Epidemiologi Anafilaksis
Data epidemiologi anafilaksis menunjukkan bahwa kondisi ini semakin sering terjadi di seluruh dunia. Anafilaksis bisa terjadi pada usia berapapun, namun lebih umum terjadi pada dewasa dibandingkan dengan anak. Pada populasi anak, remaja menempati prevalensi anafilaksis tertinggi (68,42%). Jenis kelamin laki-laki lebih banyak mengalami anafilaksis berat dibandingkan dengan perempuan. Gejala urtikaria adalah gejala paling umum (98,68%) diikuti dengan gejala respirasi, angioedema, dan gastrointestinal.[6-8]
Global
Secara global, prevalensi anafilaksis seluruh dunia adalah 1-3%, dengan kecenderungan peningkatan prevalensi seiring waktu. Di Amerika Serikat pada tahun 2019, anafilaksis rekuren terjadi pada 9,64% populasi dewasa dan 15,75% pada anak. Penelitian tahun 2014 di Kanada menyatakan bahwa angka hospitalisasi akibat anafilaksis adalah hingga 0,26%. European Anaphylaxis Registry (EAR) tahun 2014 melaporkan sengatan binatang adalah penyebab anafilaksis terbanyak, diikuti dengan obat (22,4%).[1,7,9,17,18]
Indonesia
Hingga saat ini belum ada data yang secara spesifik meneliti epidemiologi anafilaksis di Indonesia.
Mortalitas
Angka mortalitas akibat anafilaksis cukup rendah. Angka mortalitas seluruh dunia berada pada kisaran 0,5 hingga 1 per juta penduduk. Di Amerika Serikat, diperkirakan terjadi 220 kematian akibat anafilaksis setiap tahun, dengan angka mortalitas di bawah 1 per juta penduduk. Laki-laki lebih sering mengalami anafilaksis yang fatal. Belum ada data mengenai mortalitas reaksi anafilaksis di Indonesia.[6,7]
Penulisan pertama oleh: dr. Khrisna Rangga Permana