Epidemiologi Bursitis
Menurut data epidemiologi, bursitis cenderung terjadi pada individu aktif dan pekerja dengan aktivitas berulang atau tekanan lokal pada sendi. Kejadian pada wanita dan pria sebanding, tetapi lokasi terjadinya bursitis cenderung berbeda berdasarkan jenis kelamin.[2,7,9,10]
Global
Laporan di Amerika Serikat memperkirakan bursitis menyumbang sekitar 0,4% dari total kunjungan layanan primer. Studi di Meksiko melaporkan insiden terbanyak adalah bursitis prepatelar sektar 0,6% pekerja kantoran.
Secara umum, angka kejadian bursitis pada wanita sebanding dengan pria. Tetapi bursitis di lokasi tertentu didominasi salah satu jenis kelamin, seperti bursitis trochanteric lebih banyak ditemukan pada wanita. Bursitis olecranon (siku) lebih banyak ditemukan pada pria, yang dikaitkan karena banyaknya pria melakukan pekerjaan manual seperti tukang ledeng, tukang kebun, mekanik, dan pekerja konstruksi.[2,7,9,10]
Indonesia
Belum ada studi khusus yang mencatatkan angka kejadian nasional bursitis di Indonesia. Meski begitu, terdapat satu studi yang mencatat insiden kelainan muskuloskeletal pada pekerja di Indonesia, yang mana sekitar 76,7% pekerja memiliki keluhan muskuloskeletal, yang didominasi di area siku, lutut dan tumit. Walaupun tidak ada angka pasti dari bursitis, peneliti memperkirakan sebagian dari keluhan tersebut merupakan bursitis.[11]
Mortalitas
Secara umum bursitis bukanlah suatu penyakit fatal yang menyebabkan kematian. Pada mayoritas kasus, bursitis dapat diterapi secara rawat jalan dan sembuh dengan baik. Keluhan bursitis berupa nyeri saat bergerak dan tertekan dapat mengganggu kualitas hidup seseorang, karena membatasi lingkup gerak sendi dan aktivitas.
Pada kasus septik, komplikasi seperti selulitis, osteomielitis, atau sepsis dapat terjadi jika tidak ditangani. Dampak fungsional yang berkepanjangan juga dapat memicu disabilitas muskuloskeletal, terutama pada pasien dengan faktor risiko sistemik seperti diabetes atau artritis inflamasi.[5,7]
Direvisi oleh: dr. Bedry Qintha