mencegah kekambuhan.[19]
Biofeedback
American Gastroenterological Association merekomendasikan terapi biofeedback untuk gangguan tonus sfingter eksterna dan hilangnya sensasi terhadap distensi rektum akibat cedera saraf. Terapi noninvasif ini bertujuan untuk cognitive retraining pada dasar panggul dan otot-otot dinding abdomen dengan tingkat keberhasilan 38-100%.[1,19]
Pembedahan
Pembedahan menjadi pilihan untuk kasus defek anatomi dan kondisi patologis lain.[6]
Overlapping Sphincteroplasty
Tindakan ini dilakukan pada kelainan struktural sfingter sekunder akibat trauma obstetri dan operasi anal sebelumnya. Tujuannya adalah mengembalikan integritas anatomi dari kompleks sfingter, dengan tingkat keberhasilan 70–80%.[1,6]
Gracilis Flap Rotation
Tindakan ini dilakukan pada kerusakan struktural sfingter derajat berat, dengan tingkat keberhasilan sebesar 38–90%. Otot gracilis berada di sepanjang medial dari tungkai atas. Tindakan ini dilakukan dengan merotasikan otot gracilis ke area perineal lalu membungkus otot sfingter anal dan membentuk neosfingter.[1,6]
Stimulasi Saraf Sakral
Stimulasi saraf sakral adalah tindakan minimal invasif untuk memperbaiki resting and squeeze pressures pada sfingter anal dan sensasi pada rektum. Prosedur ini efektif untuk kasus defisit sfingter anal minor akibat masalah neurologis. Prosedur ini akan memasukkan elektroda pada foramen sakral S3 lalu memberikan stimulasi tingkat rendah melalui implan stimulator.[19]
Kolostomi
Intervensi terakhir untuk kasus inkontinensia fekal jika terapi konservatif dan intervensi bedah lain tidak berhasil adalah kolostomi. Suatu studi observasional menunjukkan bahwa kolostomi dapat meningkatkan kualitas hidup pasien inkontinensia alvi.[5]
Terapi Suportif
Terapi suportif diperlukan untuk meningkatkan status nutrisi dan kualitas hidup. Terapi suportif mencakup penjagaan kebersihan perianal dan penghindaran makanan yang memicu diare. Pada pasien dengan penurunan fungsi kognitif ringan, gangguan mental, dan kelemahan fisik, berikan program latihan defekasi secara teratur.[1,19]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur