Pendahuluan Perikarditis
Perikarditis merupakan inflamasi pada perikardium jantung. Penyebab perikarditis paling sering adalah infeksi virus dengan tuberkulosis menjadi penyebab infeksi lainnya, atau penyebab noninfeksi seperti trauma atau pasca infark miokard yang dikenal dengan sindrom Dressler. Perikarditis dapat diklasifikasikan menjadi perikarditis akut, perikarditis insipien atau subakut, perikarditis kronis, dan perikarditis berulang.
Sekitar 5% dari kasus nyeri dada di unit gawat darurat terjadi akibat perikarditis akut dan memiliki risiko kekambuhan pada 20% hingga 30% kasus. Perikarditis dapat disebabkan oleh penyebab infeksi dan non-infeksi, meskipun seringkali idiopatik.[1,2]
Manifestasi klinis dan prognosis dari perikarditis dapat berbeda bergantung pada waktu gejala tersebut muncul. Umumnya pasien mengeluhkan nyeri dada di area tengah, diperberat ketika inspirasi atau ketika berbaring dan berkurang ketika duduk tegak. Pada auskultasi dapat ditemukan adanya pericardial friction rub meskipun hal ini tidak selalu ditemukan dan memerlukan pemeriksaan berulang kali untuk mendeteksinya.[3]
Semua pasien yang dicurigai memiliki perikarditis akut harus menjalani pemeriksaan awal yaitu elektrokardiografi (EKG), ekokardiogram, dan rontgen toraks. Pada EKG bisa didapatkan ST elevasi berbentuk pelana yang diikuti depresi segmen PR pada hampir seluruh lead. Pemeriksaan EKG bermanfaat untuk menyingkirkan diagnosis banding dari nyeri dada.[1,3]
Tata laksana perikarditis akut dimulai dengan mencari penyebab penyakitnya. Mayoritas pasien dengan perikarditis akut idiopatik dapat dirawat jalan menggunakan obat-obatan. Obat antiinflamasi seperti kortikosteroid dan obat antiinflamasi non steroid (OAINS) diberikan untuk meredakan peradangan dan gejala nyeri. Kolkisin telah dilaporkan bermanfaat mengurangi rekurensi.[1-4]
Penulisan pertama oleh: dr. Edwin Njoto MIPH MHM