Diagnosis Bursitis
Diagnosis bursitis biasanya didasarkan pada presentasi klinis. Tanda bursitis septik perlu dicari selama pemeriksaan. Ultrasonografi dapat membantu membedakan bursitis dari selulitis. Pemeriksaan darah lengkap (jumlah sel darah putih dan penanda inflamasi) dan MRI tidak rutin dilakukan, namun mungkin perlu untuk membantu membedakan penyebab infeksi dan noninfeksi. Jika dicurigai infeksi, aspirasi bursal dilakukan dan cairan diperiksa menggunakan pewarnaan Gram, jumlah sel darah, dan kultur.[3]
Anamnesis
Keluhan utama yang dirasakan oleh pasien biasanya adalah nyeri dan bengkak sesuai lokasi bursitis. Pasien juga mengeluhkan terbatasnya gerakan akibat nyeri yang muncul. Selain itu, pada pasien bisa ditemukan riwayat trauma pada area yang sakit atau adanya luka di sekitar area yang meradang (misalnya akibat riwayat pembedahan). Pasien juga bisa memiliki riwayat penyakit inflamasi, seperti rheumatoid arthritis, dan adanya riwayat penekanan berulang (seperti berlutut pada pekerjaan tertentu).[1,2]
Fase Akut
Pada bursitis fase akut, terjadi peradangan lokal dan cairan sinovial menebal yang mengakibatkan setiap gerakan menjadi menyakitkan.
Fase Berulang
Pada fase berulang, pasien menunjukkan gejala bursitis pada area yang sama yang sebelumnya pernah terkena dan sudah dinyatakan sembuh.
Fase Kronis
Pada bursitis fase kronis, biasanya rasa sakit dirasakan terus-menerus dan dapat menyebabkan melemahnya ligamen dan tendon di atasnya dan pada akhirnya bisa menyebabkan ruptur tendon. Pada kasus ini, bursitis dan tendinitis dapat terjadi bersamaan, sehingga dalam menegakkan diagnosis harus dipastikan apakah diagnosis bursitis murni atau ada diagnosis tambahan tendinitis.[4]
Mendeteksi Bursitis Septik
Temuan dalam anamnesis yang menunjukkan kemungkinan bursitis septik antara lain riwayat aspirasi bursa baru-baru ini, riwayat trauma kulit di dekat bursa yang terkena, dan kondisi imunokompromais seperti diabetes atau gangguan reumatologis. Seorang pasien dengan demam dan gejala bursitis harus dianggap mengalami bursitis septik sampai terbukti sebaliknya. Meski demikian, perlu dicatat bahwa tidak adanya demam tidak mengesampingkan kemungkinan bursitis septik.[3]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, dokter dapat melihat tanda-tanda inflamasi yang jelas di area yang sakit seperti eritema dan bengkak. Pada palpasi terdapat nyeri tekan di area yang meradang. Selain itu, juga terdapat keterbatasan gerak pada sekitar sendi yang sakit baik saat gerakan aktif maupun pasif.[1,9]
Pada pasien dengan bursitis kronis, anggota tubuh yang terkena mungkin didapatkan atrofi dan kelemahan karena cenderung tidak digunakan.
Adanya demam, kehangatan bursa, nyeri tekan yang lebih berat, dan adanya selulitis peribursal mengarahkan kecurigaan ke arah bursitis septik. Gerakan sendi biasanya lebih baik pada bursitis septik, sedangkan jenis bursitis lain dikaitkan dengan rentang gerak terbatas.[7]
Bursitis Prepatellar (Lutut)
Pada bursitis prepatellar, umumnya tampak edema hangat yang berfluktuasi dan berbatas tegas di atas polar bawah patela. Fleksi lutut menyebabkan peningkatan ketegangan pada bursa dan peningkatan rasa sakit.
Aspirasi cairan dianjurkan pada tipe ini jika ada kecurigaan klinis. Hal ini karena bursa prepatellar memiliki lokasi superfisial yang memungkinkan masuknya mikroorganisme dengan mudah dan merupakan predisposisi artritis septik.[7]
Bursitis Olecranon (Siku)
Stres kronis akibat posisi dan tekanan berulang pada pasien yang menjalani hemodialisis jangka panjang (siku dialisis) dan pada mereka yang pekerjaannya meliputi berbaring di karpet (lunger elbow) dapat menyebabkan bursitis olecranon. Penyebab nontraumatik yang paling umum adalah gout, pseudogout, rheumatoid arthritis, dan uremia.
Temuan pemeriksaan fisik adalah tonjolan berfluktuasi di posterior prosesus olecranon dan peningkatan nyeri tekan pada bursa pada fleksi ekstrem.[7]
Bursitis Trochanteric (Panggul)
Pasien mengalami nyeri kronis, intermiten, di atas pinggul lateral, dan dapat menyebar ke paha lateral. Nyeri memberat jika berjalan atau berbaring di sisi yang terkena. Pada posisi duduk, nyeri tekan muncul di atas trokanter mayor.
