Edukasi dan Promosi Kesehatan Kolitis Ulseratif
Edukasi dan promosi kesehatan kolitis ulseratif difokuskan pada pencegahan komplikasi kanker kolorektal, kanker kulit, kanker serviks pada wanita, infeksi, depresi, dan ansietas. Selain itu, pasien juga diedukasi untuk memperhatikan konsumsi gizi dan menjaga berat badan ideal.
Edukasi Pasien
Pasien diedukasi bahwa penyakit ini tidak dapat sembuh tetapi dapat dikontrol dengan pengobatan yang sesuai. Dengan mengonsumsi obat-obatan, diharapkan pasien mengalami remisi dan mencegah relaps. Namun, obat-obatan yang dikonsumsi berpotensi menyebabkan gangguan pada densitas tulang sehingga pemeriksaan berkala diperlukan untuk pasien.[4]
Selain itu, akibat proses penyerapan makanan yang terganggu, 20-85% pasien dengan inflammatory bowel disease menderita defisiensi nutrisi. Oleh karena itu, asupan makanan harus cukup agar tubuh tetap mendapat gizi yang seimbang, dan juga perlu diperhatikan untuk menjaga berat badan yang ideal.
Meski konsumsi serat dapat memperparah gejala diare, hasil penelitian menunjukkan konsumsi serat dalam batas yang wajar tetap perlu diperlukan karena serat berperan dalam proses pemulihan mukosa.[14,22]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Penyakit kolitis ulseratif tidak dapat dicegah, tetapi dapat dikendalikan perkembangannya. Risiko kanker kolorektal lebih tinggi pada kelompok penderita kolitis ulseratif, karena itu pemeriksaan kolonoskopi sebaiknya dilakukan setahun sekali setelah 8-10 tahun perjalanan penyakit. Dengan dilakukannya kolonoskopi, risiko perkembangan kanker dapat menurun.[2,15,26]
Selain itu, pasien dengan kolitis ulseratif juga perlu melakukan skrining kanker kulit tanpa memperhatikan ada/tidaknya penggunaan agen biologik. Pada pasien wanita, skrining kanker serviks perlu dilakukan setiap tahun.
Pasien dan kolitis ulseratif juga perlu dilakukan skrining depresi dan ansietas karena angka prevalensi yang tinggi pada kelompok pasien ini.[28]
Vaksinasi
Penyakit kolitis ulseratif merupakan keadaan imunosupresif, sehingga lebih rentan terhadap infeksi. Beberapa vaksin yang dianjurkan diberikan kepada pasien antara lain vaksin influenza, vaksin pneumokokus, vaksin hepatitis B, dan vaksin human papilloma virus (HPV).
Vaksin lain yang direkomendasikan diberikan pada kolitis ulseratif walau belum terbukti terdapat peningkatan risiko adalah vaksin meningococcal, tetanus, difteri, pertusis, dan hepatitis A.
Pemberian vaksin hidup juga direkomendasikan, seperti vaksin measles, mumps, dan rubella, varicella dan herpes zoster. Namun, vaksin hidup tersebut hanya boleh diberikan pada pasien yang tidak diberikan terapi imunosupresif dalam 3 bulan terakhir dan tidak ada rencana terapi imunosupresif dalam 6 minggu.[25]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja