Epidemiologi Kolelitiasis
Epidemiologi kolelitiasis (cholelithiasis) atau batu empedu di negara maju sekitar 10‒15% dari populasi dewasa, dengan prevalensi terbanyak jenis kolelitiasis kolesterol. Sementara, epidemiologi kolelitiasis di negara Asia berkisar 3‒10%.[1,3]
Global
Kasus kolelitiasis cukup banyak ditemukan di negara maju, yaitu sekitar 10‒15% dari populasi dewasa. Kolelitiasis ditemukan pada 6% pria dan 9% wanita. Batu empedu kolesterol adalah jenis yang paling sering ditemukan, yaitu 90‒95%. Sedangkan di negara-negara di Afrika, kasus kolelitiasis bukanlah kasus yang khas.[1,3,6]
Meskipun cukup sering ditemukan, sekitar 80% kasus kolelitiasis tidak bergejala. Penemuan kolelitiasis seringkali tidak disengaja, misalnya saat dilakukan pemeriksaan medis rutin atau pada kondisi medis lainnya. Sekitar 1‒2% mengalami kolik bilier. Setiap tahunnya, 0,1‒0,3% berkembang menjadi komplikasi seperti kolesistitis, koledokolitiasis, pankreatitis batu empedu, dan kolangitis.[1,4]
Asia dan Indonesia
Di Asia, prevalensi kolelitiasis berkisar di angka 3‒10%. Pada suatu studi ditemukan prevalensi kolelitiasis adalah 3,2% di Jepang, 10,7% di Tiongkok, 7,1% di India Utara, dan 5% di Taiwan. Kolelitiasis pigmen coklat pada duktus koledokus lebih sering ditemukan di Asia, hal ini berkaitan dengan infestasi parasit. Namun, seiring dengan meningkatnya asupan pola diet Barat (Westernized diet) berpotensi meningkatkan risiko kolelitiasis kolesterol.[6,7]
Sementara itu, belum terdapat data epidemiologi kolelitiasis di Indonesia.
Mortalitas
Tingkat mortalitas penyakit kolelitiasis adalah sekitar 0,6%. Tingkat mortalitas ini dipengaruhi oleh adanya komplikasi yang muncul, seperti pankreatitis akut dan kanker kantung empedu. Meski prosedur kolesistektomi relatif aman dan sering dilakukan, kematian akibat prosedur ini sekitar 1%. Kolesistektomi darurat berkaitan dengan tingkat mortalitas yang lebih tinggi.[1,6]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini