Epidemiologi Botulisme
Data epidemiologi menunjukkan bahwa kejadian luar biasa (KLB) terkait botulisme tipe foodborne dilaporkan terjadi sebanyak 197 kasus di seluruh dunia pada tahun 1920 hingga 2014. Di Amerika Serikat ada sebanyak 110 kasus botulisme yang terjadi setiap tahun. Kasus botulisme jenis infant paling banyak terjadi pada anak yang berusia kurang dari 6 bulan.[3]
Global
Penelitian yang dilakukan di Armenia selama tahun 2007 hingga 2017 menunjukkan 51 kasus botulisme terjadi selama periode tersebut dengan rerata usia penderita adalah 26 tahun dan berjenis kelamin laki–laki. Sebanyak 524 kasus botulisme jenis infant dilaporkan pada 25 negara yang terletak di Asia, Australia, Eropa, dan Amerika tahun 1976 hingga 2006, meskipun angka tersebut diduga lebih tinggi karena banyaknya kasus yang tidak dilaporkan.[8,12]
Kejadian luar biasa (KLB) terkait botulisme tipe foodborne dilaporkan terjadi sebanyak 197 kasus di seluruh dunia pada tahun 1920 hingga 2014. Mayoritas kejadian berlangsung di Amerika Serikat, yaitu sebanyak 109 KLB atau 55%. Toksin yang paling banyak menyebabkan KLB adalah tipe A dan durasi rerata antara paparan dengan timbulnya gejala adalah 1 hari.
Tipe A paling banyak dilaporkan di negara bagian barat Amerika Serikat, sedangkan tipe E lebih sering terjadi di Alaska terkait dengan predileksi toksin yang terkandung dalam makanan, seperti ikan dan olahannya.[2,3]
Kasus botulisme jenis infant paling banyak terjadi pada anak yang berusia kurang dari 6 bulan. Penelitian epidemiologi yang dilakukan di Italia, salah satu negara dengan insidens botulisme tertinggi di Eropa, menunjukkan bahwa kasus botulisme jenis infant terjadi sebanyak 36 kasus selama tahun 1986–2015. Penderita perempuan lebih banyak daripada laki-laki dan semua penderita mendapatkan perawatan di rumah sakit rata-rata selama 33,6 hari.[5,13]
Data epidemiologi Italia menunjukkan bahwa botulisme tipe wound terjadi sejak tahun 1976. Semua penderita berusia dewasa yang berada pada rentang 24 hingga 61 tahun. Port d’entrée berasal dari cedera akibat jatuh atau kecelakaan kerja, tetapi terdapat satu kasus yang terjadi akibat penggunaan obat-obatan terlarang.[13]
Indonesia
Belum ada data epidemiologi botulisme di Indonesia.
Mortalitas
Angka mortalitas terkait penyakit botulisme mengalami penurunan signifikan sejak tahun 1950. Pada tahun 1950, kematian terkait botulisme adalah sebesar 60%, namun saat ini angka tersebut menurun menjadi 3-5%, bahkan kurang dari 1% pada pasien yang mendapatkan perawatan dengan baik di rumah sakit. Tipe botulisme yang paling banyak kematian adalah tipe foodborne dan wound.
Kematian akibat penyakit botulisme biasa terjadi karena adanya keterlibatan otot pernapasan yang menyebabkan penderita mengalami gagal napas. Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 1975-2009 menunjukkan bahwa toksin tipe F memiliki mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan tipe A, B, dan E. Kejadian mortalitas akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia.[3,14]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli