Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Kolitis Ulseratif general_alomedika 2023-02-10T13:11:47+07:00 2023-02-10T13:11:47+07:00
Kolitis Ulseratif
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Kolitis Ulseratif

Oleh :
dr. Catherine Ranatan
Share To Social Media:

Penatalaksanaan kolitis ulseratif berupa pemberian obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) golongan aminosalisilat, kortikosteroid, dan siklosporin. Pembedahan dilakukan jika terdapat indikasi kolitis ulseratif derajat berat berulang. Teknik pembedahan yang disarankan adalah Ileal-Pouch Anal Anastomosis (IPAA/J-pouch).

Prinsip penatalaksanaan kolitis ulseratif bertujuan untuk mengobati gejala, mencegah kekambuhan, dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

Penatalaksanaan Kolitis Ulseratif Akut

Pemberian medikamentosa pada kolitis ulseratif dibedakan antara penatalaksanaan kolitis ulseratif akut untuk menginduksi remisi dan penatalaksanaan rumatan untuk mempertahankan remisi. Skema terapi dapat dilihat pada Gambar 1.

Prinsip Tata Laksana Medikamentosa Pasien Kolitis Ulseratif

Gambar 1. Prinsip Tata Laksana Medikamentosa Pasien Kolitis Ulseratif pada Derajat Ringan, Ringan-sedang, Sedang, dan Berat. Sumber: dr. Catherine Ranatan, 2019.[17]

Derajat Ringan dan Ringan-Sedang (S1)

Obat lini pertama untuk kolitis ulseratif kategori E1 dan E2 adalah aminosalisilat, seperti 5-Aminosalisilat (5-ASA), dalam bentuk topikal atau suppositoria, diberikan 1 gram/hari pada malam hari selama 2-4 minggu. Sedangkan pada kategori E3, pilihan utama adalah aminosalisilat per oral, dengan dosis 2 gram/hari dibagi dalam 2-4 dosis.[17]

Prinsip tata laksana derajat ringan-sedang adalah bila tidak ada perbaikan atau gejala bertambah buruk setelah 4 minggu, maka dapat diberikan kortikosteroid spesifik dan nonsistemik berupa budesonide multi matrix (MMX) dengan dosis 9 mg/hari selama 8 minggu.

Apabila masih belum membaik juga, dapat dipertimbangkan pemberian kortikosteroid sistemik berupa metilprednisolon 60 mg/hari atau hidrokortison 100 mg 3-4x sehari selama 3-5 hari.

Jika tetap tidak terdapat respon perbaikan, maka dapat dipertimbangkan pemberian anti tumor necrotizing factor (Anti-TNF), seperti adalimumab, golimumab, atau infliximab. Dan bila masih juga belum memberikan hasil yang baik, dapat dipertimbangkan untuk dilakukan terapi operatif.[17]

Derajat Sedang (S2)

Pada derajat sedang, tidak disarankan pemberian 5-ASA topikal, suppositoria, maupun oral. Langsung diberikan budesonide, dengan algoritma selanjutnya yang sama dengan prinsip tatalaksana derajat ringan-sedang.[17]

Derajat Berat

Pasien kolitis ulseratif yang akut derajat berat perlu dirawat inap. Pasien perlu diberikan kortikosteroid intravena, bisa metilprednisolon atau hidrokortison. Pemberian siklosporin intravena dilakukan bila kortikosteroid intravena tidak dapat diberikan.

Jika dalam 72 jam tidak terdapat perbaikan yang bermakna atau gejala memburuk, maka kedua obat tersebut dapat diberikan bersamaan.[4,18,19,25]

Penting juga untuk dilakukan pemeriksaan infeksi Clostridium difficile, bila positif maka disarankan untuk memberikan antibiotik vancomycin. Bila masih tidak berhasil dengan terapi kortikosteroid, maka disarankan pemberian infliximab atau siklosporin. Bila terjadi perbaikan, maka dilanjutkan dengan dosis rumatan/pemeliharaan.

Infliximab dipilih jika sebelumnya pasien membaik dengan obat tersebut, sedangkan thiopurine atau vedolizumab diberikan bila sebelumnya membaik dengan pemberian siklosporin.[17]

Penatalaksanaan untuk Mempertahankan Remisi

Prinsip pemberian dosis rumatan pada pasien kolitis ulseratif adalah dengan mempertahankan obat yang dapat mengontrol gejala pasien. Pengobatan rumatan yang digunakan adalah obat yang berhasil menghilangkan gejala pasien.

Bila pasien terkontrol dengan 5-ASA oral, maka pasien dapat hanya mendapat terapi obat tersebut. Namun sebaliknya, bila pasien baru mencapai keberhasilan pengobatan dengan anti TNF, maka pengobatan rumatan yang diberikan juga sama dengan obat yang dapat menghilangkan gejala, yakni anti TNF tersebut.[17]

Pembedahan

Terapi bedah pada kolitis ulseratif merupakan terapi definitif untuk kolitis ulseratif. Data menunjukkan 50% pasien dengan pankolitis atau kategori E3, akan dilakukan pembedahan dalam waktu 10 tahun sejak awitan penyakitnya.

Indikasi dilakukan terapi pembedahan pada pasien kolitis ulseratif adalah kolitis ulseratif yang sulit terkontrol, derajat berat dan berulang, toxic megacolon, perforasi kolon, perdarahan kolon masif, penyakit ekstrakolon, obstruksi kolon, profilaksis kanker atau displasia mukosa kolon, dan telah ditemukan kanker pada kolon.[14,15,26]

Teknik operasi yang menjadi pilihan adalah Ileal-Pouch Anal Anastomosis (IPAA atau J-pouch). Teknik operasi ini menggantikan rektum dengan struktur ileum. Karena mukosa kolon kerap menimbulkan inflamasi, maka kolon direseksi, dan ileum sebagai bagian ujung dari usus halus dipakai sebagai pengganti rektum.

Bagian ujung ileum dibuat melipat ke atas membentuk huruf J dan dijahitkan ke dinding luar ileum kembali. Membentuk sebuah kantong yang berfungsi menampung feses seperti halnya rektum, sedangkan bagian bawah dari huruf J tersebut disayat membentuk lubang dan dijahitkan ke struktur rektum sebelumnya.[15,18]

Meskipun frekuensi buang air besar pada pasien setelah tindakan IPAA bisa mencapai 6-10 kali per hari, namun hal ini jauh lebih baik dibandingkan operasi pemasangan ileostomi, baik dari segi fungsi, maupun kekambuhannya karena kolon yang sudah diangkat seluruhnya. Dengan demikian, kualitas hidup pasien menjadi lebih baik.[15,19]

 

 

Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja

 

Referensi

4. Lynch WD, Hsu R. Ulcerative Colitis. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459282/
14. Harlan WR, Meyer A, Fisher J. Inflammatory Bowel Disease: Epidemiology, Evaluation, Treatment, and Health Maintenance. N C Med J. 2016 May-Jun;77(3):198-201.
15. Harrison T. Longo D. Kasper D. et al. Harrison’s Principle of Internal Medicine. 19th ed. USA: Mc-Graw Hill;2015. P. 1947-1965.
16. Satsangi J, Silverberg MS, Vermeire S, Colombel JF. The Montreal classification of inflammatory bowel disease: controversies, consensus, and implications. Gut. 2006 Jun;55(6):749-53.
17. Rubin DT, Ananthakrishnan AN, Siegel CA, Sauer BG, Long MD. ACG Clinical Guideline: Ulcerative Colitis in Adults. Am J Gastroenterol. 2019 Mar;114(3):384-413.
18. Scoglio D, Ahmed Ali U, Fichera A. Surgical treatment of ulcerative colitis: ileorectal vs ileal pouch-anal anastomosis. World J Gastroenterol. 2014 Oct 7;20(37):13211-8.
19. Park BJ, Lee KJ, Hwang JC, Sin SJ, Chung JY, Cho SW. Relapse rates of ulcerative colitis in remission and factors related to relapse. Korean J Gastroenterol. 2008 Jul;52(1):21-6.
20. Jess T, Rungoe C, Peyrin-Biroulet L. Risk of colorectal cancer in patients with ulcerative colitis: a meta-analysis of population-based cohort studies. Clin Gastroenterol Hepatol. 2012 Jun;10(6):639-45.
21. Monstad I, Hovde O, Solberg IC, A Moum B. Clinical course and prognosis in ulcerative colitis: results from population-based and observational studies. Ann Gastroenterol. 2014;27(2):95-104.
22. Pituch-Zdanowska A, Banaszkiewicz A, Albrecht P. The role of dietary fibre in inflammatory bowel disease. Prz Gastroenterol. 2015;10(3):135-41.
23. Strong SA. Management of acute colitis and toxic megacolon. Clin Colon Rectal Surg. 2010 Dec;23(4):274-84.
24. Kornbluth A, Sachar DB; Practice Parameters Committee of the American College of Gastroenterology. Ulcerative colitis practice guidelines in adults: American College Of Gastroenterology, Practice Parameters Committee. Am J Gastroenterol. 2010 Mar;105(3):501-23; quiz 524.
25. Reich J, Wasan S, Farraye FA. Vaccinating Patients With Inflammatory Bowel Disease. Gastroenterol Hepatol (N Y). 2016 Sep;12(9):540-546.
26. Jess T, Rungoe C, Peyrin-Biroulet L. Risk of colorectal cancer in patients with ulcerative colitis: a meta-analysis of population-based cohort studies. Clin Gastroenterol Hepatol. 2012 Jun;10(6):639-45.

Diagnosis Kolitis Ulseratif
Prognosis Kolitis Ulseratif

Artikel Terkait

  • Inflammatory Bowel Disease Meningkatkan Risiko Parkinson
    Inflammatory Bowel Disease Meningkatkan Risiko Parkinson
  • Hubungan NSAID dan Inflammatory Bowel Disease
    Hubungan NSAID dan Inflammatory Bowel Disease
Diskusi Terbaru
dr. Siti Wahida Aminina
Dibalas 3 jam yang lalu
Sertifikat dr alomedika di tolak di plafom skp
Oleh: dr. Siti Wahida Aminina
2 Balasan
Izin bertanya, adakah sertifikat dokter dokter di tolak dr flatfom skp, kenapa ya? Apa salah masukkan data apa gimana?
dr. Eunike
Dibalas 10 menit yang lalu
Tinea di groin yang berulang - ALOPALOOZA Dermatologi
Oleh: dr. Eunike
1 Balasan
Alo Dok. Pasien perempuan 40 tahun dengan keluhan gatal dan rash di selangkangan berulang, apakah perlu salep antijamur kombinasi dengan steroids, ya, karena...
dr.Eurena Maulidya Putri P
Dibalas 4 jam yang lalu
Ikuti Webinar ber-SKP Kemkes - Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium - Selasa, 27 Mei 2025, Pukul 11.00 – 12.30 WIB
Oleh: dr.Eurena Maulidya Putri P
2 Balasan
ALO Dokter!Ikuti Webinar Alomedika ber-SKP Kemkes "Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium" untuk mempelajari seberapa efektif kalsium dalam mencegah...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.