Penatalaksanaan AV Block
Tujuan utama penatalaksanaan pada AV block atau blok atrioventrikular adalah mengembalikan jaras sistem konduksi jantung pada kondisi normal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menghilangkan penyebab AV block, memberikan terapi medikamentosa, atau implantasi pacemaker. Tujuan kedua pada penatalaksanaan AV block adalah mencegah terjadinya komplikasi seperti asistol, ventricular tachycardia, dan sudden death.[3,4]
Berobat Jalan
Berdasarkan standar kompetensi dokter umum Indonesia, AV block masuk ke dalam level kompetensi 2 sehingga harus dirujuk ke dokter ahli jantung untuk dilakukan tata laksana komprehensif.
Secara umum, pasien AV block derajat 1 dan derajat 2 tipe Mobitz 1 yang tidak mengalami gejala tidak memerlukan terapi spesifik. Pasien AV block derajat rendah tersebut dapat melakukan rawat jalan dan pengendalian faktor yang mungkin dapat menjadi faktor risiko.[3,4]
Persiapan Rujukan
Pasien yang mengalami AV block derajat tinggi (Mobitz tipe 2 dan derajat 3) atau melaporkan gejala sinkop harus segera dirujuk ke dokter ahli jantung untuk dilakukan rawat inap dengan segera karena berisiko tinggi mengalami komplikasi berupa asistol, takikardia ventrikel, atau sudden death.[3]
Medikamentosa
Terapi medikamentosa untuk AV block tidak diberikan dalam jangka panjang. Beberapa jenis obat berikut diberikan dalam durasi singkat untuk mengendalikan ketidakstabilan hemodinamik yang disebabkan AV block.[3,4]
Antikolinergik
Obat jenis ini diberikan dengan tujuan memperbaiki konduksi jantung di nodus atrioventrikuler (AV) dengan menekan tonus vagal melalui blokade reseptor muskarinik. Obat antikolinergik hanya efektif diberikan bila blok jantung yang dialami berlokasi pada nodus atrioventrikuler. Bila terdapat blok di lokasi setelah nodus AV, pemberian antikolinergik justru dapat membuat kondisi pasien memburuk.
Obat yang digunakan adalah atropin, untuk AV block dengan sinus bradikardia. Dosis obat 0.5-1mg atau 0.04 mg/kg IV setiap 5 menit, max 3 mg.[3,4]
Vasopressor
Vasopresor digunakan untuk pasien AV block dengan ketidakstabilan hemodinamik karena efek kerjanya berupa efek inotropik dan kronotropik positif yang dapat mengontrol denyut jantung dan tekanan darah.
Obat yang dapat digunakan adalah dopamine dan dobutamine. Dosis dopamine adalah drip infus dengan laju inisial 3 mcg/kg/menit, dapat dititrasi hingga 20 mcg/kg/menit. Dosis dobutamine adalah drip infus dengan laju inisial 5 mcg/kg/menit, dapat dititrasi hingga 20 mcg/kg/menit.[3,4]
Beta Adrenergic Agonist
Obat golongan beta-1 agonist bekerja berikatan dengan reseptor beta pada otot jantung, otot polos, dan otot skeletal, serta pembuluh darah, bersifat inotropik dan kronotropik.
Obat golongan ini yang umum digunakan adalah isoproterenol untuk kasus bradikardia gawat darurat akibat AV block. Dosis infus inisial 5 mcg/menit (1.25 mL diencerkan 1:250.000), dilanjutkan 2-20 mcg/menit tergantung respon pasien.[3,4]
Pacemaker
Implantasi alat pacu jantung permanen (permanent pacing) merupakan terapi pilihan utama untuk pasien AV block yang disertai bradikardia. Bradikardia terutama lebih sering terjadi pada AV block derajat dua tipe Mobitz 2 atau derajat 3. Pacing secara transkutan atau transvena yang bersifat sementara juga diperlukan bila bradikardia atau asistol yang disebabkan AV block tidak dapat segera diperbaiki dengan permanent pacing.[3,4]
Beberapa indikasi implantasi pacemaker pada AV block adalah:
AV block derajat 2 pada tahap lanjut;
AV block derajat 2 Mobitz 1 atau 2 yang simptomatik
AV block derajat 2 tipe Mobitz 2 dengan kompleks QRS lebar atau blok bifaskular kronik dengan atau tanpa gejala
AV block derajat 2 atau 3 yang dipicu oleh olahraga tanpa disertai iskemia
AV block derajat 2 atau 3 pada pasien sadar yang asimptomatik dengan irama sinus namun menyebabkan periode asistol lebih lama dari 3 detik atau dengan ventricular rate kurang dari 40 denyut per menit.
AV block derajat 2 atau 3 pada pasien sadar yang simptomatik namun disertai atrial fibrilasi yang menyebabkan jeda selama minimal 5 detik[3,4]
Terapi Suportif
Terapi suportif yang dapat diberikan pada pasien AV block adalah pembatasan aktivitas (activity restriction). Pembatasan aktivitas ini dilakukan untuk mencegah terjadinya iskemia atau bentuk injury lain pada jaringan jantung.[4]
Penulisan pertama oleh: dr. Alexandra Francesca Chandra