Penatalaksanaan Anemia Megaloblastik
Penatalaksanaan anemia megaloblastik dilakukan dengan pemberian suplementasi vitamin B12 atau asam folat, karena defisiensi kedua mikronutrien ini adalah etiologi utama.
Defisiensi Vitamin B12
Pada pasien yang anemia megaloblastik akibat defisiensi vitamin B12, tata laksana yang diberikan adalah injeksi parenteral vitamin B12. Parameter hematologi umumnya akan kembali normal setelah 1 bulan. Vitamin B12 dapat diberikan dalam bentuk hidroksokobalamin 1000 mcg setiap hari selama 7 hari. Setelah itu, dilanjutkan dengan injeksi 1 kali dalam seminggu selama 1 bulan, kemudian dilanjutkan selama 1 kali dalam sebulan.
Pada pasien dengan ketidakmampuan menyerap vitamin B12 dari diet secara permanen (misalnya kasus anemia pernisiosa atau pasien yang menjalani gastrektomi), tata laksana dilakukan seumur hidup. Walaupun belum menjadi regimen standar, pemberian per oral dilaporkan bisa menjadi pilihan. Hal ini karena vitamin B12 diabsorpsi di ileum terminal sebanyak 1-5% tanpa memerlukan faktor intrinsik. [1,4]
Obat penghambat pompa proton, H2-blocker, dan metformin dapat menurunkan absorpsi vitamin B12.[7]
Defisiensi Asam Folat
Asam folat diberikan secara oral. Pasien juga diminta mengonsumsi makanan tinggi folat, seperti sayuran hijau, buah, daging, dan hati. Dosis asam folat yang disarankan adalah 1-5 mg per hari. Pemberian asam folat sebagai profilaksis disarankan untuk wanita hamil, menyusui, dan masa nifas.[7]
Kondisi Lainnya
Penanganan anemia megaloblastik akibat kondisi lain dilakukan berdasarkan etiologi masing-masing. Sebagai contoh, pasien yang mengalami anemia megaloblastik akibat infeksi cacing pita ditata laksana dengan prazikuantel, niklosamid, atau nitazoksanid. Sedangkan, anemia megaloblastik akut akibat paparan nitrit oksida dapat ditata laksana dengan pemberian vitamin B12 dan asam folat.[7]
Pemantauan
Retikulositosis dapat terjadi pada awal-awal pengobatan (dalam 3-5 hari), dan mencapai puncaknya pada hari ke 4-10. Hitung leukosit dan trombosit biasanya kembali normal dalam hari-hari awal terapi. Sedangkan, neutrofil hipersegmen bisa menetap hingga 2 minggu.
Kadar kalium serum bisa menurun drastis pada pengobatan defisiensi vitamin B12 dan asam folat yang berat. Hal ini bisa menyebabkan kematian mendadak. Oleh karena itu, kadar kalium harus dipantau, dan pasien diberikan suplementasi kalium jika perlu.
Defisiensi zat besi bisa terjadi karena peningkatan penggunaan zat besi untuk produksi sel darah merah. Jika terjadi defisiensi, bisa diberikan suplementasi besi.
Pemantauan secara periodik juga diperlukan untuk mendeteksi rekurensi megaloblastosis. Parameter pemantauan adalah kadar hemoglobin, dan jika perlu pemeriksaan laboratorium lainnya (misal kadar LDH, bilirubin, dan vitamin B12 serum). Pasien juga perlu disarankan menjalani endoskopi rutin, karena anemia pernisiosa berkaitan dengan peningkatan risiko kanker gastrik.[1,7]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja