Etiologi Botulisme
Etiologi botulisme adalah mikroorganisme Clostridium botulinum yang bersifat obligat anaerob dan menghasilkan spora yang bersifat neurotoksin atau Botulinum neurotoxin (BoNT). Meskipun sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme tersebut, botulisme juga dapat disebabkan oleh Clostridium butyricum dan Clostridium baratii. Bakteri ini bersifat gram positif dan dapat ditemukan di seluruh dunia, kecuali Antartika.[5,10,11]
Toksin Botulinum
Bakteri Clostridia penghasil neurotoksin dapat ditemukan di tanah, air, sedimen, debu, dan makanan. Bakteri Clostridia juga merupakan bakteri yang ditemukan pada pasien dengan divertikulitis. Terdapat 7 jenis BoNT, yaitu BoNT A hingga G, namun jenis A, B, E, dan F adalah neurotoksin yang umum dijumpai.
Struktur neurotoksin adalah polipeptida tunggal berukuran 150 kDa, yang tidak bisa menembus sawar darah otak akibat ukurannya yang besar tersebut. BoNT berada dalam fase aktif jika berada pada suhu 3 hingga 48 derajat celcius dengan pH 4,8–8,5.[3,11]
Toksin BoNT yang dihasilkan Clostridium botulinum dapat rusak pada suhu tinggi, yaitu 80OC selama 30 menit atau 100OC selama 5 menit. Toksin BoNT merupakan neurotoksin paling poten dan bersifat letal bagi makhluk hidup.
Konsumsi 0,1 gram makanan yang terkontaminasi saja sudah dapat menyebabkan intoksikasi dan kematian. Berdasarkan penelitian, dosis letal pada manusia adalah sebesar 0.09–0.15 mcg jika diberikan secara intravena, 0.80–0.90 mcg jika diberikan secara inhalasi, dan 70 mcg melalui konsumsi per oral.[3,10]
Faktor Risiko
Faktor risiko terjadinya penyakit botulisme, antara lain:
- Tinggal di daerah pedesaan, peternakan, atau daerah konstruksi
- Memiliki orang tua yang bekerja di bidang konstruksi
- Konsumsi makanan yang diawetkan, seperti makanan kalengan, sosis, asinan, daging asap, maupun makanan yang difermentasi
- Konstipasi pada bayi berusia lebih dari 2 bulan
- Konsumsi madu dan corn syrup yang tidak dipasteurisasi
- Pengguna heroin tar hitam via injeksi
- Penderita crush injury dengan jaringan yang mengalami devitalisasi[3,5,8]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli