Pendahuluan Immune Thrombocytopenic Purpura
Immune thrombocytopenic purpura (ITP) atau yang dulu dikenal dengan idiopathic thrombocytopenic purpura merupakan kelainan perdarahan yang disebabkan oleh destruksi prematur trombosit yang meningkat akibat adanya autoantibodi yang mengikat antigen di trombosit.
Pada anak-anak, ITP merupakan kasus akut yang biasanya didahului oleh infeksi dan dapat sembuh sendiri (self-limiting disease). Pada orang dewasa, ITP merupakan kasus kronik, meskipun pada beberapa pasien penyembuhan spontan dapat terjadi beberapa bulan setelah penegakan diagnosis.[1,2]
Terdapat berbagai mekanisme terhadap patogenesis ITP. Pasien dengan ITP mengalami produksi antibodi IgG anti platelet yang selanjutnya berikatan pada trombosit dan menandainya untuk dihancurkan di limpa dan hati. Mekanisme lain melibatkan sel T-helper yang abnormal dengan peningkatan reaktivitas terhadap trombosit pada pasien dengan ITP.
Selain itu, terdapat mekanisme melibatkan terganggunya fungsi sel dendritik pada respon inflamasi sebagai antigen presenting cells yang paling efisien, sehingga menyebabkan terjadinya penyakit autoimun, salah satunya ITP. Mekanisme terakhir melibatkan gangguan fungsi megakariosit pada lingkungan mikro sumsum tulang (bone marrow niche) yang menyebabkan gangguan produksi trombosit.[3,4]
Gambaran gejala yang terjadi pada pasien dengan ITP berupa munculnya petekie atau purpura secara mendadak, perdarahan mukosa, dengan pemeriksaan fisik yang biasanya normal selain gambaran lesi kulit.
Pemeriksaan penunjang yang didapatkan berupa trombositopenia berat yang biasanya tidak diikuti kelainan hemoglobin, leukosit dan hitung jenis, serta bleeding time memanjang. Pemeriksaan aspirasi sumsum tulang dapat dilakukan bila terapi gagal atau terdapat organomegali.[2,3]
Terapi pada ITP dapat berupa observasi, medikamentosa, dan transfusi. Observasi dan edukasi dilakukan pada pasien ITP dengan gejala ringan, mengingat ITP merupakan self-limiting disease.
Intravenous immunoglobulin (IVIg) atau kortikosteroid seperti methylprednisolone dapat diberikan pada pasien yang mengalami perdarahan mukokutaneus. Transfusi suspensi trombosit dapat diberikan pada trombositopenia berat dengan perdarahan mukosa. Pada beberapa kasus, tindakan bedah, seperti splenektomi, dilakukan pada pasien ITP dengan splenomegali.[1-3]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja