Edukasi dan Promosi Kesehatan Neutropenia
Edukasi dan promosi kesehatan pada pasien untuk menghindari penyebab neutropenia seperti akibat konsumsi obat-obatan tertentu, serta penerapan perilaku hidup bersih dan sehat sangat bermanfaat sebagai penunjang terapi pasien dalam jangka panjang.
Edukasi
Pasien yang mengonsumsi obat-obatan dengan efek samping neutropenia (contohnya rituximab, clozapine, dapsone, methimazole, quinidine, aminopyrine, sefalosforin, sulfonamid, hydralazine dan penicillin) dapat dianjurkan untuk berhenti dan mengganti terapi dengan jenis obat lainnya. Pasien juga perlu mendapatkan edukasi mengenai tanda dan gejala infeksi serta segera memeriksakan dirinya bila mengalami gejala tersebut.[1]
Neutropenia pada pasien kanker dapat terjadi sebagai akibat efek samping kemoterapi yang mendepresi sumsum tulang atau merupakan bagian dari perjalanan penyakit pasien kanker, contohnya pada keganasan hematologik seperti leukemia atau telah terjadi metastasis sumsum tulang pada suatu tumor padat. Kondisi neutropenia ini dapat menjadi berbahaya bila disertai oleh infeksi, manifestasi klinis terjadinya infeksi pada pasien ini adalah terjadinya febrile neutropenia. Pasien harus segera memeriksakan dirinya bila mengalami keluhan demam saat menjalani kemoterapi.[1,9]
Promosi Kesehatan
Pasien dengan neutropenia harus mendapatkan informasi mengenai pencegahan infeksi standar, seperti menjauhi keramaian, memakai masker bila sedang berada diluar rumah dan lebih sering mencuci tangan. Kebersihan gigi juga perlu diperhatikan, keluhan berupa gingivitis kronik dan kerusakan gigi merupakan salah satu manifestasi klinis tersering Neutropenia.[1,2]
Pasien kanker yang sedang menjalani kemoterapi, dapat diberikan terapi antibiotik profilaksis, namun perlu juga diperhatikan bahwa antibiotik profilaksis tidak diberikan pada pasien risiko rendah untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Selain itu pasien juga disarankan untuk menerima vaksinasi influenza.[16,18]
Pada pasien yang tanpa sengaja ditemukan kondisi neutropenia, seperti pada saat dilakukan pemeriksaan darah rutin, perlu dilakukan skrining kanker bila tidak ditemukan etiologi jelas yang mendasarinya, apalagi bila disertai dengan manifestasi klinis lain yang mengarahkan pada kanker, contohnya organomegali pada pasien Leukemia.[9]