Penatalaksanaan Ventricular Extrasystole
Penatalaksanaan ventricular extrasystole (VES) ditentukan berdasarkan gejala yang timbul, frekuensi, dan fungsi jantung. Pada pasien dengan VES frekuensi sering, penyebab atau penyakit jantung yang mendasari perlu diinvestigasi agar tata laksana dilakukan sesuai etiologi.[3,14]
Medikamentosa
Beta blocker dan calcium channel blocker (CCB) nondihydropyridine merupakan terapi lini pertama untuk ventricular extrasystole. Beta blocker efektif dalam penanganan VES yang dimediasi oleh stimulasi simpatis, VES dari outflow tract, dan memiliki manfaat lebih pada pasien dengan penyakit jantung koroner atau pasien dengan penurunan ejeksi fraksi ventrikel kiri.
Carvedilol, extended release metoprolol succinate, dan bisoprolol telah terbukti menurunkan mortalitas akibat semua penyebab dalam uji klinis pada gagal jantung.
Selain beta blocker, obat golongan calcium channel blocker juga dapat menjadi alternatif, terutama pada pasien dengan ejeksi fraksi yang baik. Obat CCB nondihydropyridine yang umum digunakan adalah verapamil dan diltiazem.
Jika obat lini pertama tidak dapat ditoleransi dengan baik atau pengobatan tidak efektif, maka ablasi kateter menjadi pilihan selanjutnya. Jika pasien bukan kandidat yang baik untuk ablasi kateter, atau pasien menghindari proses ablasi, atau ablasi kateter gagal, maka dapat dipertimbangkan pemberian obat antiaritmia, seperti propafenone, sotalol, dan amiodarone.[3,14]
Ablasi Kateter
Pada pasien yang menunjukkan gejala atau pasien dengan frekuensi VES yang sering, atau pasien dengan penurunan ejeksi fraksi ventrikel kiri, tata laksana ablasi kateter merupakan pilihan untuk mengontrol VES karena efikasinya yang cukup tinggi. Keberhasilan ablasi kateter mencapai 80–95%.
Berdasarkan pedoman yang dikeluarkan dari berbagai asosiasi jantung di Amerika, Eropa, dan Asia, ablasi kateter atau medikamentosa direkomendasikan menjadi lini pertama pada VES dengan gejala atau VES yang menyebabkan disfungsi sistolik.
Indikasinya merupakan kelas I, yaitu merupakan rekomendasi yang kuat di mana manfaat melebihi dari risiko, untuk terapi pada pasien VES yang tidak dapat menoleransi obat dengan baik, pasien dengan pengobatannya tidak efektif, atau pasien yang menetapkan ablasi kateter sebagai tata laksana pilihan.[3,4,14]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini