Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Etiologi Keracunan Makanan general_alomedika 2023-08-10T11:38:04+07:00 2023-08-10T11:38:04+07:00
Keracunan Makanan
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi kesehatan

Etiologi Keracunan Makanan

Oleh :
dr.Shofa Nisrina Luthfiyani
Share To Social Media:

Etiologi keracunan makanan sangat banyak, tetapi dapat dibedakan menjadi bakteri, virus, jamur, atau patogen noninfeksius seperti toksin dan bahan metalik. Sebanyak ⅔ kasus keracunan makanan disebabkan oleh virus dan bersifat self-limiting.

Etiologi

Virus penyebab keracunan makanan yang kemudian menyebabkan gastroenteritis adalah virus Norovirus dan Rotavirus. Sementara keracunan makanan yang dimediasi toksin adalah Staphylococcus aureus, Clostridia perfringens, dan Bacillus cereus. Adapun kasus keracunan makanan akibat toksin dari Clostridium botulinum (botulsime) perlu ditangani segera.

Infeksi protozoa dapat terjadi akibat kontaminasi air maupun makanan, seperti infeksi dari Giardia lamblia (giardiasis) dan Entamoeba histolytica (amebiasis). Berbagai cacing juga dapat menyebabkan keracunan makanan.

Infeksi bakterial dapat menyebabkan gastroenteritis akut yang berpotensi menyebabkan dehidrasi ringan-sedang. Namun, pada infeksi Escherichia coli tipe enterotoksigenik (ETEC) dan Vibrio cholerae dapat menyebabkan dehidrasi berat hingga kematian.  Etiologi keracunan makanan secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 1.[8,9,41]

Tabel 1. Etiologi Keracunan Makanan.

Etiologi
Bakteri

Bacillus anthracis, Bacillus cereus, Brucella, Campylobacter jejuni, Clostridium botulinum, Clostridium perfringens, Escherichia coli, Listeria monocytogenes, Salmonella, Shigella, Staphylococcus aureus, Vibrio cholerae, Vibrio parahaemolyticus, Vibrio vulnificus, Yersinia

Parasit

Angiostrongylus cantonensis, Anisakiasis, Cryptosporidium, Cyclospora cayetanesis, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Toxoplasma gondii, Trichinella

Virus

Hepatitis A, Norovirus, Rotavirus

Non infeksius

Logam berat, seperti arsenik, kadmium, merkuri

Toksin, seperti Tetrodotoxin (racun ikan buntal), toksin ciguatera, toksin jamur

Pestisida (organofosfat, karbamat)

Sumber: dr. Shofa, Alomedika, 2019.[8,9,41]

Faktor Risiko

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Vollaard et al., ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko keracunan makanan di Jakarta. Faktor-faktor tersebut adalah kurangnya kebiasaan mencuci tangan, kontak langsung antara tangan dengan makanan, rendahnya tingkat pendidikan, dan penjual makanan kaki lima dengan jenis kelamin laki-laki. Faktor ini dikaitkan dengan peningkatan risiko infeksi Salmonella.[10]

Keracunan makanan juga lebih rentan untuk terjadi pada populasi anak, geriatri, wanita hamil, dan individu dengan kondisi imunosupresi, misalnya penderita HIV. Untuk itu, pengolahan makanan dan higienitas perlu dijaga dengan baik pada populasi ini.[11]

 

 

Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja

Referensi

8. U.S. Food and Drug Administration. Foodborne illnesses: what you need to know. http://www.fda.gov/food/resourcesforyou/consumers/ucm103263.htm
9. Centers for Disease Control and Prevention. Diagnosis and management of foodborne illness. MMWR. 2001;50
10. Vollaard AM, Ali S, van Asten HA, et al. Risk factors for transmission of foodborne illness in restaurants and street vendors in Jakarta, Indonesia. Epidemiol Infect. 2004;132(5):863-72
11. UC Food Safety. Populations at risk for foodborne illness. 2009. http://ucfoodsafety.ucdavis.edu/Populations_at_Risk_for_Foodborne_Illness/
41. Gill CJ, Hamer DH. Foodborne Illnesses. Curr Treat Options Gastroenterol. 2001 Feb;4(1):23-38. doi: 10.1007/s11938-001-0044-0. PMID: 11177679.

Patofisiologi Keracunan Makanan
Epidemiologi Keracunan Makanan
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 29 Januari 2024, 08:13
Tata laksana mengatasi kasus keracunan jamur
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, saya memiliki pasien usia 13th datang di antar keluarganya ke klinik dengan keluhan penurunan kesadaraan setelah mengkonsumsi jamur yg tumbuh...
dr.Peter Fernando
Dibuat 04 Agustus 2023, 06:22
Mnemonic #24 : Gejala Keracunan Makanan
Oleh: dr.Peter Fernando
0 Balasan
M - Mual dan Muntah A - Asam Lambung naik (heartburn) K - Kram Perut (abdominal cramps) A - Air Liur Berlebihan (excessive salivation) N - Nyeri Perut...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.