Etiologi Keracunan Makanan
Etiologi keracunan makanan sangat banyak, tetapi dapat dibedakan menjadi bakteri, virus, jamur, atau patogen noninfeksius seperti toksin dan bahan metalik. Sebanyak ⅔ kasus keracunan makanan disebabkan oleh virus dan bersifat self-limiting.
Etiologi
Virus penyebab keracunan makanan yang kemudian menyebabkan gastroenteritis adalah virus Norovirus dan Rotavirus. Sementara keracunan makanan yang dimediasi toksin adalah Staphylococcus aureus, Clostridia perfringens, dan Bacillus cereus. Adapun kasus keracunan makanan akibat toksin dari Clostridium botulinum (botulsime) perlu ditangani segera.
Infeksi protozoa dapat terjadi akibat kontaminasi air maupun makanan, seperti infeksi dari Giardia lamblia (giardiasis) dan Entamoeba histolytica (amebiasis). Berbagai cacing juga dapat menyebabkan keracunan makanan.
Infeksi bakterial dapat menyebabkan gastroenteritis akut yang berpotensi menyebabkan dehidrasi ringan-sedang. Namun, pada infeksi Escherichia coli tipe enterotoksigenik (ETEC) dan Vibrio cholerae dapat menyebabkan dehidrasi berat hingga kematian. Etiologi keracunan makanan secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 1.[8,9,41]
Tabel 1. Etiologi Keracunan Makanan.
Etiologi | |
Bakteri | Bacillus anthracis, Bacillus cereus, Brucella, Campylobacter jejuni, Clostridium botulinum, Clostridium perfringens, Escherichia coli, Listeria monocytogenes, Salmonella, Shigella, Staphylococcus aureus, Vibrio cholerae, Vibrio parahaemolyticus, Vibrio vulnificus, Yersinia |
Parasit | Angiostrongylus cantonensis, Anisakiasis, Cryptosporidium, Cyclospora cayetanesis, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Toxoplasma gondii, Trichinella |
Virus | Hepatitis A, Norovirus, Rotavirus |
Non infeksius | Logam berat, seperti arsenik, kadmium, merkuri Toksin, seperti Tetrodotoxin (racun ikan buntal), toksin ciguatera, toksin jamur Pestisida (organofosfat, karbamat) |
Sumber: dr. Shofa, Alomedika, 2019.[8,9,41]
Faktor Risiko
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Vollaard et al., ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko keracunan makanan di Jakarta. Faktor-faktor tersebut adalah kurangnya kebiasaan mencuci tangan, kontak langsung antara tangan dengan makanan, rendahnya tingkat pendidikan, dan penjual makanan kaki lima dengan jenis kelamin laki-laki. Faktor ini dikaitkan dengan peningkatan risiko infeksi Salmonella.[10]
Keracunan makanan juga lebih rentan untuk terjadi pada populasi anak, geriatri, wanita hamil, dan individu dengan kondisi imunosupresi, misalnya penderita HIV. Untuk itu, pengolahan makanan dan higienitas perlu dijaga dengan baik pada populasi ini.[11]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja