Penatalaksanaan Bursitis
Penatalaksanaan bursitis tergantung pada jenisnya, tetapi pada kebanyakan kasus bursitis bersifat swasirna dalam beberapa minggu. Bursitis traumatik atau hemoragik akut dapat diobati secara konservatif dengan kompres es, elevasi, istirahat, dan analgesik. Aspirasi dapat dilakukan jika dianggap perlu untuk mempersingkat durasi gejala.
Bursitis mikrotraumatik kronis ditangani secara konservatif dan penyebab yang mendasari perlu diidentifikasi. Aspirasi bursa bursitis mikrotraumatik tidak dianjurkan karena berisiko menyebabkan bursitis septik iatrogenik. Injeksi kortikosteroid intrabursa sering dilakukan pada praktik, namun belum didukung oleh bukti ilmiah adekuat.
Bursitis septik diobati dengan antibiotik yang efektif melawan Staphylococcus aureus. Cara pemberian dan durasi terapi antibiotik terbaik belum diketahui pasti. Jika pasien tidak berespon atau terjadi rekurensi, intervensi pembedahan perlu dipertimbangkan.[3]
Bursitis Traumatik atau Hemoragik
Sebagian besar kasus bursitis traumatik akut dapat dikelola secara konservatif, namun dokter harus memastikan tidak ada fraktur dan kondisi diagnosis banding lain. Terapi konservatif dilakukan dengan kompres es, elevasi, istirahat, dan pemberian analgesik. Analgesik yang digunakan adalah obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti ibuprofen atau naproxen.
Aspirasi bursal dapat dipertimbangkan untuk mempersingkat durasi gejala pada pasien yang menderita bursitis hemoragik akut dengan pembesaran bursa yang signifikan dan mengganggu aktivitas.[3]
Bursitis Kronik
Terapi bursitis kronik yang utama adalah mengelola penyebab yang mendasari. Pada kebanyakan kasus, terapi konservatif cukup efektif.
Mikrotrauma
Sebagian besar pasien dengan bursitis superfisial mikrotraumatik berespon terhadap manajemen konservatif, modifikasi aktivitas, pemberian bantalan, balut kompresi, dan analgesik. Studi tentang penggunaan injeksi kortikosteroid intrabursa untuk bursitis superfisial kronis aseptik belum adekuat. Selain itu, injeksi kortikosteroid intrabursa tidak digunakan secara rutin karena potensi risiko seperti atrofi kulit dan depigmentasi.
Pada kasus persisten, rekuren, atau jika terdapat pembesaran signifikan bursa yang mengganggu fungsi, tindakan pembedahan perlu dipertimbangkan. Tindakan bedah dapat berupa bursektomi terbuka atau endoskopik. Potensi komplikasi mencakup penyembuhan luka yang tertunda, pembentukan bekas luka atau fistula, dan infeksi.
Inflamasi
Bursitis kronik juga dapat disebabkan oleh kondisi reumatologi, seperti rheumatoid arthritis dan gout. Meski belum didukung bukti ilmiah yang cukup, tindakan aspirasi dan injeksi kortikosteroid intrabursa dapat dipertimbangkan. Steroid yang telah digunakan dalam penatalaksanaan bursitis antara lain hydrocortisone, methylprednisolone, triamcinolone, betamethasone, and dexamethasone. Potensi komplikasi mencakup perdarahan, infeksi, alergi, nyeri pasca injeksi, atrofi subkutan, dan ruptur tendon.
Perlu dicatat bahwa hal terpenting adalah mengobati kondisi yang mendasari agar tidak terjadi kekambuhan.[3,7]
Bursitis Septik
Belum ada konsensus terkait tata laksana bursitis septik. Beberapa ahli melakukan debridemen bedah atau bursektomi sebagai terapi lini pertama. Sedangkan, berbagai ahli yang lain memilih terapi antibiotik, dimana tindakan operasi dilakukan hanya jika terapi antibiotik gagal memberi luaran adekuat.
Antibiotik
Sefalosporin generasi pertama, seperti cefadroxil, merupakan agen lini pertama karena patogen tersering adalah Staphylococcus aureus. Pada pasien yang alergi terhadap antibiotik ini, clindamycin atau cotrimoxazole dapat digunakan. Jika diduga infeksi S. aureus resisten methicillin, diperlukan vancomycin intravena. Setelah hasil kultur dan sensitivitas diketahui, rejimen antibiotik disesuaikan.
Pada bursitis septik ringan sampai sedang dan pasien imunokompeten, dapat diberikan antibiotik oral rawat jalan dan dilakukan evaluasi setiap hari. Tingkat kegagalan pengobatan dengan antibiotik oral telah dilaporkan berkisar 39% hingga 50%. Pasien yang menunjukkan tanda infeksi sistemik dan imunokompromais memerlukan rawat inap dan antibiotik intravena. Durasi terapi antibiotik belum disepakati, tetapi pengobatan umumnya dilakukan selama 10 sampai 14 hari.
Pembedahan
Jika pasien tidak responsif terhadap terapi antibiotik, mengalami bursitis septik persisten atau berulang, tampak sangat sakit, atau jika ada kekhawatiran terdapat benda asing di bursa, maka pembedahan mungkin merupakan cara penanganan terbaik. Pembedahan dapat berupa insisi dan drainase atau bursektomi. Setelah tindakan bedah, dapat diberikan antibiotik jangka pendek.[3,7]
Penggunaan Pelindung Sendi
Kenali faktor yang menjadi faktor pemberat gejala pasien, kemudian sarankan pasien untuk menggunakan pelindung sendi. Jenis pelindung berbeda tergantung lokasi bursitis. Sebagai contoh, bursitis prepatellar dapat menggunakan bantalan lutut. Sementara itu, pada kasus bursitis olecranon, penggunaan bantalan lebih kurang efektif. Pasien dengan bursitis olecranon disarankan menggunakan orthosis cekung yang keras dan dapat dilepas-pasang. Orthosis ini berguna melindungi dan memberi tekanan eksternal untuk mencegah cairan berulang di bursa .[1,6]
Kriteria Terapi Bedah
Terapi bedah bukan merupakan pilihan pertama pada bursitis. Terapi bedah hanya dilakukan jika:
- Aspirasi jarum gagal mengeringkan bursa secara memadai
- Lokasi bursitis tidak dapat diakses oleh aspirasi jarum berulang
- Terdapat abses, nekrosis, atau sinus
- Diperlukan eksplorasi untuk menilai tingkat infeksi struktur yang berdekatan
- Bursitis berulang atau refrakter setelah pengobatan konservatif
Pada kasus dimana terjadi bursitis adhesif yang sangat membatasi gerakan sendi, dapat dilakukan pelepasan bedah. Pada tindakan ini, bursa yang melekat diangkat dan jaringan yang berdekatan dilepaskan.
Pada kasus bursitis subkapsular yang disebabkan oleh eksostosis tulang, pembedahan mungkin diperlukan untuk mengurangi eksostosis. Pada kasus bursitis subakromial dapat terjadi jepitan dan robekan rotator cuff. Perbaikan robekan secara bedah mungkin diperlukan.
Kista Baker (bursitis poplitea) umumnya memerlukan eksisi terbuka. Sebelum eksisi dilakukan, diperlukan artroskopi untuk mengevaluasi kondisi intraartikular. Pada kebanyakan kasus, eksisi dapat dilakukan dengan pendekatan posteromedial.[7]