Prognosis Kardiomiopati Takotsubo
Prognosis kardiomiopati takotsubo jangka panjang dapat menyerupai penyakit jantung koroner. Meskipun disfungsi ventrikel bersifat reversibel, mortalitas kardiomiopati takotsubo didapatkan lebih tinggi dibandingkan sesama usianya.
Komplikasi
Kardiomiopati takotsubo dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut:
Gagal jantung, syok kardiogenik
- LVOTO (left ventricular outflow tract obstruction)
- Trombus ventrikel kiri,aritmia ventrikular, ruptur dinding ventrikel
- Kematian[2,4,7,9,11]
Prognosis
Mayoritas pasien kardiomiopati takotsubo akan mengalami resolusi dari fase akut dan menjadi asimtomatik. Namun, pada beberapa kasus, pasien dapat mengalami gejala terkait penyakit jantung persisten setelah melewati fase akut. Beberapa gejala berupa fatigue (74%), sesak napas (43%), nyeri dada (8%), palpitasi (8%), dan intoleransi aktivitas tetap ditemukan meski disfungsi ventrikel telah mengalami resolusi.
Peningkatan prevalensi post-traumatic stress disorder (PTSD) juga ditemukan berkaitan dengan kardiomiopati takotsubo. Kelainan struktural dan metabolik didapatkan pada beberapa pasien. Pemeriksaan monitor EKG dengan Holter monitoring dan tekanan darah selama 24 jam dapat mengidentifikasi abnormalitas yang dapat mendasari.[4,6]
Pada awalnya, kardiomiopati takotsubo dianggap sebagai penyakit yang benign dengan prognosis yang baik. Namun, studi terbaru menunjukkan bahwa mortalitas jangka pendek dan panjang pada individu dengan penyakit ini lebih tinggi daripada individu seusianya yang tidak mengalami kardiomiopati takotsubo.[1,4,6,9,13]
Mortalitas jangka panjang kardiomiopati takotsubo menyerupai mortalitas penyakit jantung koroner. Sebuah studi menyatakan bahwa prognosis dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu atrial fibrilasi, ejection fraction ventrikel kiri <45% saat admisi, penyakit neurologis, jenis kelamin pria, Killip kelas III/IV, dan diabetes mellitus. Pria memiliki prevalensi yang lebih tinggi penyakit kritis akut dengan peningkatan katekolamin yang menjelaskan prognosis yang lebih buruk.[1,4,6,9,13]
Prognosis kardiomiopati takotsubo juga dipengaruhi oleh jenis pemicunya, dengan stress fisik menghasilkan prognosis yang lebih buruk daripada stres emosional. Stres fisik meningkatkan mortalitas hingga 4 kali, sedangkan pemicu yang tidak dapat diidentifikasi hanya meningkatkan mortalitas sebanyak 2 kali. Kardiomiopati takotsubo sekunder akibat stres fisik memiliki prognosis jangka panjang yang lebih buruk daripada jenis primer.[9,13]