Penatalaksanaan Neutropenia
Penatalaksanaan neutropenia secara umum dibagi menjadi dua, berdasarkan awitannya apakah bersifat akut atau kronik. Pada neutropenia akut pemberian antibiotik dilakukan sambil mencari etiologi dari neutropenia. Pada kasus kronis, medikamentosa yang diberikan adalah obat dengan golongan. granulocyte colony-stimulating factor (G-CSF).
Terapi Neutropenia akut
Neutropenia akut umumnya terjadi pada pasien dengan neutropenia berat dengan infeksi berulang. Pasien dapat diberikan terapi antibiotik sambil mencari faktor penyebab terjadinya neutropenia. Antibiotik spektrum luas dapat diberikan pada pasien dengan kondisi infeksi akut dengan neutropenia berat. Terutama pada pasien demam dengan kadar neutrofil 0,2 x 10/L atau kurang, perlu dilakukan perawatan di Rumah Sakit dengan pemberian antibiotik melalui jalur intravena.[2,13]
Pemilihan antibiotik dapat dilakukan berdasarkan penegakan diagnosa penyakit, beratnya penyakit dan hasil kultur pasien. Selain itu, hal yang penting untuk ditekankan pada pasien neutropenia dewasa adalah penghentian sementara obat-obatan yang tidak berhubungan dengan kondisi vital pasien. Efek agranulositosis dari obat-obatan sangat berbahaya bagi pasien. Setiap pasien dewasa atau geriatri dengan neutropenia akut berat harus dicurigai berasosiasi dengan obat-obatan hingga terbukti sebaliknya.[2,13,15]
Tata Laksana Febrile Neutropenia Pasca Kemoterapi
Neutropenia akut juga dapat terjadi pada pasien yang sedang menjalani kemoterapi, bila pasien mengalami demam, maka ini menjadi indikasi pemberian antibiotik kepada pasien.
Terapi antibiotik pada pasien Neutropenia dengan febris yang sedang menjalani kemoterapi antara lain adalah:
- Terapi oral empirik dengan fluoroquinolone contohnya moxifloxacin atau ciprofloxacin yang dikombinasikan bersama amoxicillin/clavulanate pada pasien rawat jalan risiko rendah. Harus dilakukan pemantaun. Bila tetap terjadi demam persisten selama 48 jam, pasien diindikasikan untuk menjalani perawatan di Rumah Sakit
- Pada pasien risiko tinggi yang memerlukan Terapi antibiotik intravena, pilihan terapi adalah antibiotik antipseudomonal beta-lactam seperti cefepime, golongan karbapenem (meropenem, faropenem) atau piperacillin dan tazobactam[16-18]
Rekomendasi European Society for Medical Oncology (ESMO) untuk Febrile Neutropenia
ESMO mengeluarkan rekomendasi manajemen neutropenia. Pemberian terapi didasari pada keparahan penyakit, riwayat febrile neutropenia sebelumnya, riwayat penggunaan antibiotik dan G-CSF, mukositis, performance status, dan penyakit kardiovaskular.[19]
Berikan dosis G-CSF 5 μg/kg/hari secara subkutan 24–72 jam setelah hari terakhir kemoterapi sampai nilai ANC meningkat (recovery). Pegfilgrastim diinjeksi 100 μg/kg single dose atau dengan dosis total 6 mg. Dosis ekuivalen filgrastim adalah 5 μg/kg/hari selama 5–10 hari.[19]
Terapi Neutropenia Kronik
Pada Neutropenia kronik, terapi utama adalah dengan pemberian granulocyte colony-stimulating factor (G-CSF) seperti obat lenograstim. Terapi terutama diindikasikan pada neutropenia kronik dengan kadar neutrofil kurang dari 1 x 10/L yang terus menetap. Terapi G-SCF juga merupakan pilihan terapi untuk mencegah terjadinya neutropenia febris akut pada pasien kemoterapi.[2,10,13]
Dosis terapi dengan G-CSF dapat diberikan secara harian dimulai dengan dosis rendah. Dosis inisial dapat dibedakan berdasarkan jenis neutropenia. [2,5,13] Penulis Dale, mencoba memberikan dosis pada neutropenia idiopatik dapat dimulai dengan dosis 1 mcg/kg/hari, 2 mcg/kg/hari pada neutropenia siklik dan 3 mcg/kg/hari pada neutropenia kongenital. Namun dapat pula diberikan dengan dosis inisial umum yaitu 5 mcg/kg/hari. Pemberian G-CSF dilakukan dengan injeksi subkutan di daerah abdomen, paha, atau lengan atas.[ 13]
Bila dengan inisial terapi target nilai neutrofil belum tercapai, dosis dapat ditingkatkan 1-2 mcg/kg/hari dalam interval 1 hingga 2 minggu; bila dosis telah mencapai lebih dari 10 mcg/kg/hari, peningkatan dosis mingguan dapat dinaikkan menjadi 3 hingga 5 mcg/kg/hari. Dosis maksimum yang dianjurkan adalah 20-30 mcg/kg/hari.[13]
Pemantauan
Pasien yang sedang menjalani terapi, dilakukan pemantauan nilai neutrofilnya setiap minggu setidaknya pada dua bulan pertama. Kemudian setiap bulan selama enam bulan. Bila pasien telah stabil, pemantauan nilai neutrofil dapat dilakukan tiap empat bulan sekali.[13]