Epidemiologi Prolaps Rektum
Studi epidemiologi menyatakan bahwa prolaps rektum sering ditemukan pada kelompok wanita usia lanjut, serta faktor risiko yang paling sering ditemukan pada prolaps rektum adalah kehamilan dan melahirkan. Tingkat mortalitas akibat prolaps rektum cukup rendah, tetapi angka rekurensi post operatif cukup tinggi.[1,8]
Global
Secara global, prevalensi kasus prolaps rektum adalah 2,5 kasus per 100.000 orang. Prolaps rektum banyak dialami oleh wanita, terutama usia di atas 50 tahun dengan perbandingan kasus 6:1 dibandingkan laki-laki. Walaupun prolaps rektum berkaitan dengan kondisi multipara, sepertiga wanita yang mengalami prolaps rektum adalah nulipara.
Puncak usia yang mengalami prolaps rektum adalah 70 tahun. Pada laki-laki, prolaps rektum rata-rata dialami oleh laki-laki berusia 40 tahun atau kurang. Pada pasien dengan usia lebih muda, baik perempuan atau laki-laki, umumnya berkaitan dengan kondisi autisme, gangguan perkembangan, dan gangguan psikologis lainnya.[1,8]
Indonesia
Prevalensi kasus prolaps rektum secara khusus tidak diketahui secara pasti. Diketahui angka kejadian prolaps organ panggul di Indonesia secara umum yaitu 3,4–56,4% kasus, terutama pada wanita setelah melahirkan. Prolaps organ pelvis yang berhubungan dengan prolaps rektum diperkirakan terjadi hampir pada setengah perempuan dengan usia di atas 50 tahun, dan rata-rata yang akan menjalani terapi operatif adalah usia di atas 60 tahun.[9,10]
Mortalitas
Tingkat mortalitas penderita prolaps rektum sangat rendah. Akan tetapi, tingkat rekurensinya mencapai 6–26%. Pada penelitian tentang tata laksana operatif prolaps rektum yang dilakukan selama 10 tahun, tidak ditemukan angka mortalitas setelah dilakukan tindakan operatif, tetapi ditemukan angka morbiditas mencapai 13% dan angka rekurensi mencapai 16% dari 75 pasien yang menjalankan operasi, seperti kebocoran anastomosis, perdarahan, terbentuk fistula, impaksi fecal, serta hernia insisional.[8,11]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli