Diagnosis Kolelitiasis
Diagnosis kolelitiasis (cholelithiasis) atau batu empedu ditegakkan dari pemeriksaan baku emas USG abdomen atau magnetic resonance cholangiopancreatography (MRCP). Sekitar 80% pasien dengan kolelitiasis asimtomatik, sehingga kasus seringkali ditemukan secara tidak sengaja.[3,4]
Bila bergejala, maka yang sering menjadi keluhan adalah kolik bilier, dengan pemeriksaan fisik dapat ditemukan otot abdomen regio hipokondrium kanan yang menegang. Pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan rutin dalam penegakan diagnosis kolelitiasis simtomatik non komplikata.[3,4]
Anamnesis
Kebanyakan kasus kolelitiasis adalah asimtomatik. Namun, beberapa pasien bisa mengeluhkan adanya nyeri kolik bilier, yaitu nyeri yang hilang timbul pada regio hipokondrium kanan, ataupun regio epigastrium. Nyeri dapat menjalar ke puncak tulang scapula kanan (Collins sign).[2-6]
Beberapa gejala yang mungkin menyertai adalah riwayat makan makanan berlemak, onset nyeri malam hari, mual, muntah, dan hiperestesi pada bagian bawah tulang skapula kanan (Boa sign).[2-6]
Karakteristik nyeri adalah nyeri menetap, intensitas moderat hingga berat, muncul mendadak, tidak diperingan oleh gerakan usus, serta memuncak dalam 1 jam. Nyeri kemudian akan terasa menurun secara bertahap dalam waktu 1‒5 jam ketika batu empedu terlepas. Jika nyeri kolik bilier bertahan lebih lama, perlu dipikirkan kemungkinan adanya komplikasi.[2–6]
Kolik bilier muncul ketika batu menyebabkan obstruksi duktus sistikus, kantung empedu, atau keduanya. Obstruksi temporer disebabkan batu empedu tersangkut di kantung empedu sehingga menyebabkan dilatasi duktus, yang kemudian batu empedu terlepas.[1]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya otot abdomen kanan atas menegang. Namun, tidak menutup kemungkinan tidak ditemukan tanda klinis apapun.[3,4]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari kolelitiasis meliputi penyakit dengan gejala nyeri abdomen akut regio hipokondrium kanan atau epigastrium, seperti koledokolitiasis, kolesistitis akut, ulkus peptikum, atau kolangitis akut.[1–4]
Koledokolitiasis
Pada koledokolitiasis, selain adanya kolik bilier di regio hipokondrium kanan akan ditemukan ikterus obstruktif. Penegakan diagnosis dengan pemeriksaan penunjang pencitraan.[1,2]
Kolesistitis Akut
Pada kolesistitis akut, bisa ditemukan nyeri tekan abdomen regio hipokondrium kanan dan demam. Terkadang akan ditemui nyeri kolik bilier atau ikterus. Selain itu akan ditemukan Murphy sign positif, yaitu tahanan pernafasan inspirasi pada penekanan abdomen regio hipokondrium kanan. Pada pemeriksaan USG akan ditemukan gambaran penebalan dinding kantung empedu. Sedangkan pada pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan leukositosis.[1,2]
Ulkus Peptikum
Pada ulkus peptikum, nyeri akan dirasakan di area epigastrik yang muncul berkaitan dengan asupan makanan, yaitu saat perut kosong atau beberapa jam setelah makan. Penegakan diagnosis melalui pemeriksaan endoskopi dengan ditemukannya ulkus pada mukosa lambung atau usus halus.[1,2]
Kolangitis Akut
Gejala kolangitis akut ditunjukkan dengan gejala dan tanda yang khas (trias Charcot), yaitu demam tinggi, ikterus, dan nyeri abdomen kanan atas. Pada kolangitis akut supurativa, bisa ditemukan Penta Reynold sign, yaitu trias Charcot ditambah hipotensi dan perubahan status mental. Penegakan diagnosis dengan MRCP dan USG abdomen untuk mendeteksi koledokolitiasis sebagai penyebab kolangitis.[4]
Pemeriksaan Penunjang
Kebanyakan kasus kolelitiasis ditemukan secara insidental pada pemeriksaan penunjang seperti USG abdomen. Pada pasien dengan kecurigaan kuat mengarah ke kolelitiasis dengan hasil USG abdomen negatif, maka dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan USG endoskopi (endoscopic ultrasound / EUS), Magnetic Resonance Cholangiopancreatography (MRCP), atau CT-Scan Abdomen.[1,3]
USG Abdomen
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) abdomen merupakan pemeriksaan baku standar untuk menegakkan diagnosis kolelitiasis. USG abdomen memiliki spesifisitas dan sensitivitas yang tinggi untuk mendeteksi batu empedu, yaitu >98% dan >95% secara berurutan.[1,3,9]
Selain itu, pemeriksaan USG bersifat noninvasif dan lebih terjangkau dari segi biaya. Pemeriksaan USG abdomen juga dapat menyediakan informasi mengenai adanya polip, diameter duktus sistikus, dan abnormalitas parenkim hepar.[1,3,9]
Gambaran kolelitiasis pada pemeriksaan USG adalah fokus echogenik dengan bayangan distal hipoechoik. Sedangkan lumpur bilier atau biliary sludge dideteksi dengan adanya fokus-fokus kecil echogenik menyerupai pasir di dalam kantung empedu.[3]
Endoscopic Ultrasound (EUS)
Jika hasil USG abdomen normal, tetapi pasien dicurigai memiliki kolelitiasis, maka bisa disarankan untuk pemeriksaan EUS. Untuk mendeteksi kolelitiasis, EUS mempunyai sensitivitas tinggi (94−98%). [3,10]
Magnetic Resonance Cholangiopancreatography (MRCP) dan CT-Scan Abdomen
Jika hasil pemeriksaan USG inkonklusif, selain EUS, pasien dapat direkomendasikan pemeriksaan MRCP atau CT-Scan. MRCP adalah pemeriksaan noninvasif dengan sensitivitas dan spesifisitas tinggi terhadap batu empedu. CT-Scan lebih baik dalam menampilkan traktus bilier dan duktus bilier komunis distalis, tetapi membutuhkan biaya lebih tinggi dan adanya paparan radiasi.[3,9,10]
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak rutin dilakukan pada kasus kolelitiasis asimtomatik dan simptomatik non komplikata. Pemeriksaan laboratorium mungkin dianjurkan pada kolelitiasis dengan komplikasi dan untuk monitoring. Pemeriksaan laboratorium yang bisa dilakukan di antaranya pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan panel metabolik lengkap, prothrombin time/partial thromboplastin time (PT/APTT), lipase, amilase, alkaline fosfatase, dan bilirubin total. [1,4]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini