Pendahuluan Patent Ductus Arteriosus
Patent ductus arteriosus atau PDA adalah salah satu penyakit jantung bawaan karena gagal tertutupnya ductus arteriosus setelah kelahiran. Ductus arteriosus sendiri adalah pembuluh darah janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dan aorta, sehingga darah yang mengandung oksigen dari plasenta dapat masuk ke paru janin yang belum mengembang.
Pada bayi yang lahir aterm, ductus arteriosus akan menutup sendiri dalam 24–96 jam pertama kehidupan, sedangkan pada bayi prematur tergantung usia gestasi saat dilahirkan. Pada keadaan di mana ductus arteriosus tidak menutup atau patent ductus arteriosus, bayi baru lahir dapat mengalami gangguan sirkulasi, seperti sirkulasi darah berlebih pada paru maupun hipoperfusi sistemik.[1,2,12]
Gambar 1. Patent Ductus Arteriosus setelah Tindakan.
Faktor risiko yang paling mempengaruhi PDA adalah kelahiran prematur, dengan insidensi yang terkait dengan usia kehamilan saat kelahiran. Selain itu, faktor genetik diduga berpengaruh dalam kejadian patent ductus arteriosus. Penyakit ini dapat terjadi bersamaan dengan penyakit genetik, seperti sindrom Char, sindrom Cantu, sindrom Down, maupun sindrom Noonan.[1,2]
Keluhan yang dialami pasien dengan PDA bergantung derajat penyakit yang diukur berdasarkan pulmonary-to-systemic-flow ratio (Qp/Qs) dari transthoracic echocardiography. Rasio Qp/Qs mengklasifikasikan PDA menjadi kecil, sedang, hingga besar. Patent ductus arteriosus (PDA) ukuran kecil dan sedang seringkali asimtomatik, dan biasanya penyakit diketahui secara tidak sengaja melalui pemeriksaan fisik, seperti murmur pada pemeriksaan jantung.
Pada pasien dengan PDA ukuran besar, pasien dapat datang dengan tanda dan gejala gagal jantung, seperti gagal tumbuh, sulit makan, dan gangguan napas. Pasien anak dapat mengeluhkan gejala nafas berat dan sesak maupun mudah lelah, disertai adanya murmur pada pemeriksaan jantung.[1–3,12]
Penatalaksanaan PDA dilakukan dengan tujuan untuk menutup ductus atau meminimalisir gejala yang dialami oleh pasien. Tata laksana konservatif dilakukan dengan watchful waiting. Sedangkan tata laksana medikamentosa yang menjadi pilihan untuk PDA, terutama bayi prematur, adalah indomethacin. Tindakan operatif, seperti ligasi ductus dengan surgical clip lewat left posterolateral thoracotomy dapat dipertimbangkan pada kondisi tertentu.[12,14]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli