Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Kolitis Ulseratif general_alomedika 2023-02-28T13:34:31+07:00 2023-02-28T13:34:31+07:00
Kolitis Ulseratif
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Kolitis Ulseratif

Oleh :
dr. Catherine Ranatan
Share To Social Media:

Diagnosis kolitis ulseratif menurut American College of Gastroenterology bila pasien yang datang dengan gejala diare berdarah persisten, urgensi rektal, atau tenesmus sudah terkonfirmasi dengan biopsi.

Diagnosis mengarah pada kolitis ulseratif apabila hasil pemeriksaan feses membuktikan tidak adanya patogen penyebab, dan terdapat gambaran mukosa kolon yang edema, ulkus, peningkatan friabilitas dan granularitas pada sigmoidoskopi atau kolonoskopi.

Diagnosis tegak setelah terdapat abses berkripta dengan sel inflamatorik pada lamina propria pada biopsi.[23]

Anamnesis

Pada perjalanan penyakit, umumnya gejala terjadi hilang timbul dengan pola remisi dan eksaserbasi. Pasien dengan kolitis ulseratif pada umumnya datang dengan keluhan diare berdarah persisten disertai mukus sebagai gejala awal. Diare umumnya terjadi nokturnal dan/atau setelah makan.[2,4,15]

Pasien juga akan mengeluhkan nyeri perut, urgensi, tenesmus, demam bila kasus berat, penurunan berat badan, malaise serta penurunan nafsu makan. Pada pasien dengan proktitis, obstipasi atau konstipasi berat dapat menjadi gejala awal yang dikeluhkan. Pada pasien dengan gejala berat maka feses akan menjadi cair dan bercampur dengan darah dan pus.[2,4,15]

Manifestasi gejala ekstraintestinal yang dapat terjadi yaitu :

  • Kulit: Erythema nodosum, pyoderma gangrenosum

  • Mulut: Ulkus aftosa

  • Mata: konjungtivitis, iritis, uveitis

  • Sendi dan tulang: arthralgia, arthritis, ankylosing spondylitis

  • Hepar: Fatty liver, hepatitis
  • Empedu: perikolangitis primer, sclerosing cholangitis

  • Pankreas: Pankreatitis[15]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada pasien dengan kolitis ulseratif akan ditemukan nyeri tekan pada lubang anus serta darah pada pemeriksaan rektal. Pada derajat penyakit yang sudah berat juga dapat terjadi nyeri tekan pada palpasi area abdomen yang terdapat kolon.[15]

Tingkat Perluasan dan Keparahan Kolitis Ulseratif

Klasifikasi Montreal membagi kolitis ulseratif berdasarkan derajat perluasan/extension (E), dan derajat keparahan/severity (S).[16]

Derajat perluasan

Derajat perluasan/extension (E) dari kolitis ulseratif dapat dibagi menjadi:

  • E1(Proktitis ulseratif): inflamasi terbatas pada rektum
  • E2 (Kolitis ulseratif sisi kiri atau distal): inflamasi meluas sampai ke kolon sigmoid dan/atau kolon descenden
  • E3 (Pankolitis): inflamasi meluas sampai ke kolon transversum dan/atau kolon asenden[16]

Derajat Keparahan

Derajat keparahan/severity (S) dapat secara sederhana diklasifikasikan sebagai berikut:

  • S0 (remisi): asimtomatik
  • S1 (ringan): defekasi <4 kali sehari, dengan atau tanpa darah, tidak adanya gejala sistemik, dan penanda inflamasi normal
  • S2 (sedang): defekasi sebanyak 4 kali sehari disertai gejala toksisitas sistemik yang minimal
  • S3 (berat): defekasi >6 kali disertai setidaknya satu gejala toksisitas sistemik, yaitu anemia < 10.5 g/dL, nadi >90 kali/menit, demam, atau erythrocyte sedimentation rate (ESR) >30 mm/jam[16]

Diagnosis Banding

Gejala gangguan intestinal serta pemeriksaan fisik dari kolitis ulseratif sering kali sulit dibedakan dengan penyakit saluran pencernaan lainnya, seperti Crohn’s disease dan infeksi usus.

Penyakit Crohn

Crohn’s disease termasuk ke dalam kelompok penyakit inflammatory bowel disease (IBD). Keduanya memiliki gejala yang serupa namun terdapat perbedaan lokasi inflamasi. Kolitis ulseratif hanya menyerang rektum dan kolon sedangkan penyakit Crohn dapat menyerang seluruh bagian saluran cerna.

Perbedaan lain adalah pada kolitis ulseratif, terjadi perluasan area inflamasi secara kontinu, sedangkan pada penyakit Crohn inflamasi umumnya hanya terjadi pada area spesifik tertentu saja. Perbedaan kedua penyakit ini dapat dilihat pada Tabel 1[14,15]

Tabel 1. Perbedaan Kolitis Ulseratif dengan Penyakit Crohn

Perbedaan Kolitis Ulseratif Penyakit Crohn
Gejala Klinis
Darah yang banyak pada feses Ya Terkadang
Mukus Ya Terkadang
Gejala sistemik Terkadang Sering kali
Nyeri Terkadang Sering kali
Massa abdomen Jarang Ya
Penyakit perineal yang signifikan Tidak Sering kali
Fistula Tidak Ya
Obstruksi usus halus Tidak Sering kali
Obstruksi kolon Jarang Sering kali
Respons terhadap antibiotik Tidak Ya
Rekurensi setelah pembedahan Tidak Ya
Pemeriksaan Endoskopi
Perdarahan Ya Terkadang
Mukus / Pus Ya Sedikit
Penyakit kontinu Ya Terkadang
Cobblestoning Tidak Ya
Ulkus fisura dan lokal Terkadang Ya
Granularitas Tidak Terkadang

Sumber: dr. Catherine Renatan, 2019.[14-17]

Infeksi Usus

Infeksi pada kolon ataupun usus halus dapat memberikan gejala yang mirip dengan ulseratif kolitis. Diare berdarah yang merupakan gejala awal yang paling sering terjadi dapat juga timbul pada infeksi akibat bakteri seperti Shigellosis sp, Salmonella sp, dan enterohemorrhagic, enteroinvasive, dan enteroadherent E. coli; infeksi viral oleh cytomegalovirus, dan infeksi protozoa akibat Entamoeba histolytica.

Gejala yang ditimbulkan akibat infeksi usus juga cukup mirip seperti nyeri perut, tenesmus, dan demam. Perbedaan antara infeksi usus dan kolitis ulseratif yaitu setelah infeksi diobati maka gejala akan hilang, sedangkan pada kolitis ulseratif merupakan inflamasi yang terjadi hilang timbul seumur hidup.[15]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang berperan besar dalam menegakkan diagnosis penyakit karena kemiripan kolitis ulseratif dengan penyakit saluran pencernaan lainnya. Selain untuk menegakkan diagnosis, pemeriksaan penunjang juga dibutuhkan untuk mengeksklusi etiologi infeksi dan noninfeksi lainnya.

Endoskopi

Endoskopi saluran pencernaan bawah atau kolonoskopi merupakan modalitas utama yang digunakan pada pasien ulseratif kolitis. Selain dapat memeriksa keadaan pada kolon dan rektum, dapat juga dilakukan biopsi jaringan bersama dengan endoskopi.

Pada kolonoskopi, dapat dijumpai eritema pada mukosa, penurunan pola vaskuler, serta friabilitas yang rendah pada kolitis ulseratif yang ringan. Pada tingkat keparahan sedang, eritema bertambah disertai hilangnya pola vaskular pada mukosa, friabilitas, erosi, dan ulkus. Pada tahap berat, dapat terjadi perdarahan spontan dan ulkus.[2,4,15]

Biopsi

Pada pemeriksaan biopsi mukosa kolon, ditemukan distorsi kripta, pemendekan kripta abses pada kripta, destruksi pada batas epitel akibat migrasi sel imun, berkurangnya musin, erosi atau ulser. Selain itu, terdapat infiltrat pada lamina propria berupa sel plasma, eosinofil dan limfosit, serta agregat limfoid.[2,4,15]

Pencitraan

Pemeriksaan pencitraan awal yang dapat dilakukan yaitu radiologi menggunakan barium enema. Pada pemeriksaan tersebut, pada awalnya akan granulasi mukosa yang halus, yang akan berubah menjadi mukosa menebal dan terdapat ulser seiring perjalanan penyakitnya.

Ulkus yang sudah penetrasi ke mukosa dapat terlihat sebagai collar button ulcer. Haustra pada saluran pencernaan akan menghilang pada gambaran radiologi.[2]

Pemeriksaan radiologi lain yang dapat menjadi pilihan adalah MRI atau CT scan abdomen. Pada pemeriksaan keduanya, akan didapatkan penebalan dinding kolon sebagai tanda inflamasi yaitu penebalan mural <1,5 cm.[2,15]

Pemeriksaan Feses

Selain untuk menyingkirkan infeksi sebagai diagnosis banding, pemeriksaan feses juga dapat dilakukan untuk mendeteksi inflamasi pada saluran cerna dengan memeriksa fecal lactoferrin.[15]

Laboratorium Darah

Pemeriksaan laboratorium darah dapat membantu menunjang diagnosis namun tidak dapat menegakkan diagnosis. Pada fase eksaserbasi, dapat terjadi peningkatan C-reactive protein (CRP), platelet, erythrocyte sedimentation rate (ESR) sebagai reaktan fase akut. Anemia juga dapat terjadi akibat perdarahan kronik pada kolitis ulseratif.[15]

 

 

Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja

 

Referensi

2. Ordás I, Eckmann L, Talamini M, Baumgart DC, Sandborn WJ. Ulcerative colitis. Lancet. 2012 Nov 3;380(9853):1606-19.
4. Lynch WD, Hsu R. Ulcerative Colitis. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459282/
14. Harlan WR, Meyer A, Fisher J. Inflammatory Bowel Disease: Epidemiology, Evaluation, Treatment, and Health Maintenance. N C Med J. 2016 May-Jun;77(3):198-201.
15. Harrison T. Longo D. Kasper D. et al. Harrison’s Principle of Internal Medicine. 19th ed. USA: Mc-Graw Hill;2015. P. 1947-1965.
16. Satsangi J, Silverberg MS, Vermeire S, Colombel JF. The Montreal classification of inflammatory bowel disease: controversies, consensus, and implications. Gut. 2006 Jun;55(6):749-53.
17. Rubin DT, Ananthakrishnan AN, Siegel CA, Sauer BG, Long MD. ACG Clinical Guideline: Ulcerative Colitis in Adults. Am J Gastroenterol. 2019 Mar;114(3):384-413.

Epidemiologi Kolitis Ulseratif
Penatalaksanaan Kolitis Ulseratif

Artikel Terkait

  • Inflammatory Bowel Disease Meningkatkan Risiko Parkinson
    Inflammatory Bowel Disease Meningkatkan Risiko Parkinson
  • Hubungan NSAID dan Inflammatory Bowel Disease
    Hubungan NSAID dan Inflammatory Bowel Disease
Diskusi Terbaru
dr. Siti Wahida Aminina
Dibalas 10 jam yang lalu
Sertifikat dr alomedika di tolak di plafom skp
Oleh: dr. Siti Wahida Aminina
2 Balasan
Izin bertanya, adakah sertifikat dokter dokter di tolak dr flatfom skp, kenapa ya? Apa salah masukkan data apa gimana?
dr. Eunike
Dibalas 5 jam yang lalu
Tinea di groin yang berulang - ALOPALOOZA Dermatologi
Oleh: dr. Eunike
2 Balasan
Alo Dok. Pasien perempuan 40 tahun dengan keluhan gatal dan rash di selangkangan berulang, apakah perlu salep antijamur kombinasi dengan steroids, ya, karena...
dr.Eurena Maulidya Putri P
Dibalas 4 jam yang lalu
Ikuti Webinar ber-SKP Kemkes - Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium - Selasa, 27 Mei 2025, Pukul 11.00 – 12.30 WIB
Oleh: dr.Eurena Maulidya Putri P
3 Balasan
ALO Dokter!Ikuti Webinar Alomedika ber-SKP Kemkes "Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium" untuk mempelajari seberapa efektif kalsium dalam mencegah...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.