Epidemiologi Bursitis
Epidemiologi bursitis dilaporkan sebesar 0,4% dari semua kunjungan ke klinik perawatan primer di Amerika Serikat. Data di Indonesia masih sangat terbatas.
Lokasi bursitis yang paling umum adalah prepatellar (lutut), olecranon (siku), trochanteric (panggul), dan retrocalcaneal (tumit). Angka kejadian bursitis dipengaruhi oleh profesi, misalnya lebih tinggi pada atlet atau kuli bangunan yang sering mengalami mikrotrauma pada bursa.[7]
Global
Laporan di Amerika Serikat memperkirakan bursitis menyumbang sekitar 0,4% dari total kunjungan layanan primer. Studi di Meksiko melaporkan insiden terbanyak adalah bursitis prepatelar sektar 0,6% pekerja kantoran.
Secara umum, angka kejadian bursitis pada wanita sebanding dengan pria. Tetapi bursitis di lokasi tertentu didominasi salah satu jenis kelamin, seperti bursitis trochanteric lebih banyak ditemukan pada wanita. Sedangkan bursitis olecranon (siku) lebih banyak ditemukan pada pria, yang dikaitkan karena banyaknya pria melakukan pekerjaan manual seperti tukang ledeng, tukang kebun, mekanik, dan pekerja konstruksi. Sementara itu, berdasarkan usia bursitis lebih sering terjadi pada usia pada usia di atas 40 tahun.[2,7,9,10]
Indonesia
Belum ada studi khusus yang mencatatkan angka kejadian nasional bursitis di Indonesia. Terdapat satu studi yang mencatat insiden kelainan muskuloskeletal pada pekerja di Indonesia. Sekitar 76,7% pekerja memiliki keluhan muskuloskeletal, yang didominasi di area siku, lutut dan tumit. Walaupun tidak ada angka pasti dari bursitis, peneliti memperkirakan sebagian dari keluhan tersebut merupakan bursitis.[11]
Mortalitas
Secara umum bursitis bukanlah suatu penyakit fatal yang menyebabkan kematian. Pada mayoritas kasus, bursitis dapat diterapi secara rawat jalan dan sembuh dengan baik. Keluhan bursitis berupa nyeri saat bergerak dan tertekan dapat mengganggu kualitas hidup seseorang, karena membatasi lingkup gerak sendi dan aktivitas.[5,7]