Nyeri akan muncul jika pada pemeriksaan fisik dilakukan adduksi pinggul pada kasus bursitis superfisial atau abduksi aktif dengan resistensi pada bursitis dalam.. Uji Patrick-Fabere (fleksi, abduksi, rotasi eksternal, ekstensi pinggul dengan lutut kontralateral tertekuk) umumnya positif.[7]
Bursitis Retrocalcaneal (Tumit)
Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan pada palpasi bursa anterior terhadap tendon Achilles pada aspek medial dan lateral. Temuan lain adalah rasa sakit dengan gerakan, yang diperburuk dengan dorsofleksi.[7]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding bursitis superfisial luas dan dapat mencakup efusi sendi, arthritis, selulitis, dan lesi Morel-Lavallée.[3]
Efusi Sendi
Efusi sendi terjadi ketika cairan serosa, purulen, atau darah masuk ke dalam kavum sendi. Berbeda dengan bursitis dimana terjadi inflamasi yang menyebabkan penumpukan cairan pada bursa. Keduanya dapat dibedakan melalui pemeriksaan klinis dan pencitraan seperti ultrasonografi.
Arthritis
Arthritis dan bursitis bisa sulit dibedakan. Arthritis adalah peradangan sendi yang disertai degenerasi jaringan ikat dan tulang, sedangkan bursitis adalah peradangan bursa. Arthritis lebih umum terjadi pada sendi yang menahan beban, seperti pinggul dan lutut. Arthritis umumnya disebabkan oleh pemakaian sendi terkait usia yang menyebabkan degenerasi. Arthritis juga dapat disebabkan oleh gangguan autoimun, seperti rheumatoid arthritis, ataupun metabolik seperti gout.
Selulitis
Selulitis merupakan infeksi kulit pada jaringan subkutan, yang biasanya disebabkan oleh luka minor yang terkontaminasi. Pemeriksaan ultrasonografi dapat membantu membedakan selulitis dengan bursitis.[3]
Lesi Morel-Lavallee
Lesi Morel-Lavallee adalah cedera tertutup pasca-trauma dimana kulit dan fasia superfisial terpisah dari fasia dalam, menciptakan ruang kosong. Cedera pada pembuluh darah dan limfatik akan menyebabkan akumulasi darah dan limfa di ruang ini, yang selanjutnya memicu reaksi inflamasi kronis. Kemudian, akan terbentuk lesi yang dilapisi kapsul fibrosa, terisi dengan produk darah, jaringan lemak nekrotik, dan fibrin.
Lesi Morel-Lavallee biasanya muncul sebagai pembengkakan berfluktuasi yang menyakitkan di tempat yang terlibat. Pencitraan dengan ultrasonografi dan MRI dapat membantu membedakan dengan bursitis.[3,13]
Pemeriksaan Penunjang
Pada banyak kasus, bursitis dapat dengan mudah didiagnosis secara klinis. Pemeriksaan penunjang tidak rutin dilakukan, utamanya pada kasus bursitis superfisial. Jika dianggap perlu, pemeriksaan pencitraan dan penunjang laboratorium untuk menganalisis cairan aspirasi bursitis dapat dilakukan sesuai indikasi.
Pencitraan
Pemeriksaan penunjang pencitraan seperti rontgen, MRI, atau USG tidak rutin dilakukan. Pemeriksaan USG dapat membantu untuk memvisualisasikan penumpukan lemak di atas bursa, yang dapat membantu membedakan selulitis dengan bursitis infeksi. USG juga lebih sering digunakan untuk menuntun prosedur aspirasi cairan bursa untuk menghindari penetrasi pembuluh darah saat melakukan prosedur.
USG dengan Doppler dapat dilakukan untuk membantu memvisualisasikan proses inflamasi (hiperemia). Hasil tes Doppler warna negatif sangat mengurangi kemungkinan bursitis septik atau aseptik. Ketika ada kekhawatiran untuk bursitis septik dan aspirasi bursa tidak berhasil, MRI sebaiknya dilakukan.
Pemeriksaan Laboratorium Darah
Pada pasien yang diduga menderita bursitis septik diperlukan pemeriksaan darah untuk melihat jumlah sel darah dengan uji diferensial, C-reactive protein (CRP) dan laju sedimentasi eritrosit (LED). Pasien dengan bursitis septik biasanya akan menunjukkan leukositosis dan memiliki peningkatan CRP dan LED. Meski begitu, perlu diketahui bahwa penanda ini juga dapat meningkat pada pasien dengan bursitis inflamasi aseptik. Selain itu, tidak adanya peningkatan kadar dan tidak adanya leukositosis tidak menyingkirkan kemungkinan bursitis septik.
Diabetes meningkatkan kemungkinan infeksi, sehingga kadar glukosa darah mungkin perlu diukur. Kultur darah juga harus diperoleh, terutama pada pasien imunokompromais seperti pasien HIV atau yang menjalani kemoterapi.
Aspirasi
Jika diagnosis masih meragukan dan ada kecurigaan bursitis septik, aspirasi cairan bursa harus dilakukan dalam kondisi steril dengan jarum besar (18 hingga 22-gauge). Aspirasi dilakukan dengan menggunakan metode Z-track, dimana jarum dimasukkan ke dalam kulit sementara kulit di atasnya ditarik secara horizontal sebelum masuk ke bursa untuk mencegah kebocoran cairan bursa setelah aspirasi dan masuknya bakteri ke dalam bursa.
Aspirasi bursa harus dilakukan sebelum antibiotik diberikan. Cairan aspirasi dikirim untuk pemeriksaan jumlah sel darah, pewarnaan Gram, kultur, pengukuran glukosa, dan analisis kristal. Jika cairan bursa keruh atau purulen, kemungkinan terjadi bursitis septik.
Selain membantu dalam diagnosis, aspirasi bursa dapat memperbaiki gejala dan mengurangi jumlah bakteri. Gunakan perban tekan setelah aspirasi untuk mencegah reakumulasi cairan.[3,8,12]